20 Tindakan Mitigasi Masyarakat

Tabel 4.20 Tindakan Mitigasi Masyarakat

Jenis Mitigasi

1. Kerto Wiyono Ketonggo, Patihan,

Sidoharjo

Menabung dalam bentuk asset yang bergerak

2. Jumino

Laban, Mojolaban

Menyimpan sebagian hasil panen dalam lumbung

dan menjualnya

secara berangsur

3. Amat Rejo

Tangkisan,

Tawangsari

Pemanfaatan kredit informal (utang)

4. Mulyono

Kedungringin, Waru,

Karanganyar

Menabung dari hasil non pertanian

5 Joko Sumarto

Jetis,

Juwiring,Klaten

Memelihara ternak

sapi

(diversifikasi usaha tani) (Sumber: Data primer diolah, 2012)

Data Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo menjelaskan bahwa upaya pengendalian banjir harus dengan keterpaduan antara upaya fisik teknis dan non-teknis seperti perilaku manusia dalam mengubah fungsi lingkungan, perubahan tata ruang secara massive di kawasan budidaya yang menyebabkan daya dukung lingkungan menurun drastis, serta pesatnya pertumbuhan permukiman dan industri yang mengubah keseimbangan fungsi lingkungan sehingga menyebabkan kawasan retensi Data Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo menjelaskan bahwa upaya pengendalian banjir harus dengan keterpaduan antara upaya fisik teknis dan non-teknis seperti perilaku manusia dalam mengubah fungsi lingkungan, perubahan tata ruang secara massive di kawasan budidaya yang menyebabkan daya dukung lingkungan menurun drastis, serta pesatnya pertumbuhan permukiman dan industri yang mengubah keseimbangan fungsi lingkungan sehingga menyebabkan kawasan retensi

1) Pengendalian tata ruang.

Pengendalian tata ruang dilakukan dengan perencanaan penggunaan ruang sesuai kemampuannya dengan mempertimbangkan permasalahan banjir, pemanfaatan lahan sesuai dengan peruntukannya serta penegakan hukum terhadap pelanggaran rencana tata ruang yang telah memperhitungkan Rencana Induk Pengembangan Wilayah Sungai.

2) Pengaturan debit banjir

Pengaturan debit banjir dilakukan melalui kegiatan penanganan fisik berupa pembangunan dan pengaturan bendungan, perbaikan sistem drainase perkotaan, normalisasi sungai dan daerah retensi banjir. Pengaturan daerah rawan banjir. Pengaturan daerah rawan banjir dilakukan dengan cara:

a) Pengaturan tata guna lahan dataran banjir (flood plain

management).

b) Penataan daerah lingkungan sungai seperti: penetapan garis sempadan sungai, peruntukan lahan di kiri kanan sungai, penertiban bangunan di sepanjang aliran sungai.

Peningkatan peran masyarakat dalam pengendalian banjir diwujudkan dalam:

a) Pengembangan Sistem Peringatan Dini Berbasis Masyarakat

b) Bersama-sama dengan Pemerintah dan Pemerintah Daerah menyusun dan mensosialisasikan program pengendalian banjir.

c) Mentaati peraturan tentang pelestarian sumberdaya air antara lain tidak melakukan kegiatan kecuali dengan ijin dari pejabat yang berwenang untuk:

d) mengubah aliran sungai;

e) mendirikan, mengubah atau membongkar bangunan-bangunan di

dalam atau melintas sungai.

f) membuang benda-benda/bahan-bahan padat dan atau cair ataupun yang berupa limbah ke dalam maupun di sekitar sungai yang diperkirakan atau patut diduga akan mengganggu aliran,

g) pengerukan atau penggalian bahan galian golongan C dan atau

bahan lainnya.

h) pengaturan untuk mengurangi dampak banjir terhadap masyarakat (melalui Penyediaan informasi dan pendidikan, Rehabilitasi, rekonstruksi dan atau pembangunan fasilitas umum, Melakukan penyelamatan, pengungsian dan tindakan darurat lainnya dan lain- lain).

4) Pengelolaan Daerah Tangkapan Air 4) Pengelolaan Daerah Tangkapan Air

a) Pengaturan dan pengawasan pemanfaatan lahan (tata guna hutan,

kawasan budidaya dan kawasan lindung)

b) Rehabilitasi hutan dan lahan yang fungsinya rusak

c) Konservasi tanah dan air baik melalui metoda vegetatif, kimia,

maupun mekanis

d) Perlindungan/konservasi kawasan - kawasan lindung.

5) Penyediaan Dana

Penyediaan dana dapat dilakukan dengan cara:

a) Pengumpulan dana banjir oleh masyarakat secara rutin dan dikelola

sendiri oleh masyarakat pada daerah rawan banjir.

b) Penggalangan dana oleh masyarakat umum di luar daerah yang

rawan banjir

c) Penyediaan dana pengendalian banjir oleh Pemerintah dan

Pemerintah Daerah.

6) Pengembangan Sistem Peringatan Dini Berbasis Masyarakat dan