Kecemasan orang tua terhadap pendidikan anak berkebutuhan

195 b. Menurut subjek SL selaku ibu bahwa kecemasan terhadap pendidikan anak berkebutuhan khusus yaitu kecemasan terhadap kemampuan RM dalam menulis, kemampuan membaca, dan kecemasan terhadap memahami materi disekolah serta bagaimana RM berinteraksi dengan teman sekolahnya. c. Menurut subjek SD selaku ayah bahwa kecemasan terhadap pendidikan anak berkebutuhan khusus yaitu apakah HG bisa bersekolah dengan baik melihat kondisi HG yang sangat nakal. d. Menurut subjek NT selaku ibu bahwa kecemasan terhadap pendidikan anak berkebutuhan khusus yaitu kecemasan terhadap cara HG bergaul dengan teman-teman sekolahnya, dengan gurunya dan dengan orang sekitarnya, kecemasan terhadap kemampuan HG dalam bersekolah dengan baik, cara HG mengikuti pelajaran dengan baik, cara HG belajar dengan baik, kemampuan menerima pelajaran dengan baik serta mengendalikan diri ketika berada dikelas karena kondisi HG yang sangat nakal dan hyperaktif. e. Menurut subjek MH selaku ayah bahwa kecemasan terhadap pendidikan anak berkebutuhan khusus yaitu kecemasan terhadap kemajuan menulis dan membaca MR selama sekolah di SLB karena melihat kenyataan tidak ada kemajuan dalam sekolahnya MR. MH juga mencemaskan mengenai keberlanjutan sekolah MR nantinya. 196 f. Menurut subjek AL selaku ibu bahwa kecemasan terhadap pendidikan anak berkebutuhan khusus yaitu kecemasan terhadap kemampuan MR menyelesaikan sekolah dengan baik, kecemasan terhadap kemampuan menulis dan membaca MR yang tidak ada kemajuan selama sekolah 5 tahun di SLB.

2. Kecemasan orang tua terhadap pekerjaan anak berkebutuhan

khusus a. Menurut subjek AS yang merupakan ayah bahwa kecemasan terhadap pekerjaan anak berkebutuhan khusus yaitu berpatok pada DS anaknya yang sudah menjadi pengangguran 2 tahun. Kecemasan lainnya yaitu karena tidak adanya keterampilan yang dimiliki RM maka tidak akan ada tempat kerja yang akan menerima RM. b. Menurut subjek SL yang merupakan ibu bahwa kecemasan terhadap pekerjaan anak berkebutuhan khusus yaitu berpatok pada DS anaknya yang sudah menganggur selama 2 tahun. Selain itu SL mencemaskan adakah tempat bekerja yang akan menerima RM untuk bekerja karena tidak adanya bakat ataupun keterampilan yang dimiliki oleh RM, dan juga kecemasan terhadap cara RM berhubungan baik dengan orang lain yang merupakan awal membangun hubungan kerja dengan orang lain. c. Menurut subjek SD yang merupakan ayah bahwa kecemasan terhadap pekerjaan anak berkebutuhan khusus yaitu belum terlalu 197 mencemasakan pekerjaan HG dan belum mempunyai rencana masa depan karena yang terpenting adalah kesehatan HG agar bisa berinteraksi dengan orang lain. d. Menurut subjek NT yang merupakan ibu bahwa kecemasan terhadap pekerjaan anak berkebutuhan khusus yaitu rasa pesimis mengenai pekerjaan HG karena HG yang belum bisa sekolah sehingga tidak ada tempat untuk belajar yang bisa membuat HG diterima ditempat bekerja nantinya. e. Menurut subjek MH yang merupakan ayah bahwa kecemasan terhadap pekerjaan anak berkebutuhan khusus yaitu belum terlalu memikirkan hanya sedikit mencemaskan apakah MR bisa bekerja dengan keadaan MR yang mengalami keterlambatan. f. Menurut subjek AL yang merupakan ibu bahwa kecemasan terhadap pekerjaan anak berkebutuhan khusus yaitu kecemasan mengenai apakah MR bisa bekerja atau tidak dengan segala keterbatasannya, dan juga AL merasa takut tidak akan ada tempat bekerja yang akan menerima MR. Kecemasan-kecemasan para orang tua terhadap karier anak berkebutuhan khusus juga menyertakan berbagai harapan pada diri mereka para orang tua. Adapun harapan-harapan tersebut dapat disimpulkan sebagai berikut :