kalau sumber perdarahan dari saluran cerna bagian atas. Pemeriksaan esofagogastroduodenoskopi merupakan pemeriksaan penunjang yang paling
penting karena dapat memastikan diagnosis pecahnya varises esofagus atau penyebab perdarahan lainnya dari esofagus, lambung dan duodenum.
Penyebab perdarahan dapat disebabkan oleh satu atau lebih penyebab, sehingga dengan diketahui pasti penyebabnya maka penatalaksanaan dapat lebih
optimal. Untuk rumah sakit-rumah sakit di daerah yang belum memiliki fasilitas endoskopi saluran cerna dapat memakai modalitas lain yaitu roentgen oesofagus-
lambung-duodenum OMD walaupun tidak begitu sensitif.
2.1.3 Penatalaksanaan khusus
Penatalaksanaan khusus merupakan penatalaksanaan hemostatik perendoskopik atau terapi embolisasi arteri. Terapi hemostatik perendoskopik
yang diberikan pada pecah varises esofagus yaitu tindakan skleroterapi varises perendoskopik STE dan ligasi varises perendoskopik LVE. Pada perdarahan
karena kelainan non varises, dilakukan suntikan adrenalin di sekitar tukak atau lesi dan dapat dilanjutkan dengan suntikan etoksi-sklerol atau obat fibrinogen-
trombin atau dilakukan terapi koagulasi listrik atau koagulasi dengan heat probe atau terapi laser, atau koagulasi dengan bipolar probe atau yang paling baik yaitu
hemostatik dengan terapi metal clip. Bila pengobatan konservatif, hemostatik endoskopik gagal atau kelainan berasal dari usus halus dimana skop tak dapat
masuk dapat dilakukan terapi embolisasi arteri yang memperdarahi daerah ulkus. Terapi ini dilakukan oleh dokter spesialis radiologi intervensional.
Usaha menghilangkan faktor agresif
T. Awalludin : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi RumahSakit Di Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan, 2009
USU Repository © 2008
Usaha yang diperlukan untuk menghilangkan faktor agresif pada perdarahan SCBA karena kelainan non varises antara lain:
a. Memperbaikimenghindari faktor predisposisi atau risiko seperti gizi, stres, lingkungan, dan sosioekonomi.
b. Menghindarimenghentikan paparan bahan atau zat yang agresif seperti asam, cuka,OAINS, rokok, kortikosteroid dan lainnya
c. Memberikan obat yang dapat mengurangi asam lambung seperti antasida, antimuskarinik, penghambat reseptor H2 H2RA, penghambat pompa proton
PPI. PPI diberikan per injeksi bolus intra vena 2-3 kali 40 mghari atau bolus intra vena 80 mg dilanjutkan kontinu infus drip 8 mgjam selama 12 jam
kemudian intra vena 4 mgjam sampai 5 hari atau sampai perdarahan berhenti lalu diganti oral 1-2 bulan.
Alasan mengapa PPI diindikasikan pada perdarahan non varises, karena PPI dapat menaikkan pH diatas 6 sehingga menyebabkan bekuan darah yang terbentuk tetap
stabil, tidak lisis. d. Memberikan obat eradikasi kuman Helicobacter pylori dapat berupa terapi
tripel dan terapi kuadrupel selama 1- 2 minggu: Terapi tripel : 1. PPI + amoksisilin + klaritromisin
2. PPI + metronidazol + klaritromisin 3. PPI + metronidazol + tetrasiklin
Terapi kuadrupel, bila tripel gagal : 1. Bismuth + PPI + amoksisilin + klaritromisin
2. Bismuth + PPI + metronidazol + klaritromisin
T. Awalludin : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi RumahSakit Di Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan, 2009
USU Repository © 2008
3. Bismuth + PPI + tetrasiklin + metronidazole untuk daerah resistensi tinggi klaritromisin
http:www.papdi.orgmainpapdicpdindex.php?do=admin.pdfID=20.
2.2 Stroke