29
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini dibagi menjadi dua bagian yaitu penelitian pendahuluan dan penelitian utama. Pada penelitian pendahuluan dilakukan preparasi bahan baku
kulit rambutan yang akan digunakan untuk penelitian utama dan pada penelitian utama dilakukan ekstraksi antosianin dari kulit rambutan dan kemudian dianalisa.
4.1 PENELITIAN PENDAHULUAN
Penelitian pendahuluan dilakukan untuk menentukan ukuran optimum kulit rambutan dalam ekstraksi antosianin dari kulit rambutan. Variasi ukuran
kulit rambutan adalah dengan mengggunakan variasi ayakan 50, 70, 100 dan 140 mesh. Sebelum diekstraksi, terlebih dahulu dilakukan persiapan bahan baku. Kulit
rambutan yang sudah dicuci dipotong kecil-kecil lalu dikeringkan dalam oven dan juga di bawah sinar matahari. Setelah itu dimasukkan ke dalam ball mill
untuk dihancurkan dan menjadi bubuk, kemudian diayak dengan variasi ukuran ayakan 50, 70, 100 dan 140 mesh. Namun, pre-treatment ini tidak menghasilkan
larutan yang mengandung antosianin. Adapun indikator yang menyatakan bahwa tidak diperoleh antosianin dilihat dari warna larutan yang kecoklatan, memiliki pH
4,5-7 dan panjang gelombangnya tidak berada direntang panjang gelombang antosianin yaitu 465-560 nm. Hal ini diduga karena pemanasan dan paparan sinar
matahari. Cahaya dapat menyebabkan berkurangnya intensitas suatu zat warna. Suhu yang tinggi akan menyebabkan degradasi antosianin. Pada penelitian ini
kestabilan intensitas warna antosianin dari ekstrak kulit rambutan semakin berkurang setelah dilakukan proses pemanasan. Degradasi antosianin meningkat
pada suhu tinggi dan terhadap paparan cahaya [9]. Laju kerusakan degradasi termal menyebabkan hilangnya warna pada
antosianin yang akhirnya terjadi pencoklatan [24]. Hasil ekstraksi menggunakan ukuran ayakan adalah larutan berwarna coklat. Hal ini dikarenakan pengeringan
mempunyai kekurangan yaitu dapat merusak sifat dan karakteristik dari bahan yang dikeringkan misalnya bentuknya, sifat- sifat fisik kimianya dan penurunan
mutunya [6]. Reaksi pencoklatan terdiri atas pencoklatan enzimatis dan non-
Universitas Sumatera Utara
30
0.2 0.4
0.6 0.8
1 1.2
A b
sor b
an si
Dipotong kecil Diblender
enzimatis. Pencoklatan enzimatis disebabkan oleh aktivitas enzim phenolase dan oliphenolase. Sedangkan secara non-enzimatis, perubahan warna akibat perubahan
temperatur. Energi yang ditimbulkan oleh suhu pemanasan menyebabkan terjadinya konjugasi elektron sehingga perubahan warna kuning jingga manjadi
coklat [25]. Etanol 95 umumnya digunakan dalam ekstraksi antosianin karena
kepolarannya hampir sama dengan polaritas antosianin sehingga mudah melarutkan antosianin. Antosianin tidak stabil di dalam larutan netral atau basa,
sehingga ekstraksi dilakukan pada kondisi asam. Beberapa jenis pengasaman yang digunakan pada ekstraksi antosianin adalah HCl [2]. HCl 1 merupakan
jenis pengasam paling efektif karena dapat mendenaturasi membran sel tanaman dan melarutkan pigmen antosianin keluar dari sel [16].
Variasi ukuran selanjutnya adalah menggunakan bahan baku berupa kulit rambutan yang dipotong dengan ukuran 0,5 cm x 0,5 cm dan kulit rambutan yang
dihancurkan menggunakan blender. Ekstraksi dilakukan dengan menggunakan pelarut etanol 95 yang diasamkan dengan 1 HCl, dengan perbandingan kulit
rambutan dan pelarut 1 : 10 dan diekstraksi pada temperatur 50 C selama 4 jam.
Hasil penelitian pendahuluan dapat dilihat pada Gambar 4.1.
Gambar 4.1 Perbandingan Nilai Absorbansi dari Kulit Rambutan yang Dipotong dan Kulit Rambutan yang Diblender
Universitas Sumatera Utara
31 Dari gambar 4.1 terlihat bahwa nilai absorbansi dari kulit rambutan yang
diblender lebih tinggi dibandingkan dengan kulit rambutan yang dipotong 0,5 cm x 0,5 cm. Absorbansi pada kulit rambutan yang diblender adalah 1,0086 dengan
perolehan rendemen sebesar 0,1544 . Sedangkan kulit rambutan yang dipotong 0,5 cm x 0,5 cm memiliki absorbansi 0,625 dan rendemen yang dihasilkan adalah
0,073 . Pada gambar 4.1 dapat terlihat bahwa kulit rambutan yang diblender menghasilkan rendemen yang lebih tinggi dibandingkan kulit rambutan yang
dipotong 0,5 cm x 0,5 cm. Semakin kecil ukuran sampel semakin besar luas kontak area permukaan dengan pelarut sehingga menghasilkan antosianin yang
terbaik [27]. Selama terjadi kontak antara padatan dengan pelarut, sebagian solute akan berpindah ke dalam pelarut secara difusi dan berlangsung hingga
kesetimbangan tercapai. Laju difusi ini sebanding dengan luas permukaan partikel padatan dan berbanding terbalik dengan ketebalan padatan. Memperkecil ukuran
padatan adalah suatu cara agar lintasan kapiler yang harus dilewati secara difusi menjadi lebih pendek dan tahanan akan berkurang. Solute seringkali terkurung di
dalam sel sehingga perlu dilakukan kontak langsung dengan pelarut melalui pemecahan dinding sel [28].
4.2 PENELITIAN UTAMA