93
bahasa dalam kumpulan cerkak “Panggung Sandiwara” karya Daniel Tito dapat dilihat dari gaya bahasa pada masing-masing cerkak dalam kumpulan cerkak
“Panggung Sandiwara” karya Daniel Tito.
1. Cerkak “BMW 318i”
Gaya bahasa yang digunakan dalam cerkak “BMW 318i” ini sederhana sehingga mudah dipahami dan sesuai dengan tahap perkembangan bahasa. Hal ini dapat
dilihat pada cuplikan di bawah ini. “Pak Atmo ditimbali Bapak.”
“Sakmenika, Mbak?” “Nggih, nika dirantos onten ndalem wingking.” Sumaure
Mbak Wuri. hlm. 1 “Pak Atmo dipanggil Bapak.”
“sekarang Mbak?” “Iya, ditunggu di rumah belakang.” Jawab Mbak Wuri.
“Banjur arep numpak apa, Pak Atmo?” “Nggih biasa, Pak. Ngebis lajeng mlampah. Tiyang
panggenaipun wonten dhusun, tengah wana.” “dadi ora bisa diliwati kendharaan roda papat?”
“Inggih saged. Namung mboten wonten kendharaan mlebet.” hlm. 2
“Kemudian mau naik apa, Pak Atmo?” “Ya biasa, Pak. Naik bis kemudian jalan kaki. Orang
tempatnya di desa, tengah hutan.” “Jadi tidak bisa dilewati kendaraan roda empat?”
“Ya bisa. Tapi nggak ada kendaraan yang masuk.”
Pada cerkak ini bahasa yang digunakan bersifat eksplisit dan mudah dipahami. Dengan demikian aspek bahasa pada cerkak “BMW 318i” telah
memenuhi kriteria bahan ajar untuk SMA.
2. Cerkak “Bu Gin”
94
Gaya bahasa yang digunakan dalam cerkak ‘Bu Gin” ini sederhana sehingga mudah dipahami dan sesuai dengan tahap perkembangan bahasa. Hal ini
dapat dilihat pada cuplikan di bawah ini. “Panjenengan sinten?”
“Kula Prawito. Rumiyin bekas siswanipun Bu Gin wonten ing SD Sentot Prawirodirjo.”
“Oh… Mangga pinarak. Namung anu… nuwun sewu, Bu Gin nembe priksa dhateng Dokter Harun.” hlm. 14
“Anda siapa?” “Aku Prawito. Dahulu miridnya Bu Gin di SD Sentot
Prawiodirjo.” ‘Oh… Mari silahkan duduk. Tapi… maaf, Bu Gin baru
periksa ke Dokter Harun.”
Pada cerkak ini juga terdapat paribasan, paribasan yaitu kalimat atau kumpulan kata yang mempunyai arti atau makna. Hal ini dapat dilihat pada
cuplikan di bawah ini. Kacang uga bisa ninggalake lanjaran. Nyolong pethek Yen
bapake kondhang dadi wong ala durung mesthi yen anake ya dadi wong ala. Contone Prawito, ya aku iki. Mengkana
tansah dikojahake dening Bu Gin marang para siswane,” hlm. 16
“Kacang juga bisa meninggalkan tempatnya berpijak. Tidak mengira Kalau bapaknya terkenal jadi orang tidak benar
belum pasti kalau anaknya juga jadi orang tidak benar. Contohnya Prawito, ya aku ini. Seperti itu selalu dinasehatkan
oleh Bu Gin kepada para muridnya,”
Kutipan di atas menunjukkan adanya peribahasa yang terdapat dalam cerkak ini. Peribahasa di atas artinya bahwa watak anak belum pasti sama dengan
orang tuanya dan kita tidak bisa mengiranya. Pada cerkak ini bahasa yang digunakan bersifat eksplisit dan mudah
dipahami. Dengan demikian aspek bahasa pada cerkak “Bu Gin” telah memenuhi kriteria bahan ajar untuk SMA.
95
3. Cerkak “Dalan”