diterbitkan sebagai bagian dariputusan, denganmencantumkan nama hakim yang mengeluarkan dissentingopinion.
d. Jerman
Jerman adalah salah satu contoh yang paling terkenal dari negaramengikuti tradisi hukum sipiltetapi memperbolehkan hakim
konstitusi untuk mengeluarkan pendapat terpisah. Sementara hakim yang duduk dipengadilan biasa terikat untuk menghormati kerahasiaan
pertimbangan danpenilaian hakim dalam musyawarah,
konstitusionalhakim merupakan pengecualian untuk aturan ini. Dalam beberapa kasus Pengadilan membuat publikasi hasil
pemungutansuara, denganmelanggar konsep kebulatan suara dengan tetap menjaga rahasiaidentitas hakim yang berbeda pendapat dan
alasanhakim minoritas. Pada tahun 1966, keputusan diambil dengan suara 4-4 untuk pertama kalinya. Oleh karena itu pengadilanmemutuskan
untuk menggabungkan pandangan dari kedua kelompokhakim dalam putusan.Hal yang sama terjadi lagi pada tahun 1969,akhirnya mengarah
ke perubahan hukum. Dalam teks saat ini,sebagaimana telah diubah pada tahun 1970, undang-undang tentangMahkamah Konstitusi secara
eksplisitmemberikan hakim minoritas hakuntuk mempublikasikan pendapat terpisah mereka Sondervotum. Sementarahak ini awalnya
digunakan secara luas pada tahun pertamasetelah amandem, 17 dissenting opinion dikeluarkan dari total 72 putusan, antusiasme untuk
penggunaan dissenting opinion selanjutnya mengalamipenurunan. Saat
Universitas Sumatera Utara
ini, pendapatterpisah terpasang sekitar 6 dari semua keputusan,hal ini biasanya terjadi pada kasus-kasus yang paling kontroversial melibatkan
isu-isu politikyang sensitif, sepertiaborsi atau suaka, atau pertanyaan hukum yangrumit. Jika institusi pendapat terpisah awalnya cukup
kontroversial,sekarang jugaditerima dan kegunaannya tidak lagi dipertanyakan.
Hakim terikat oleh kewajiban kesetiaan kepada Pengadilan dan perbedaan pendapat yang sangat polemikharus dihindari. Pada saat yang
sama, para hakimtampaknya telahmenemukan kompromi terpuji antara kerahasiaan dan meluasnyapenggunaankonsep kesepahaman dengan
memegang tradisi kolegialitas dalam prosespengambilan keputusan hakimmelakukan upaya keras untuk mencapai solusi umum dan
mengadopsi keputusan bulat. Namun, ketika upaya-upaya tersebut tidak berhasil,
ketidaksepahaman tidak perlu disembunyikan,
tetapidapatdipublikasikan, yang memungkinkan untuk penalaran lebih koheren dalam pengambilan putusan dan memastikantransparensi. Selain
itu, dalam kasus yang menimbulkan ketidaksepahaman telah terbukti berguna sebagai dasar dalam melakukan penafsiran pada kasus
selanjutnya.
e. Estonia