Cerkak “Relief” Cerkak “Rokok”

101 Wong sabamu adoh pitik wae kok ndadak crita werna-werna. Paling sing crita rak kanca-kancamu, ibu-ibu arisan kantor kae. hlm. 78. “Orang pergimu jauh seperti ayam saja kok mendadak cerita macam-macam. Paling yang cerita teman-temanmu, ibu-ibu arisan kantor itu.” Tak sawang kathik kaya pagupon diseleh lemah ya, Mas? hlm. 79. “Tak lihat kok seperti rumah merpati yang ditaruh di tanah ya, Mas?” Bareng tangise wis ilang blas, lan malah ana sapetik esem sing siningit, aku nerusake omongan.hlm. 87 “Setelah tangisnya hilang, dan malah ada secercah senyum yang memukau, kemudian aku melanjutkan bicara.” Pada cerkak ini bahasa yang digunakan bersifat eksplisit dan mudah dipahami. Dengan demikian aspek bahasa pada cerkak “Panggung Sandiwara” telah memenuhi kriteria bahan ajar untuk SMA.

10. Cerkak “Relief”

Gaya bahasa yang digunakan dalam cerkak “Relief” ini sederhana sehingga mudah dipahami dan sesuai dengan tahap perkembangan bahasa. Hal ini dapat dilihat pada cuplikan di bawah ini. Jam sanga esuk ing sanggare, Gutama lagi sarapan. Pulukan-pulukan segane dinikmati sinambi maca koran esuk. Bener kabiyasan sing elek. Nanging wis dadi pakulinan: mangan sinambi maca. Angel owah-owahane. Yen punuju sadhar utawa ana pasamuwan, pisan pindho bisa ngowahi, nanging yen sepi uwong ya bali maneh. hlm. 89 “Jam sembilan pagi di sanggarnya, Gutama sedang serapan. Nasinya dinikmakti sambil membca koran pagi. Benar kebiasaan yang buruk. Tetapi sudah menjadi kebiasaan: makan sambil membca. Susah memperbaikinya. Kalau 102 kebetulan sadar atau di perkumpulan, satu dua kali bisa merubah, tetapi kalau kebetulan sepi orng ya kembali lagi. Pada cerkak ini juga terdapat paribasan, paribasan yaitu kalimat atau kumpulan kata yang mempunyai arti atau makna. Hal ini dapat dilihat pada cuplikan di bawah ini: Nalika Gutomo arep setius, bapake Heni malah adreng mbubarake. Wasana bubar temenan. Gutomo pindhah kos kanthi nggendhong ati semplah. Njur wiwit urip ngglandhang. hlm. 95 “Ketika Gutomo mau serius, bapake Heni malah berusaha memisahkan. Akhirnya pisah beneran. Gutomo pindah kos dengan ptah hati. Kemudian memulai hidup sembarangan.” Gutomo lan Susanto mampir rumah makan cilik cedhak terminal. Ngiras ngetus kringet. hlm. 96 “Gutomo dn Susanto mampir ke rumah makan kecil yang dekat dengan terminal. Sambil menghilangkan keringat.” Cukup kanggone gutomo, esem sing ngujiwat ana kamare Pak Wim kae gawe kekes bebayune. hlm. 99 “Buat Gutomo sudah cukup, senyum penuh arti yang ada di kamarnya Pak Wim itu membuat lunglai persendiannya.” Pada cerkak ini bahasa yang digunakan bersifat eksplisit dan mudah dipahami. Dengan demikian aspek bahasa pada cerkak “Relief” telah memenuhi kriteria bahan ajar untuk SMA.

11. Cerkak “Rokok”

Gaya bahasa yang digunakan dalam cerkak “Rokok” ini sederhana sehingga mudah dipahami dan sesuai dengan tahap perkembangan bahasa. Hal ini dapat dilihat pada cuplikan di bawah ini. Biyen aku isih bisa ngeyel nalika nyonyahku protes bab rokok. Ngrokok kuwi padha karo ngobong dhuwit, ujare karo pecuca-pecucu.” Coba sampeyan pikir, sedina sampeyan 103 entek sabungkus. Sesasi telung puluh bungkus. Ateges setahun telung atus suwidak bungkus. Yen sabungkuse digawe rega rong ewu rupiah ngono wae, wis pirang atus ewu dhuwit sing kobong. hlm. 100 “Dahulu aku masih bisa ngotot ketika istriku protes masalah rokok. Merokok itu sama saja dengan membakar uang, kata istriku sambil cemberut.” Coba kmu pikir, satu hari kamu merokok habis satu bungkus. Sebulan tuga puluh bungkus. Artinya satu tahun tiga ratus enam puluh bungkus. Kalau satu bungkusnya seharga dua ribu rupiah, sudah berapa ribu uang yang terbakar. Pada cerkak ini juga terdapat paribasan, paribasan yaitu kalimat atau kumpulan kata yang mempunyai arti atau makna. Hal ini dapat dilihat pada cuplikan di bawah ini: Pikiranku bruwet nggeret jangkahku tumuju kreteg kang misahake kampungku lan kampung sebelah. Aku nyawang mengisor banyu butheg kuwi nggambarake buthege atiku. hlm. 108 “Pikiran bunruku membawa langkahku menuju jembatan yang memisahkan desaku dengan desa sebelah. Aku melihat ke bawah air keruh itu menngambarkan keruhnya hatiku.” Pada cerkak ini bahasa yang digunakan bersifat eksplisit dan mudah dipahami. Dengan demikian aspek bahasa pada cerkak “Rokok” telah memenuhi kriteria bahan ajar untuk SMA.

12. Cerkak “Sopir Taksi”