Seniman dan Masyarakat Pendukung Keroncong Tugu

50 Hal itu dia buktikan dengan membuat semakin harum nama Keroncong Tugu Cafrinho yang dia lakukan dengan cara mengisi acara-acara pementasan yang dilaksanakan baik di televisi ataupun di ruang terbuka, mengisi acara pemerintahan ataupun swasta, mendidik serta membimbing para junior yang dipersiapkan sebagai penerus dari Keroncong Tugu Cafrinho, merekam kembali lagu-lagu Keroncong Tugu yang lama, dan membangun kerjasama dengan banyak pihak baik pemerintah, swasta bahkan internasional. Hal lain yang dilakukan Guido adalah latihan rutin pada selasa malam sebagai upaya membangun kekompakan dan penguasaan terhadap lagu-lagu yang ikut berkembang di jaman sekarang, ini dimaksudkan agar pendewasaan musik keroncong tugu terhadap perkembangan musik jaman sekarang dapat berjalan seirama atas dasar selera masyarakat yang mendengarnya.

2.4 Seniman dan Masyarakat Pendukung Keroncong Tugu

Di generasi Keroncong Tugu Cafrinho yang ke-4 ini, keanggotan yang terdaftar sebagai musisi Keroncong Tugu Cafrinho ada sebanyak 31 orang yang dibagi ke dalam dua kelompok. Kelompok yang pertama adalah merupakan para musisi Keroncong Tugu Cafrinho senior yang jumlahnya ada sebanyak 22 orang, yakni sebagai berikut. Senior: 1. Yunus Cornelis Yulianto 2. Santana Immanuel Manurung 3. Rosmario Quiko 51 4. Rosdiana Broune 5. Sesar Cornelis 6. Nining Yatmin 7. Ahmad 8. Helmi Irawan 9. Lupita Glory Quiko Cornelis 10. Avand Michiels 11. Wandi 12. Nicolaus Payong Ola 13. Sesya Damiyati 14. Ferina Panduinata 15. Winarno 16. Alexander Sebastian 17. Ervina Simarmata 18. Yando Quiko 19. Tetty Supangat 20. Surjaya 21. Arie Wibowo 22. Cecep Sumarlin Untuk kategori musisi Keroncong Tugu Cafrinho yang terdaftar sebagai musisi junior, terdiri dari 9 orang, yakni: 1. Evi Carrela 2. Zhagio Augusto 52 3. Marcel 4. Grace 5. Bena Alexandra 6. Ariel Tegar Armanda 7. Rafael 8. Chelsea 9. Vito Stefanus Di bawah ini juga dituliskan daftar Badan Pengurus Harian dari Kelompok Keroncong Tugu Cafrinho. KERONCONG TUGU CAFRINHO Penasehat : Prof. Edward Quiko Gathtut Dwi Hastoro Pembina : Pemerintah Provinsi DKI Jakarta Dinas Kebudayaan dan Pariwisata DKI Jakarta Walikota Jakarta Utara Pimpinan : Guido Quiko Sekretaris : Johan Soppaheluawakan Bendahara : Ida Yanti Ratna Putri Asisten : Eugeniana Quiko Sekretariat : Jl. Raya Tugu Gg.Bhineka 1 No.28 Rt 003 Rw 014 53 Tugu Utara - Koja - Jakarta Utara 14260. INDONESIA Telp. +62214412282 - Mobile. +628174974414 Dari total 31 orang yang terdaftar sebagai anggota kelompok Keroncong Tugu Cafrinho, tidaklah semua anggota yang merupakan keturunan Portugis. Hanya 80 yang merupakan keturanan Portugis. Kemudian 20 lagi adalah mereka yang tertarik dan memiliki komiten yang sama dengan para keturunan Portugis untuk tetap mempertahankan dan membuat musik Keroncong Tugu tetap berkumandang hingga saat ini. Dari persentasi ini jelas terlihat bahwa musik Keroncong Tugu Cafrinho mendapat tempat dan perhatian dari pencinta musik tanah air, khususnya dari mereka yang masih memiliki darah Portugis. Hal ini tentu jelas telihat dari banyaknya anggota yang terdaftar dalam keanggotaan kelompok ini yang didominasi oleh mereka yang masih keturunan Portugis. Sekalipun mungkin tidak semua dari seluruh keturunan Portugis yang ada saat ini menjadi anggota kelompok dalam grup musik tersebut. Hal itu mungkin saja dikarenakan tidak semua dari keturunan Portugis memiliki telanta untuk bermain musik atau bernyanyi seperti anggota kelompok yang lain. Akan tetapi dukungan dan partisipasi mereka tentunya sangat besar, baik dukungan moral dan bahkan finansial untuk membuat warisan budaya yaitu Musik Keroncong Tugu tetap hidup dan bertahan. 54 Dukungan dan perhatian masyarakat tentu saja tidak hanya datang dari mereka yang berasal dari keluarga keturunan Portugis, akan tetapi dari berbagai lapisan masyarakat di berbagai daerah di Indonesia. Hal itu jelas terbukti dari beberapa anggota kelompok Keroncong Tugu Cafrinho yang terdaftar adalah sama sekali tidak ada hubungannya dengan “unsur Portugis,” tetapi ada yang suku Jawa, Batak Toba. Namun, loyalitas dan komitmen mereka untuk mempertahankan musik Keroncong Tugu tentu tidak diragukan lagi. Musik Keroncong Tugu sudah melekat dan menjadi bagian yang penting dalam hidup mereka. Selain dari mereka yang mendukung serta terlibat langsung dengan cara ikut bersama-sama anggota kelompok lain memainkan musik Keroncong Tugu Cafrinho agar tetap terdengar, banyak juga dukungan dari pihak lain baik pemerintah maupun swasta. Dukungan itu terlihat dari peranan pemerintah DKI Jakarta dan juga Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Jakarta, dan bahkan juga Walikota Jakarta Utara yang terlibat secara langsung untuk menjadi pembina bagi kelompok Keroncong Tugu Cafrinho ini. Perhatian itu tentu tidak hanya sebatas perkataan saja, akan tetapi kini Musik Keroncong Tugu Cafrinho telah dilegalkan sebagai salah satu kekayaan Kebudaayan Provinsi DKI Jakarta. Perhatian itu juga tidak berhenti sampai pada tahapan itu saja. Pemerintah DKI Jakarta juga terus berupaya membuat musik Keroncong Tugu ini dikenal masyarakat luas. Oleh karena itu dalam setiap kegiatan atau acara yang diselengarakan oleh Pemerintah DKI Jakarta atau juga dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata DKI Jakarta, kelompok Keroncong Tugu Cafrinho selalu 55 diundang untuk tampil mempersembahakan karya-karya mereka pada acara tersebut. Selain itu, ada juga pemerintah Timor Leste memberikan kesempatan kepada Keroncong Tugu Cafrinho untuk tampil di Timor Leste sebagai bentuk apresiasi. Dukungan dari berbagai pihak pun terus berdatangan kepada Keroncong Tugu Cafrinho. Salah satunya adalah dari Yayasan Kesetiakawanan dan Kepedulian YKDK yang memberikan sumbangan pada tahun 2010 berupa alat-alat musik dan membangun pendopo di halaman kediaman Guido Quiko sebagai tempat untuk latihan. Ada lagi dukungan yang datang dari Prof. Edo Quiko dan isterinya ibu Lily yang rutin menyumbangkan kostum lengkap, dan juga memberikan bantuan dana. Belum lama ini, dukungan juga datang dari CSR JICT Tanjung Priok memberikan bantuan berupa dana sejumlah Rp. 55.000.000 untuk membantu program pembinaan dan pelestarian Keroncong Tugu serta untuk peremajaan alat musik. Televisi juga menjadi pihak yang mendukung Keroncong Tugu Cafrinho sehingga semakin dikenal masyarakt luas. Mereka kerap kali diundang untuk memainkan musik mereka atau memberikan materi tentang Keroncong Tugu Cafrinho dalam berbagai-bagai acara di berbagai stasiun tv, baik Nasional dan swasta. Pada tahun 2014 lalu, Keroncong Tugu Cafrinho juga diminta untuk menjadi “home band” atau band pengiring pada salah acara di televisi swasta tanah air yaitu acara “Tatap Mata” di Trans7. 56 Sejak masa kepemimpinan bapak Samuel Quiko Kelompok Keroncong Moresco Tugu generasi ke 3 tahun 1889, kelompok ini telah diundang untuk tampil setiap tahunnya di Bazaar Pasar Malam Besar Tong Tong Fair Festival di Den Haag, Belanda hingga tahun 2002. Dari penjelasan di atas, penulis dapat melihat dengan sangat jelas bahwa Keroncong Tugu mendapat perhatian dan dukungan yang sungguh luar biasa dari banyak pihak, baik pemerintah, swasta, berbagai lapisan masyarakat, dan bahkan dukungan dari luar wilayah Indonesia. Hal ini menjadi sebuah bukti bahwa hingga masa sekarang ini musik Keroncong Tugu masih melekat erat di hati para pencinta musik ini. Tentu saja hal ini bisa terjadi karena komitmen yang sungguh luar biasa dari para pendukung dan semua orang yang memilih untuk tetap mencintai musik Keroncong Tugu sehingga meskipun kemunculan genre musik baru sangat marak terjadi, namun musik Keroncong Tugu tetap eksis di blantika musik Indonesia dan tetap memiliki tempat di hati para penggemarnya. 57

BAB III TRADISI MUSIK KERONCONG TUGU, IDENTITAS BUDAYA

KELOMPOK MASYARAKAT KAMPUNG TUGU Dalam Bab III ini akan dibahas mengenai musik Keroncong Tugu yang dijadikan sebagai identitas budaya bagi masyarakat keturunan Portugis yang tinggal di Kampung Tugu. Berdasarkan pernyataan Bruno Nettle yang menegaskan bahwa banyak orang tidak lagi merasa puas menunjukkan keunikan kulturalnya melalui pakaian, struktur masyarakat, kebudayaan material, ataupun lokasi tempat tinggalnya, bahasanya atau agamanya. Sebaliknya orang lebih memilih musik sebagai etnisitasnya, Netll 1985:165 penulis memusatkan pembahasan pada bab ini untuk melihat lebih dalam seperti apa tradisi musik Keroncong Tugu itu sendiri. Setiap kebudayaan tentu memiliki tradisi musik yang berbeda satu sama lain. Perbedaan ini dapat dikenali karena masing-masing dari tradisi musik memiliki karakter tersendiri yang memberikan gambaran mengenai kebudayaan tersebut. Karakter yang kuat tentu dapat dipakai sebagai alasan untuk dijadikan sebagai identitas budaya tertentu. Inilah alasan kenapa kelompok masyarakat Kampung Tugu memilih tradisi musik Keroncong Tugu sebagai identitas kebudayaan mereka. Selain sebagai pelopor lahirnya genre musik Keroncong di Indonesia, musik Keroncong Tugu yang diorganisir dalam kelompok Keroncong Tugu Cafrinho menjadi kelompok musik Keroncong tertua yang mampu bertahan hingga saaat ini di tengah ramainya genre musik baru yang muncul.