coli Identifikasi dan Karakterisasi Bahaya Bakteri Patogen pada Pangan Jajanan Anak Sekolah di Bogor

Hasil analisis menunjukkan bahwa produk mentah tercemar dengan S. aureus. Produk mentah bukan merupakan CCP karena terdapat proses yang dapat menghilangkan bahaya yaitu pengukusan. Sementara bahaya fisik yang mungkin terjadi adalah duri ikan serta kerikil yang berasal dari tepung yang pengayakannya tidak sempurna. Bahaya kimia yang mungkin ada adalah Bahan Tambahan Pangan BTP yang melebihi batas. Ada kemungkinan pada PJAS berbasis ikan ini ditambahkan pengawet maupun perisa yang jumlahnya melebihi dari batas yang ditetapkan. Bahaya ini dapat menjadi signifikan sehingga pada pembuatan produk olahan ikan harus terkontrol dengan baik. Tahap proses pertama adalah pengukusan. Proses ini merupakan CCP karena merupakan tahap yang dirancang khusus untuk dapat menurunkan bahaya mikrobiologi sampai tingkat yang dapat diterima. Sementara bahaya fisik yang mungkin terjadi adalah serpihan kayu wadah kukusan dan serpihan logam peralatan kukus. Bahaya kimia yang mungkin ada adalah kontaminasi logam dari peralatan kukusan yang digunakan, namun bahaya ini tidak signifikan. Tahap proses kedua adalah pemotongan. Hasil analisis menunjukkan bahwa pisau yang digunakan untuk memotong tercemar S. aureus. Selain pisau, sumber cemaran S. aureus pada tahap ini adalah tangan pedagang dan lingkungan karena hasil analisis terhadap tangan pedagang dan lingkungan keduanya tercemar S. aureus. Proses ini merupakan CCP karena setelah proses pemotongan tidak ada tahap yang dapat menghilangkan bahaya S. aureus. Tahap proses ketiga adalah pengemasan. Sumber cemaran S. aureus pada tahap ini adalah tangan pedagang dan lingkungan karena hasil analisis terhadap tangan pedagang dan lingkungan keduanya tercemar S. aureus. Proses ini merupakan CCP karena setelah proses pengemasan tidak ada tahap yang dapat menghilangkan bahaya S. aureus. Cemaran terduga

E. coli

Hasil analisis terhadap 35 sampel PJAS yang diperoleh dari 22 pedagang PJAS menunjukan bahwa sembilan sampel mengandung terduga E. coli dan semua dari sembilan sampel tersebut jumlahnya melebihi batas maksimun yang ditetapkan oleh Badan POM 2012 yaitu E. coli 3mL. Berdasarkan hasil penelusuran PJAS yang tercemar oleh terduga E. coli terlihat bahwa sumber cemaran E. coli berasal dari tanga pedagang, peralatan pisau serta dari produk mentahnya. Hasil tersebut dapat dilihat pada Tabel 21 dan 22. Pada penelitian yang dilakukan terhadap tangan pedagang yang dianalisis hanya tangan pedagang yang sampel PJASnya melebihi batas yang ditetapkan sehingga diperoleh data 25 tangan pedagang tercemar E. coli. Pada hasil penelitian yang dilakukan Tan et al. 2013 yang melakukan analisis terhadap 85 tangan penjamah pangan dari 38 sekolah dasar di Selangor dengan hasil 56 65.88 mengandung cemaran E. coli. Serta hasil penelitian yang dilakukan Ifeadike et al. 2012 yang melakukan analisis terhadap kuku tangan 168 penjamah pangan di ibu kota Nigeria dengan hasil 1.8 kuku penjamah tangan mengandung cemaran E. coli. Hasil penelusuran sumber cemaran E. coli pada PJAS menunjukkan 67 pisau yang digunakan dan produk mentah tercemar E. coli. E. coli dapat bertahan pada tangan dan peralatan dapur Teixeira 2007. Saat pembuatan produk apabila pengolah pangan dan peralatan yang digunakan telah tercemar oleh E. coli maka akan menyebabkan produk mentah PJAS tercemar. Tabel 21. PJAS yang tercemar E. coli berdasar jenis pangan Jenis Jumlah Jumlah Keterangan Sampel Pangan Sampel Positif APMg Melebihi Batas APMg Mengandung Cemaran Melebihi Batas PJAS berbasis ikan 19 1 2.6 x 10 1 1 2.6 x 10 1 Baso ikan E PJAS berbasis daging 4 1 3.2 x 10 1 1 3.2 x 10 1 Daging E PJAS berbasis sayur dan buah 10 7 1.2 x 10 1 – 1.1 x 10 3 7 1.2 x 10 1 – 1.1 x 10 3 Melon D, Mentimun D, Nanas D, Selada D, Semangka D, Mentimun E, Selada E, PJAS berbasis susu 2 Tabel 22. Hasil penelusuran sumber cemaran E. coli No Nama Tangan pedagang + dan - Lingkungan 1000 cm 2 selama 30 menit Pisau cfu Produk mentah Sebelum pemasakan APMg 1 Baso ikan E 1 - - a 7.4 x 10 1 2 Daging E 2 - 8.0 x 10 9.3 x 10 1 3 Melon D 1 - 8.3 x 10 1 4 Mentimun D 2 + 5 Nanas D 1 - 8.3 x 10 1 6 Selada D 2 + 7 Semangka D 1 - 8.3 x 10 1 8 Mentimun E 2 - 8.0 x 10 9 Selada E 2 - 8.0 x 10 a Tidak menggunakan pisau Pada penelitian ini dilakukan penetapan titik kendali kritis CCP dari tahap proses PJAS berbasis ikan, daging serta sayur dan buah. Penetapan titik kendali kritis pada penelitian ini dibatasi hanya pada tahap yang terjadi di area penjualan PJAS dan hanya bahaya mikrobiologis yang di analisis menjadi penyebab CCP atau bukan CCP serta bahan baku, sementara terhadap bahaya fisik dan kimia dilakukan inventarisir kemungkinan bahaya yang terjadi. Pada Tabel 23, 25, 27 disajikan checklist penetapan CCP PJAS berbasis ikan, daging serta sayur dan buah di area penjualan PJAS sedangkan pada Tabel 24, 26, 28 disajikan penetapan CCP PJAS berbasis ikan, daging serta sayur dan buah di area penjualan PJAS. Tabel 23. Checklist penetapan CCP PJAS berbasis ikan baso ikan di area penjualan Tahap proses Q1 Q2 Q3 Q4 Q5 Q6 Y T Y T Y T Y T Y T Y T Bukan CCP Bukan CCP CCP CCP Bukan CCP Bukan CCP CCP CCP Bukan CCP Produk Mentah V X V X Penggorengan X V V X Keterangan : Q1:apakah pada bahan baku terdapat bahaya? Q2: apakah pengolahan dapat mengurangi jumlah bahaya? Q3:apakah formulasikomposisi atau struktur produk penting untuk mencegah pertambahan jumlah bahaya? Q4:Apakah pada tahap ini terjadi pertambahan jumlah bahaya? Q5: apakah tahapan selanjutnya dapat mengurangi jumlah bahaya? Q6:apakah tahapan proses ini dapat mengurangi jumlah bahaya? Tabel 24. Penetapan CCP PJAS berbasis ikan baso ikan di area penjualan Tahap proses bahan baku Bahaya mikrobiologis Sumber bahaya mikrobiologis CCP Keterangan Produk mentah Teridentifikasi E.coli Kemungkinan Pengolah pangan Lingkungan Peralatan Bukan Pada produk mentah PJAS berbasis ikan teridentifikasi cemaran E.coli. Sumber kontaminasi dapat berasal dari pengolah pangan, lingkungan maupun peralatan yang dipergunakan dalam proses pembuatan. Proses ini bukan merupakan CCP karena setelah proses ini ada proses penggorengan yang dapat mengendalikan jumlah E.coli. Pemasakan Penggorengan Produk mentah teridentifikasi E. coli Produk mentah Ya Proses penggorengan harus dilakukan dengan baik untuk mengendalikan E. coli. Proses ini merupakan CCP karena merupakan tahapan khusus yang dirancang untuk bisa menurunkan bahaya sampai tingkat yang dapat diterima. Hasil analisis menunjukkan bahwa produk mentah tercemar dengan E. coli. Karena tidak dilakukan pemeriksaan di tempat pengolahan maka diperkirakan cemaran tersebut dapat berasal dari pengolah pangan, peralatan yang digunakan maupun lingkungan tempat pengolahan yang tercemar E. coli. Tahapan ini bukan merupakan CCP karena setelah proses ini terdapat proses yang dapat menghilangkan bahaya yaitu penggorengan. Sementara bahaya fisik yang mungkin terjadi adalah duri ikan dan kerikil yang berasal dari tepung yang pengayakannya tidak sempurna. Bahaya kimia yang mungkin ada adalah Bahan Tambahan Pangan BTP yang melebihi batas. Ada kemungkinan pada PJAS berbasis ikan ini ditambahkan pengawet maupun perisa yang jumlahnya melebihi dari batas yang ditetapkan. Bahaya ini dapat menjadi signifikan oleh karena itu proses pengolahan bahan baku menjadi produk mentah harus dikendalikan dengan baik. Penggorengan merupakan CCP karena merupakan tahap yang dirancang khusus untuk bisa menurunkan bahaya sampai tingkat yang dapat diterima. Sementara bahaya fisik yang mungkin terjadi adalah serpihan kayu tusukan. Checklist dan Penetapan CCP produk burger daging dan sayur dapat dilihat pada Tabel 25-26. Hasil analisis menunjukkan bahwa produk mentah daging burger dan bahan baku sayur tercemar dengan E. coli. Produk mentah daging burger bukan merupakan CCP karena terdapat proses yang dapat menghilangkan bahaya yaitu penggorengan. Sementara bahaya fisik yang mungkin terjadi adalah tulang dan kerikil yang berasal dari tepung yang pengayakannya tidak sempurna. Bahaya kimia yang mungkin ada adalah Bahan Tambahan Pangan BTP yang melebihi batas. Ada kemungkinan pada PJAS berbasis daging ini ditambahkan pengawet, pewarna maupun perisa yang jumlahnya melebihi dari batas yang ditetapkan. Sementara untuk bahan baku sayur hasil analisis menunjukkan bahwa bahan baku tercemar dengan E. coli. Karena proses analisis hanya dilakukan di area penjualan PJAS. Maka diperkirakan bahan baku telah tercemar E. coli di tahapan proses sebelumnya yaitu areal pertanian, saat transportasi maupun di area penjualan sayur. Bahan baku sayur merupakan CCP karena setelah ini tidak ada tahapan proses yang dapat menghilangkan bahaya. Sementara bahaya kimia yang yang mungkin ada adalah residu pestisida yang masih tertinggal pada sayur. Oleh karena itu perlu dilakukan penangan dengan baik untuk mengurangi residu pestisida. Tabel 25. Checklist penetapan CCP PJAS daging dan sayur di area penjualan Tahap proses Q1 Q2 Q3 Q4 Q5 Q6 Y T Y T Y T Y T Y T Y T Bukan CCP Bukan CCP CCP CCP Bukan CCP Bukan CCP CCP CCP Bukan CCP Produk mentah daging burger V X V X Produk mentah sayur V X X V Penggorengan daging burger X V V X Pemotongan sayur V X X V Pembuatan roti burger V X X V Pengemasan V X X V Keterangan : Q1:apakah pada bahan baku terdapat bahaya? Q2: apakah pengolahan dapat mengurangi jumlah bahaya? Q3:apakah formulasikomposisi atau struktur produk penting untuk mencegah pertambahan jumlah bahaya? Q4:Apakah pada tahap ini terjadi pertambahan jumlah bahaya? Q5: apakah tahapan selanjutnya dapat mengurangi jumlah bahaya? Q6:apakah tahapan proses ini dapat mengurangi jumlah bahaya? Tahap proses selanjutnya untuk produk mentah daging burger adalah penggorengan. Proses ini merupakan CCP karena merupakan tahap yang dirancang khusus untuk bisa menurunkan bahaya sampai tingkat yang dapat diterima. Sementara untuk bahan baku sayur adalah pemotongan. Hasil analisis menunjukkan bahwa peralatan yang pisau digunakan untuk memotong tercemar E. coli. Selain pisau, sumber cemaran E. coli pada tahap ini adalah tangan pedagang. karena hasil analisis terhadap tangan pedagang tercemar E. coli. Proses ini merupakan CCP karena setelah proses pemotongan tidak ada tahap yang dapat menghilangkan bahaya E. coli. Tahap proses selanjutnya adalah pembuatan burger. Pada proses ini pedagang membuat burger dengan cara menyusun daging dan sayuran di dalam roti. Kontaminasi silang dapat terjadi dari tangan pedagang. Proses ini merupakan CCP karena setelah proses pembuatan burger tidak ada lagi tahap yang dapat menghilangkan bahaya E. coli. Tahap proses selanjutnya adalah pengemasan. Sumber cemaran E. coli pada tahap ini adalah tangan pedagang. Pada penelitian ini hasil analisis menunjukkan tangan pedagang yang tercemar E. coli. Proses ini merupakan CCP karena setelah proses pengemasan tidak ada tahap yang dapat mengendalikan jumlah E. coli. Tabel 26. Penetapan CCP PJAS daging dan sayur di area penjualan Tahap proses bahan baku Bahaya mikrobiologis Sumber bahaya mikrobiologis CCP Keterangan Produk mentah daging burger Teridentifikasi E.coli Kemungkinan Pengolah pangan Lingkungan Peralatan Bukan Pada produk mentah daging burger teridentifikasi cemaran E.coli. Sumber kontaminasi dapat berasal dari pengolah pangan, lingkungan maupun peralatan yang dipergunakan dalam proses pembuatan. Proses ini bukan merupakan CCP karena setelah proses ini ada proses penggorengan yang dapat mengendalikan jumlah E.coli. Bahan baku sayur Teridentifikasi E. coli Kemungkinan Areal pertanian Transportasi Area penjualan sebelumnya Ya Pada produk sayur teridentifikasi cemaran E. coli. Sumber kontaminasi dapat berasal dari tahapan proses sebelumnya yaitu areal pertanian, saat transportasi maupun di area penjualan sayur. Pada penelitian ini tidak ditemukan E. coli pada lingkungan di area penjualan. Proses ini merupakan CCP karena setelah proses ini tidak ada tahapan yang dapat mengendalikan jumlah E. coli. Pemasakan Penggorengan Produk mentah teridentifikasi E. coli Produk mentah daging burger Ya Proses penggorengan harus dilakukan dengan baik untuk mengendalikan E. coli. Proses ini merupakan CCP karena merupakan tahapan khusus yang dirancang untuk bisa menurunkan bahaya sampai tingkat yang dapat diterima. Pemotongan sayur Kemungkinan kontaminasi E. coli Tangan pedagang Pisau Ya Pada saat pemotongan dapat menyebabkan terjadinya kontaminasi silang dari tangan pedagang dan pisau. Proses ini merupakan CCP karena setelah proses ini tidak ada tahapan yang dapat mengendalikan jumlah E. coli. Pembuatan burger Kemungkinan kontaminasi E. coli Tangan pedagang Ya Pada saat pembuatan burger dapat terjadi kontaminasi silang dari pedagang. Proses ini merupakan CCP karena setelah proses ini tidak ada tahapan yang dapat mengendalikan jumlah E. coli. Pengemasan Kemungkinan kontaminasi E. coli Tangan pedagang Ya Pada saat pengemasan dapat terjadi kontaminasi silang dari tangan pedagang. Proses ini merupakan CCP karena setelah proses ini tidak ada tahapan yang dapat mengendalikan jumlah E. coli. Checklist dan Penetapan CCP produk PJAS berbasis buah buah potong dapat dilihat pada Tabel 27 dan 28. Hasil analisis menunjukkan bahwa buah potong tercemar dengan E. coli. Karena proses analisis hanya dilakukan di area penjualan maka diperkirakan bahan baku telah tercemar E. coli di tahapan proses sebelumnya yaitu areal pertanian, saat transportasi maupun di area penjualan. Bahan baku ini merupakan CCP karena setelah proses ini tidak ada tahapan proses yang dapat menghilangkan bahaya. Sementara bahaya kimia yang yang mungkin residu pestisida yang masih tertinggal pada buah. Oleh karena itu perlu dilakukan penanganan dengan baik untuk mengurangi residu pestisida. Tahap proses selanjutnya adalah adalah pemotongan. Hasil analisis menunjukkan bahwa peralatan pisau yang digunakan untuk memotong tercemar E. coli. Proses ini merupakan CCP karena setelah proses pemotongan tidak ada tahap yang dapat menghilangkan bahaya E. coli. Sementara bahaya fisik mungkin terjadi adalah serpihan kayu dari talenan yang digunakan. Tabel 27. Checklist penetapan CCP PJAS berbasis buah buah potong di area penjualan Tahap proses Q1 Q2 Q3 Q4 Q5 Q6 Y T Y T Y T Y T Y T Y T Bukan CCP Bukan CCP CCP CCP Bukan CCP Bukan CCP CCP CCP Bukan CCP Bahan baku buah V X X V Pemotongan V X X V Keterangan : Q1:apakah pada bahan baku terdapat bahaya? Q2: apakah pengolahan dapat mengurangi jumlah bahaya? Q3:apakah formulasikomposisi atau struktur produk penting untuk mencegah pertambahan jumlah bahaya? Q4:apakah pada tahap ini terjadi pertambahan jumlah bahaya? Q5: apakah tahapan selanjutnya dapat mengurangi jumlah bahaya? Q6:apakah tahapan proses ini dapat mengurangi jumlah bahaya? Tabel 28. Penetapan CCP PJAS berbasis buah buah potong di area penjualan Tahap proses bahan baku Bahaya mikrobiologis Sumber bahaya mikrobiologis CCP Keterangan Bahan baku buah Teridentifikasi E. coli Kemungkinan Areal pertanian Transportasi Areal penjualan sebelumnya Ya Pada produk buah teridentifikasi cemaran E. coli. Sumber kontaminasi dapat berasal dari tahapan proses sebelumnya yaitu areal pertanian, saat transportasi maupun di area penjualan buah. Pada penelitian ini tidak ditemukan E. coli pada lingkungan di area penjualan. Proses ini merupakan CCP karena setelah proses ini tidak ada tahapan yang dapat mengendalikan jumlah E. coli. Pemotongan buah Kemungkinan kontaminasi E. coli Pisau Ya Pada saat pemotongan dapat menyebabkan terjadinya kontaminasi silang dari pisau. Proses ini merupakan CCP karena setelah proses ini tidak ada tahapan yang dapat mengendalikan jumlah E. coli. Karakterisasi Bahaya Bakteri Patogen pada PJAS Keluaran dari karakterisasi bahaya adalah model dosis respon yang digunakan untuk memprediksi peluang sakit yang diakibatkan dari mengonsumsi mikroba patogen tertentu. Data yang selama ini telah digunakan untuk menentukan model dosis respon dapat berasal dari studi klinis manusia sebagai responden, studi epidimiologi, in vivo, in vitro, biomarkers dan opini dari ahli Dennis et al. 2002. Pada penelitian ini dilakukan studi literatur untuk mencari model dosis respon yang paling sesuai untuk menghitung peluang sakit akibat bakteri patogen pada PJAS. Model dosis respon yang dipelajari adalah model dosis respon untuk S. aureus dan E. coli karena dua bakteri patogen inilah yang terdeteksi mencemari PJAS. Beberapa model dosis respon yang biasanya digunakan adalah model eksponensial, beta poisson, beta-binomial dan Weibull-Gamma. Menurut Fretz 2006 pada model eksponensial diasumsikan bahwa hanya diperlukan satu bakteri patogen untuk menyebabkan infeksi selain itu peluang interaksi antara inang dan patogen dianggap konstan. Seperti pada model eksponensial, model beta poisson pun mengasumsikan hanya diperlukan satu bakteri patogen untuk menyebabkan infeksi tetapi model beta poisson mengasumsikan peluang interaksi antara inang dan patogen dalam bentuk distribusi beta. Model beta-binomial merupakan modifikasi dari model beta poisson. Model Weibull-Gamma mengasumsikan peluang interaksi inang dan patogen dalam bentuk distribusi gamma. Menurut Strachan et al. 2005 model beta poisson memberikan hasil yang lebih fit dibandingkan dengan eksponensial. Model beta poisson memperhatikan peluang interaksi antara inang dan patogen, sehingga nilai peluang sakit yang diperoleh lebih dapat menggambarkan keadaan yang sebenarnya. Sementara pada model eksponensial peluang interaksi antara inang dan patogen dianggap konstan, sedangkan pada kenyataannya peluang interaksi inang dan patogen sangat kecil kemungkinannya konstan. Sementara itu model Weibull-Gamma biasanya digunakan apabila tidak terdapat konstanta dosis respon langsung yang tersedia. Biasanya data yang digunakan adalah data epidimiologi, seperti data hasil investigasi kejadian luar biasa keracunan pangan. Cemaran

S. aureus