17 musiknya dan juga gaya musiknya secara keseluruhan. Tentu saja sebuah
komposisi musik tidak akan eksis tanpa adanya tangga nada, melodi, ritem, dan bentuk musiknya. Dan karakteristik ini, sekali lagi hanya sebuah keabstrakan
yang harus dimainkan sebagaimana mestinya, menjadi bagian musik yang nyata dari konten musik itu sendiri.
1.5 Metode Penelitian
Pada penelitian guna mengumpulkan data, penulis menggunakan metode penelitian deskritif. Metode deskriftif adalah suatu metode dalam meneliti
status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari
penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta
hubungan antarfenomena yang diselidiki Moh. Nasir 1988.
Selain itu penulis juga melakukan observasi lapangan dengan cara hadir dan melihat langsung proses latihan rutin yang mereka lakukan dan juga
menyaksikan secara langsung pertunjukan-pertunjukan yang mereka lakukan sehingga penulis dapat melihat lebih dekat bagaimana kegiatan kelompok ini
berlangsung sehari-harinya.
1.5.1 Studi Kepustakaan
Untuk mendukung kelengkapan serta keakuratan data yang penulis peroleh, penulis juga mencari buku-buku yang relevan dan dapat mendukung
18 tulisan ini. Hal itu dilakukan penulis dengan pergi ke perpustakaan untuk
meminjam buku atau jurnal yang bisa mendukung tulisan yang penulis buat. Beberapa tulisan ilmiah dan jurnal juga didapat penulis dengan cara mencarinya
di internet. Selain itu penulis juga banyak mendengar lagu-lagu dan pertunjukan tentang keroncong di situs Youtube juga membeli cd rekaman Keroncong Tugu
Cafrinho untuk menambah sebanyak mungkin refrensi data yang dibutuhkan penulis.
1.5.2 Wawancara
Salah satu teknik pengumpulan data yang dilakukan penulis adalah dengan wawancara. Wawancara merupakan salah satu teknik pengumpulan data
atau informasi yang tidak dapat diamati secara langsung. Menurut Koentjaraningrat ada tiga macam cara wawancara, yaitu: 1 wawancara
berfokus focused Interview, 2 wawancara bebas free interview, 3 wawancara sambil lalu casual Interview.
Wawancara ini dilakukan penulis minimal sebanyak 4 kali dalam seminggu selama penulis melakukan penelitian lapangan yang berlangsung
sekitar 2 bulan. Biasanya sebelum memulai wawancara, penulis mempersipakan garis-garis besar pertanyaan yang mengarah kepada satu pokok permasalahan
tertentu yang ingin penulis ketahui. Namun begitupun penulis tetap berusaha mengembangkan pertanyaan kepada hal lain yang masih terkait dengan
permasalahan dan jawaban informan guna mengurasi rasa kaku dan kejenuhan informan. Dalam merekam wawancara, penulis menggunakan kamera SLR milik
19 inventaris departemen Etnomusikologi dan menggunakan handphone untuk
merekam wawancara yang penulis lakukan.
1.5.3 Penelitian Lapangan
Penulis melakukan penelitian lapangan secara intensif dimulai dari pertengahan bulan Juli sampai awal September tahun 2013 di wilayah utara
Jakarta. Selama penulis di lokasi penelitian penulis melakukan wawancara rutin sebanyak empat kali dalam seminggu. Sebagai informan kunci penulis memilih
Bapak Guido Quiko yang merupakan generasi ke empat sejak terbentuknya kelompok Keroncong Tugu dan sekaligus juga sebagai pimpinan Kelompok
Keroncong Tugu Cafrinho sejak orang tuanya Samuel Quicko meninggal dunia. Selain melakukan wawancara dengan informan kunci, penulis juga melakukan
wawancara dengan anggota dari kelompok Keroncong Tugu Cafrinho untuk memperkaya informasi yang penulis butuhkan.
1.5.4 Kerja Laboratorium