Peranan Mikroorganisme Endofit. Mikroorganisme Endofit Penghasil Hormon Auksin.

Gustin Khairani : Isolasi Dan Uji Kemampuan Bakteri Endofit Penghasil Hormon IAA Indole Acetic Acid Dari Akar Tanaman Jagung Zea mays L., 2010. Acetic Acid atau yang lebih dikenal dengan sebutan auksin. Auksin berperan sebagai hormon pemacu tumbuh pada tanaman dan biasanya ditemukan pada jaringan meristem Spaepen et al., 2007.

2.2 Peranan Mikroorganisme Endofit.

Peranan mikroorganisme endofit dalam memacu pertumbuhan tanaman telah banyak mendapat perhatian sehingga mikroorganisme endofit dapat dimanipulasi untuk meningkatkan produktivitas tanaman jagung Tarabily et al., 2003. Menurut Stierle et al., 1995 dalam Susilawati 2003, pemanfaatan mikroba endofit dalam memproduksi senyawa aktif memiliki beberapa kelebihan antara lain adalah 1 lebih cepat menghasilkan dengan mutu yang seragam 2 dapat diproduksi dalam skala besar 3 kemungkinan diperoleh komponen bioaktif baru dengan memberikan kondisi yang berbeda. Disamping itu, James Olivares 1996 dalam Susilawati 2003 menambahkan bahwa sejumlah mikroba endofit yang telah berhasil diisolasi dari bagian dalam beberapa tanaman pangan, yaitu pada tanaman padi, jagung, sorgum dan tebu dapat meningkatkan produksi hormon pertumbuhan. Setiap tanaman tingkat tinggi mengandung beberapa mikroorganisme endofit yang mampu menghasilkan senyawa biologi atau metabolit sekunder yang diduga sebagai akibat koevolusi atau transfer genetik genetic recombination dari tanaman inangnya ke dalam mikroorganisme endofit Tan et al., 2001 dalam Radji, 2005.

2.3 Mikroorganisme Endofit Penghasil Hormon Auksin.

Mekanisme peningkatan pertumbuhan tanaman oleh bakteri endofit dapat terjadi melalui beberapa cara diantaranya adalah melarutkan senyawa fosfat, fiksasi nitrogen, merangsang pertumbuhan akar lateral dan menghasilkan hormon pertumbuhan seperti hormon auksin, etilen dan sitokinin Thakuria et al., 2004. Tanaman memenuhi kebutuhan akan hormon tumbuh melalui kemampuannya dalam mensintesis hormon auksin dari mikroorganisme yang berada dalam jaringannya Hindersah et al., 2002. 5 Gustin Khairani : Isolasi Dan Uji Kemampuan Bakteri Endofit Penghasil Hormon IAA Indole Acetic Acid Dari Akar Tanaman Jagung Zea mays L., 2010. Bakteri penghasil IAA berpotensi bergabung dengan beberapa proses fisiologis tanaman dengan cara memasukkan IAA yang dihasilkannya ke tanaman. Pengaruhnya bagi tanaman itu sendiri adalah tanaman tersebut lebih sensitif dalam mengubah konsentrasi IAA yang dimilikinya sehingga membantu dalam pembentukan akar lateral dan akar adventif serta elongasi akar primer Leveau, Lindow, 2004. Kemampuan Azotobacter dalam memproduksi fitohormon sitokinin dan auksin dilaporkan pertama kali oleh Vancura Macura pada tahun 1960 Vancura, 1988 dalam Hindersah Simarmata, 2004. Berbagai hasil penelitian melaporkan bahwa beberapa kelompok mikroba mampu menghasilkan senyawa yang dapat mempercepat pertumbuhan tanaman. Sebagai contoh, bakteri Rhizobium yang terseleksi mampu menstimulasi pertumbuhan, baik pada tanaman legum maupun yang bukan legum pada skala lapangan. Bakteri tersebut terbukti mampu memproduksi fitohormon yaitu sitokinin dan auksin Hoflich, 1995 dalam Aryantha et al., 2002. Pada awalnya Azotobacter dan Azospirillum ditumbuhkan untuk memacu pertumbuhan tanaman karena kemampuannya dalam memfiksasi nitrogen. Kemudian, bukan karena alasan itu saja, ternyata mereka juga dapat menghasilkan hormon pertumbuhan IAA Kennedy, 1998 dalam Husen, 2003. Penelitian lain mengenai produksi IAA telah banyak dilakukan terutama pada Azospirillum brasilense dalam gandum. IAA berpengaruh terhadap perkembangan akar gandum, dan dapat memperbaiki produktivitas tanaman melalui stimulasi hormon Lestari et al., 2007. Azospirillum juga mampu meningkatkan hasil panen tanaman pada berbagai jenis tanah dan iklim serta menurunkan kebutuhan pupuk nitrogen hingga 35. Inokulasi Azospirillum lipoferium pada tanaman jagung menyebabkan peningkatan hasil panen sekitar 10 Madigan et al., 1997 dalam Aryantha et al., 2002. Disamping itu juga Azospirillum dapat meningkatkan jumlah serabut akar padi, tinggi tanaman dan menambah konsentrasi fitohormon IAA dan IBA indol butirat acid bebas di daerah perakaran Aryantha et al., 2002. Imas et al 1989, melaporkan bahwa sebagian besar dari 25 macam fungi mampu menghasilkan hormon IAA. Banyak spesies bakteri dan jamur yang terutama jika mediumnya ditambah triptofan akan menghasilkan hormon IAA Subba Rao, 6 Gustin Khairani : Isolasi Dan Uji Kemampuan Bakteri Endofit Penghasil Hormon IAA Indole Acetic Acid Dari Akar Tanaman Jagung Zea mays L., 2010. 1994. Agrobacterium tumefaciens, Ustilago maydis, Synchystrium endobioticum, Gymnosporangium juniperivirginianae,Nectria galligena, Endophyllum sempervivi, Rhizobium spp, dan Pseudomonas fluorescen merupakan mikroba yang menghasilkan IAA baik pada kultur murni maupun pada asosiasinya dengan tanaman Hanafiah et al., 2005. Bermacam-macam mikroorganisme tanah termasuk bakteri, fungi berfilamen dan yeast mampu menghasilkan auksin yang mempunyai pengaruh nyata dan besar dalam pertumbuhan serta perkembangan tanaman Tarabily et al., 2003. Dalam lingkungan, tumbuhan tidak memiliki kemampuan yang cukup dalam mensintesis hormon endogenous untuk memacu pertumbuhannya agar lebih optimal. Persediaan hormon eksogenous dalam tanaman mungkin saja dipengaruhi oleh keseimbangan hormon pertumbuhan endogenous Nickel, 1982 dalam Zahir et al., 2000. Bakteri penghasil IAA mempunyai potensi untuk bergabung dengan beberapa proses fisiologis tanaman dengan cara memasukkan IAA yang dihasilkannya ke tanaman, pengaruhnya bagi tanaman itu sendiri adalah tanaman tersebut lebih sensitif dalam mengubah konsentrasi IAA yang dimilikinya. Akar misalnya, merupakan salah satu organ tanaman yang paling sensitif terhadap fluktuasi IAA serta akar bertanggung jawab dalam meningkatkan jumlah IAA eksogenous yang berguna bagi proses elongasi akar primer, pembentukan akar lateral dan akar adventif Leveau Lindow, 2004. IAA dihasilkan oleh bakteri dalam tanaman dengan meningkatkan jumlah rambut akar dan akar lateral tanaman Okon Kapulnik, 1986.

2.4 Hormon Auksin