8. Lama waktu fermentasi
Lama waktu fermentasi dalam penelitian ini adalah 14 hari
C. Alat dan Bahan
1. Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah, timbangan, erlenmeyer 500 ml, gelas beker 500 ml, gelas ukur 100 ml, blender,
jangka sorong digital kertas indikator pH, kain saring, kompor, koran bekas, loyang, , pisau, karet ban bekas, pengaduk, panci, baskom, botol
sirup, besek, kain basah, sprayer. 2.
Bahan Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah limbah
cair tepung tapioka singkong Manihot esculenta 15 liter, kecambah kacang hijau 2000 g, molase 5400 ml, gula pasir 400 g, starter nata 1200
ml, air 1 galon, cuka, air 1 galon.
D. Cara Kerja
Penelitian ini dilakukan pada tanggal 5-19 Maret 2017 di laboratorium Pendidikan Biologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Dalam penelitian
ini terdapat tahapan langkah kerja yang meliputi: 1.
Pembuatan sari kecambah kacang hijau Kacang hijau direndam dengan air bersih selama satu malam. Biji
kacang hijau yang terapung selama proses perendaman dibuang karena biji
tersebut berkualitas
buruk. Selanjutnya
dilakukan proses
perkecambahan dengan meletakkan biji kacang hijau di wadah yang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
berlubang seperti besek. Wadah tersebut ditutup dengan kain basah dan dilakukan penyiraman terhadap biji kacang hijau menggunakan sprayer
sebanyak 4 kali selama sehari. Setelah 4 hari maka kecambah kacang hijau dapat dipanen. Pada saat panen kecambah dibersihkan kulit bijinya
dengan air sampai bersih. Kecambah kacang hijau kembali dibersihkan dengan dicuci dengan air bersih dan ditiriskan. Selanjutnya kecambah
kacang hijau ditimbang menjadi 1600 g. Kemudian kecambah kacang hijau diblender dengan menambahkan air dengan perbandingan 1:1 1600
g : 1600 ml air. Setelah diblender maka hasilnya disaring dengan kain saring sebanyak 2 kali untuk memisahkan sari kecambah kacang hijau
dengan ampasnya. Penyaringan pertama dengan saringan plastik dilanjutkan dengan kain saring. Air hasil penyaringan dimasukkan ke
dalam baskom yang telah disediakan. 2.
Pengenceran molase Molase yang digunakan merupakan molase murni 100 hasil
pemutihan gula pasir sehingga perlu dilakukan pengenceran untuk menurunkan kadar gulanya. Pengenceran dilakukan dengan perbandingan
1:3. Molase murni sebanyak 1800 ml dituangkan ke dalam baskom dengan menambahkan air sebanyak 5400 ml selanjutnya diaduk sampai tercampur
antara molase dengan air. 3.
Pembuatan nata Limbah cair tepung tapioka sebanyak 15 liter disaring dengan
menggunakan kain saring untuk menghilangkan kotorannya. Limbah cair PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
tepung tapioka yang telah disaring dimasukkan ke dalam 4 panci dengan volume 3200 ml pada setiap panci. Limbah cair tepung tapioka yang
sudah dimasukkan ke dalam panci direbus hingga mendidih. Pada saat proses perebusan ditambahkan sumber karbon dan nitrogen tabel 3.2.
Sebelum mendidih ditambahkan asam cuka ke dalam panci hingga diperoleh pH larutan antara 3 sampai 4. Pengecekan pH dilakukan
dengan kertas indikator pH universal. Buih –buih yang muncul di
permukaan saat proses perebusan dibuang. Setelah mendidih, selanjutnya dituang ke dalam 12 loyang dengan volume setiap loyang
1000 ml. Loyang ditutup dengan menggunakan koran dan diikat bagian pinggirnya dengan karet ban. Media didinginkan semalam sampai
suhunya sekitar suhu 30 ℃. Selanjutnya ditambahkan starter nata
sebanyak 100 ml 10 di salah satu sudut nampan dan tidak diaduk pada setiap loyang. Media yang sudah ditambahkan starter nata
selanjutnya diinkubasi selama 14 hari pada suhu ruang. Tabel 3.2 Penambahan Sumber Karbon dan Sumber Nitrogen dalam
Media Fermentasi Perlakuan
Substrat ml Sumber C
Sumber N Molase
ml Gula
Pasir g Sari Kecambah
kacang hijau ml
M1 4000
400 -
400 M2
4000 600
- 400
M3 4000
800 -
400 KO
4000 -
400 400
4. Pemanenan Nata
Setelah diinkubasi selama 14 hari, nata dipanen dengan mengeluarkannya dari tempat inkubasi dan dibersihkan lapisan lendir yang
berada di atas dengan cara dikeruk menggunakan sendok. Selanjutnya dilakukan pengukuran terhadap ketebalan nata. Pengukuran ketebalan
nata pada setiap loyang dilakukan pada setiap titik sebagai sampel gambar 3.1. Nata selanjutnya direndam menggunakan air bersih selama 3
hari dengan mengganti air rendaman setiap sehari sekali. Selanjutnya nata diiris menyerupai bentuk dadu dengan ukuran sekitar 1 cm
3
. Irisan nata direbus selama 5 menit untuk menghentikan aktivitas bakteri A. xylinum.
Nata kemudian siap untuk ddilakukan pengujian organoleptik.
Gambar 3.1 Pengambilan sampel pengukuran nata. 5.
Analisis karateristik Nata de cassava Nata yang terbentuk kemudian dilakukan uji untuk memperoleh
data kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif meliputi uji rasa, uji bau, warna, tekstur dan kesukaan panelis terhadap nata. Dalam pengambilan
data kualitatif dipilih 20 panelis yang terdiri dari 10 panelis laki-laki dan 10 panelis perempuan yang merupakan mahasiswa Pendidikan Biologi
Universitas Sanata Dharma. Pada saat mengisi kuesioner yang telah
B
C D
E A
disediakan harus urut dari warna, tekstur, aroma, rasa, kesukaan panelis terhadap nata. Panelis diminta mengambil nata secara acak pada setiap
nampan yang mewakili kelompok uji. Saat melakukan pengamatan warna diusahakan tepat di bawah sinar cahaya matahari atau cahaya ruangan
yang terang. Panelis harus minumberkumur dahulu dengan air putih sebelum dan sesudah melakukan uji organoleptik mengenai rasa.
Data kuantitatif meliputi data tentang pengukuran rendemen nata dan pengukuran ketebalan nata. Cara pengambilan data kuantitatif
sebagai berikut: a
Rendemen nata Rendemen nata dihitung berdasarkan perbandingan antara bobot
media dengan bobot nata setelah fermentasi. b
Ketebalan nata Ketebalan nata diukur setelah dilakukan pembersihan lendir pada
permukaan nata. Pengukuran menggunakan jangka sorong digital dan dihitung nilai rerata dari setiap perlakuan.
Rendemen =
� � � � �
� � ��
x 100 Sumber: Andra, 2015
E. Analisis Data