dapat menggunakan harga konstan atau pendapatan riil, dapat pula menggunakan harga yang berlaku saat itu atau pendapatan nominal.
Setiap upaya meningkatkan pertumbuhan melalui pembangunan suatu wilayah yang dilakukan oleh pemerintah berserta masyarakatnya memiliki tujuan
utama, yaitu untuk meningkatkan jumlah dan jenis peluang kerja bagi masyarakat. Dalam upaya untuk mencapai tujuan tersebut, pemerintah dan masyarakatnya
harus secara bersama-sama mengambil inisiatif pembangunan. Oleh karena itu, dengan adanya kebijakan desentralisasi fiskal maka pemerintah hendaknya selalu
melibatkan partisipasi masyarakatnya dalam memanfaatkan sumberdaya- sumberdaya yang ada, serta harus mampu memperhitungkan potensi sumberdaya-
sumberdaya yang diperlukan untuk meraancang dan membangun perekonomian.
2.4 Penelitian Terdahulu
Penelitian dengan menggunakan sistem dinamik sudah banyak dilakukan di Indonesia di antaranya Tofik Hidayat, Subagyo dan Anna Maria Sri Asih
2008 membuat Model Penerimaan Pendapatan Asli Daerah PAD dengan pendekatan Sistem Dinamik. Metode yang digunakan adalah Metode Net Present
Value dan Benefit Cost Ratio yang dipakai dalam penyelesaian investasi karena metode ini mempertimbangkan faktor uang selama dan kegunaan selama proses
investasi dengan pendekatan sistem dinamik diharapkan akan terbentuk struktur industri yang memberikan feedback, sehingga akan memberikan hasil yang
optimal. Dari hasil simulasi dan pengujian model dengan behavior reproduction test dengan t-spaired test diketahui bahwa tidak ada selisih yang signifikan antara
output model dengan data histories. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa investasi yang ditanam mampu menekan kerugian perusahaan sebesar Rp.
67,854,605.10 dengan nilai NPV 0 dan B-C ratio 1, maka investasi dinyatakan feasible secara teknis. Adapun kontribusi pada penerimaan PAD sebesar Rp.
222,136,546.93. Dari uji validitas model pada tiga perusahaan di tiga kabupatenkota yang berbeda menunjukan bahwa model dapat bekerja dan
diterima dengan baik. Yulia Asyiawati 2002 melakukan penelitian tentang sistem dinamik
dalam penataan ruang wilayah pesisir Kabupaten Bantul. Dengan menggunakan
software stella, penelitian ini menunjukkan bahwa dinamika Pesisir Kabupaten Bantul, baik wisatawan maupun petani akan mengalami perubahan yang
dipengaruhi tiga subsistem, yaitu 1 subsistem lahan, 2 subsitem penduduk, dan 3 subsitem kegiatan ekonomi pesisir. Perubahan tersebut ditandai dengan adanya
pertambahan penduduk dan pertambahan jumlah wisatawan pesisir pantai. Selain itu pula terjadi perubahan terhadap tingkap produksi petani terutama komoditas
padi, cabe merah, ketela rambat dan kacang tanah. Penelitian yang berkaitan dengan sistem dinamis dilakukan pula oleh
Hadi 2006 dengan kajian model dinamik penataan ruang kehutanan yang dilakukan di Kawasan Hutan di enam provinsi yang mewakili empat klaster
wilayah berdasarkan fungsi kawasan yang berbeda yaitu: 1 klaster 1, dicirikan oleh luas areal hutan produksi yang tinggi, diwakili Provinsi Jawa Timur dan
Kalimantan Timur, 2 klaster 2, dicirikan oleh luas areal hutan konversi yang tinggi, diwakili Provinsi Sumatera Utara, 3 klaster 3, dicirikan oleh luas areal
yang didominasi oleh hutan produksi terbatas, konservasi, dan lindung, diwakili Provinsi Jambi dan Sulawesi Tengah, dan 4 klaster 4, dicirikan oleh luas areal
penggunaan lain yang tinggi, diwakili Provinsi Bali. Metode dalam penelitian ini diawali dengan mengkaji Dokumen Teknis
yang meliputi RTRWP, Laporan-Laporan Hasil Evaluasi Kegiatan Pembangunan, Rencana-Rencana sektor kehutanan, perkebunan dan pertanian, dan Peta-Peta.
Berdasarkan hasil kajian dokumen teknis disusun permasalahan-permasalahan teknis dan informasi berbagai potensi yang ada. Selanjutnya, dilakukan verifikasi
lapangan atas informasi potensi dan permasalahan-permasalahan teknis berikut permasalahan lain; menyangkut aspek sosial, ekonomi, budaya dan politik serta
manajemen. Berbagai parameter dalam aktivitas sosial, aktivitas ekonomi, dan biofisik kawasan perlu ditetapkan sebagai dasar membuat perencanaan tata ruang,
setelah identifikasi kondisi dilakukan. Model optimasi pemanfaatan ruang, selanjutnya dibangun berdasarkan parameter-parameter sosial dan ekonomi yang
telah diturunkan dari kondisi riil di lapang. Alat yang digunakan untuk membantu menampung kedinamisan dalam kajian optimasi tata ruang ini adalah Program
Stella Research 5.1. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya perubahan terhadap jumlah PDRB dan luas kawasan hutan di tiap provinsi pada tahun 2004 dan 2024.
Hasil penelitian yang berkaitan dengan Kota Bandung di antaranya yang dilakukan oleh Dewi Kurniasih 2005 dengan penelitian tentang model skala
prioritas pembangunan Kota Bandung berbasis Good Governance. Dalam penelitian ini mengungkapkan bahwa berbicara mengenai otonomi daerah, tidak
terlepas dari isu kapasitas keuangan dari masing-masing daerah. Hal ini dikarenakan otonomi dan desentralisasi selalu dikaitkan dengan besaran uang
yang dapat dimiliki daerah. Tentu saja hal tersebut akan berkaitan langsung dengan besaran Pendapatan Asli Daerah PAD dan prosentase terhadap Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah APBD. Penelitian ini bertujuan untuk: 1 menyediakan suatu program dasar perencanaan pembangunan secara menyeluruh
dan terpadu dalam kerangka Otonomi Daerah berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah, 2 mengoptimalkan
perencanaan pembangunan di Kota Bandung melalui penjaringan kebutuhan masyarakat, dan 3 menyusun skala prioritas kegiatan pembangunan di Kota
Bandung tahun 2006. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif eksploratif dengan teknik kuantitatif melalui penggunaan software sebagai salah
satu bentuk aplikasi e-government. Berdasarkan hasil penelitian menyimpulkaan beberapa hal :
a. Pelibatan masyarakat sejak awal kegiatan musrenbang harus dipertahankan. Sejak saat itulah konsep skala prioritas kegiatan dapat mulai diajukan.
b. Kelengkapan dan keseragaman data merupakan aspek yang sangat penting dalam menentukan skala prioritas. Hal ini akan mempengaruhi scoring dan
ranking penilaian Daftar Skala Prioritas DSP. c. Apabila telah disepakati metodologi penilaian DSP yang akan digunakan,
seyogyanya dilakukan pelatihan guna memperoleh kesepemahaman mengenai komponen-komponen yang harus dinilai dalam menentukan skala prioritas.
Penelitian yang berkaitan denga kawasan Gedebage dilakukan di antaranya oleh Maman Hilman 2004 dengan penelitian tentang perkembangan
lokasi perumahan di wilayah Gedebage Kota Bandung akibat pemekaran kota. Penelitian ini bertujuan untuk : 1 mengetahui pengaruh pemekaran kota terhadap
perkembangan luas area perumahan; 2 melihat kecepatan perkembangan luas area perumahan; 3 mengetahui pola perkembangan lokasi perumahan. Metode
penelitian yang digunakan adalah metode deskriftif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perkembangan luas area perumahan di wilayah Gedebage
Kota Bandung dipengaruhi oleh meningkatnya perkembangan faktor sosial ekonomi akibat pemekaran kota. Perkembangan luas area perumahan di wilayah
Gedebage dipengaruhi oleh pemekaran kota sebesar 89,29 persen. Kecepatan perkembangan luas area perumahan di wilayah Gedebage lebih tinggi terjadi
setelah pemekaran kota. Rata-rata perkembangannya setelah pemekaran kota sebesar 212.003,7 m
2
tahun dan sebelum pemekaran kota 17.369 m
2
tahun. Selain itu pola perkembangan luas area perumahan di wilayah Gedebage menunjukkan
pola yang tidak jelas. Selain itu penelitian di kawasan Gedebage LPM-UNPAD 2002 tentang
kajian sosial pengembangan wilayah Gedebage dengan menggunakan dua pendekatan Policy Research dan Action Research. Policy Research penelitian
kebijakan merupakan sebuah proses penelitian atau analisis yang dilakukan terhadap masalah-masalah sosial mendasar, sehingga temuan-temuan dalam
analisanya dapat direkomendasikan kepada pembuat keputusan untuk bertindak secara praktis dalam menyelesaikan masalah. Pendekatan ini sangat relevan
dengan program pengembangan kawasan Gedebage yang masih dalam tahap perencanaan, pada pendekatan penelitian kebijakan ini mencoba mengidentifikasi
kira-kira gejolak sosial apa yang akan terjadi pada masyarakat Gedebage, terutama di dalam program pembangunan terminal terpadu yang biasanya akan
menimbulkan ketidakamanan dan ketidaknyamanan bagi penduduk sekitar. Di samping itu suatu permasalahan yang sangat mendasar yang harus diselesaikan
secara serius adalah bagaimana alih profesi bagi masyarakat petani. Maka untuk menjaring informasi dan aspirasi masyarakat yang sesungguhnya dapat dilakukan
pendekatan partisipatory atau focus group disscusion melalui beberapa kelurahan di kawasan inti dan penyangga yang dilakukan pada komunitas yang dianggap
homogen, seperti masyarakat petani, masyarakat ojek, masyarakat pegawai formal, masyarakat pedagang dan lain sebagainya. Adapun kesimpulan dari
penelitian ini menunjukkan beberapa hal yang perlu dicermati, di antaranya : a. Masalah proporsi peruntukan lahan yang belum seimbang di beberapa wilayah
kelurahan di Gedebage
b. Masalah struktur kependudukan dan angkatan kerja c. Masalah struktur kepemilikan tanah
d. Masalah kerajinan dan industri e. Masalah kesehatan dan keluarga berencana
f. Masalah pendidikan dan kebudayaan Selanjutnya, hasil penelitian ini juga telah memberikan catatan terhadap
isu-isu strategi yang dimunculkan, diantaranya : a. Delapan kelurahan yang menjadi objek kajian, menunjukkan adanya
kebutuhan terhadap upaya-upaya alih profesi dan profesi baru bagi anggota masyarakat yang kehilangan pekerjaan dan belum bekerja.
b. Harapan-harapan dalam pengembangan Gedebage, tidak hanya menjadi perhatian masyarakat, melainkan juga oleh aparat pemerintah. Masyarakat
menginginkan adanya perbaikan-perbaikan dalam berbagai sektor yang selama ini tidak atau belum tersentuh oleh kebijakan pemerintah, seperti masalah
perumahan, akses jalan tol, banjir, kesehatan masyarakat dan lingkungan, sarana dan prasarana yang diperlukan, dan lain-lain.
c. Kelembagaan-kelembagaan yang ada tampaknya tidak mampu menampung keinginan banyak pihak, karenanya harapan-harapan yang muncul adalah
pengembangan kelompok-kelompok potensial menjadi kelompok aktual.
2.5 Kerangka Pemikiran