Pengertian Bahan Tambahan Pangan BTP dan Bahan Tambahan Makanan BTM Penggunaan dan Jenis-jenis BTP

PPPPTK IPA Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan - Kemdikud KEGIATAN PEMBELAJARAN 3: BAHAN TAMBAHAN PANGAN BTP KELOMPOK KOMPETENSI F 58

1. Pengertian Bahan Tambahan Pangan BTP dan Bahan Tambahan Makanan BTM

Undang-undang RI No. 7 Tahun 1996 tentang Pangan khususnya pada Bab II Keamanan Pangan bagian kedua menyatakan bahwa yang dimaksud dengan Bahan Tambahan Pangan BTP adalah bahan yang ditambahkan ke dalam pangan untuk mempengaruhi sifat atau bentuk pangan. Di Indonesia Pemakaian BTP umumnya diatur oleh lembaga-lembaga seperti Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan Ditjen POM sedangkan di USA oleh Food and Drug Administration FDA. Peraturan mengenai pemakaian BTP berbeda di suatu negara dengan negara lainnya. Meskipun demikian, ada usaha untuk mengharmoniskan peraturan tersebut, terutama berdasarkan penemuan-penemuan terbaru mengenai keamanan BTP yang digunakan. Di Indonesia sendiri, peraturan tentang BTP dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan dan pengawasannya dilakukan oleh Ditjen POM. Bahan Tambahan Makanan BTM atau food additives adalah senyawa atau campuran berbagai senyawa yang sengaja ditambahkan ke dalam makanan dan terlibat dalam proses pengolahan, pengemasan danatau penyimpanan, dan bukan merupakan bahan ingredient utama. BTM dan produk-produk degradasinya, biasanya tetap di dalam makanan, tetapi ada beberapa yang sengaja dipisahkan selama proses pengolahan. Permenkes 033 tahun 2012 dan Siagian, 2002:1 Penggunaan bahan tambahan makanan dalam produk pangan yang tidak mempunyai resiko negatif terhadap kesehatan dapat dibenarkan

2. Penggunaan dan Jenis-jenis BTP

Dalam Undang-undang RI Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan dinyatakan bahwa penggunaan BTP dapat dibenarkan apabila: a dimaksudkan untuk mencapai masing-masing tujuan penggunaannya dalam pengolahan, b tidak digunakan untuk menyembunyikan penggunaan bahan yang salah atau tidak memenuhi persyaratan, c tidak untuk menyembunyikan cara kerja yang bertentangan dengan cara LISTRIK untuk SMP KEGIATAN PEMBELAJARAN 3: BAHAN TAMBAHAN PANGAN BTP KELOMPOK KOMPETENSI F Modul Guru Pembelajar Mata Pelajaran IPA SMP 59 produksi yang baik untuk makanan, dan d tidak digunakan untuk menyembunyikan kerusakan pangan. Berdasarkan fungsinya BTP dapat digolongkan ke dalam jenis: a. pewarna, b. pengawet, c. antioksidan, d. penambah gizi, e. penstabil, f. penambah cita rasa aromatik, g. penambah cita rasa penyedap, h penambah cita rasa pemanis, i, penambah rasa asam , j. pengembang, k. pengeras. Selain BTP yang tercantum dalam Peraturan Menteri tersebut, masih ada BTP lainnya yang biasa digunakan dalam makanan, misalnya : a enzim, b penambah gizi dan c humektan penyerap lembab. BTP pada umumnya bersumber dari produk-produk senyawa kimia dan turunannya. Begitu banyaknya bahan tambahan pangan yang digunakan produsen pada setiap produknya membuat kita sulit memilih makananbahan makanan yang betul-betul higienes atau bebas dari bahan tambahan pangan. Padahal BTP tidak pernah bisa kita hindari karena dalam beberapa hal memang dibutuhkan dan yang harus kita ingat dan mengerti adalah bahwa tidak semua bahan tambahan pangan berbahaya atau tidak bernilai gizi, beberapa di antaranya malah berguna bagi tubuh kita karena mengandung vitamin atau malah mencegah kanker. Pengetahuan yang memadai tentang bahan tambahan makanan akan membantu kita dalam mengkonsumsimemilih bahan makanan atau minuman yang aman. Makanan pokok manusia terdiri dari makanan alami dan makanan buatan. Makanan alami terdiri dari karbohidrat, lemak, protein, mineral dan vitamin serta air. Sedangkan makanan buatan adalah makanan yang mengalami pengolahan dengan penambahan bahan-bahan PPPPTK IPA Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan - Kemdikud KEGIATAN PEMBELAJARAN 3: BAHAN TAMBAHAN PANGAN BTP KELOMPOK KOMPETENSI F 60 kimiawi yang diperlukan. Sebagian bahan itu ada dalam makanan pokok, misalnya lesitin ada dalam jagung dan kedelai dan berfungsi sebagai pengemulsi dan antioksidan. Sebagian lagi dibuat secara sintetis yang dibuat di laboratorium untuk mengisi kekurangan , misalnya asam sitrat untuk penambah asam dan penyedap. Dengan demikian, suka atau tidak, dalam dunia modern ini kita akan tetap menemui kehadiran BTP dalam produk yang kita konsumsi. Karena kegunaan BTP demikian luas hingga belum tergantikan oleh suatu ingredien tertentu atau teknologi lain. Bahkan kini tampak adanya kecenderungan munculnya BTP-BTP baru dengan fungsi yang lebih kompleks. E. Rustamaji, Yayasan Konsumen Indonesia 1997, mengemukakan bahwa bagi industri kecil penggunaan BTP boleh jadi bertujuan untuk menekan biaya produksi dan sering juga akibat ketidaktahuan. Sementara bagi industri besar, penggunaan BTP lebih ditujukan untuk memenangkan persaingan dengan saingan bisnisnya. Namun terlepas dari bermacam alasan, secara teknis penggunaan BTP memang diperlukan terutama untuk produk-produk pangan olahan. Misalnya, untuk membantu proses pengolahan, memperpanjang masa simpan shelf life, memperbaiki penampilan dan cita rasa, serta pengaturan keseimbangan gizi.

3. Penggolongan BTP a. Penggolongan berdasarkan sumber diperolehnya