Landasan Hukum Gadai Syariah Rahn Rukun Gadai Syariah Rahn

42

2. Landasan Hukum Gadai Syariah Rahn

Pada dasarnya, gadai adalah salah satu akad yang diperbolehkan dalam Islam. Adapun dalil-dalil yang menjadi landasan diperbolehkannya gadai adalah: a. Firman Allah SWT : ﻰ ﻠ ﻗ ﻰ ﻠ ﻗ “Jika kamu dalam perjalanan dan bermuamalah tidak secara tunai sedang kamu tidak memperoleh seorang penulis, maka hendaklah ada barang tanggungan yang tepat dijadikan sebagai pegangan oleh yang menghutangkan, tetapi jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, maka hendaklah yang dipercaya itu menunaikan amanat utangnya dan hendaknya ia bertakwa kepada Allah Swt.” Ayat tersebut menyebutkan secara eksplisit menyebutkan “barang tanggungan yang dapat dijadikan sebagai pegangan oleh yang menguntungkan”. Dalam dunia financial, barang tanggungan bisa dikenal sebagai jaminan collateral atau objek pegadaian. b. Al- Hadits “Aisyah r.a berkata bahwa Rasulullahh SAW membeli makanan dari seorang Yahudi dan menjaminkan kepadanya baju besi”. HR. Bukhari. Dari hadits di atas dapat dipahami, bahwa bermuamalah dibenarkan juga bila dilakukan dengan orang yang non muslim dan juga 43 harus memiliki barang jaminan, agar tidak ada kekhawatiran bagi yang memberikan pinjaman atau hutang. c. Ijma’ Ulama Jumhur ulama menyepakati kebolehan status hukum gadai. Hal dimaksud, berdasarkan pada kisah Nabi Muhammad saw., yang menggadaikan baju besinya untuk mendapatkan makanan dari seorang Yahudi. Para ulama juga mengambil indikasi dari contoh Nabi Muhammad saw. Tersebut, ketika beliau beralih dari yang biasanya bertransaksi kepada para sahabat yang kaya kepada seorang yahudi, bahwa hal itu tidak lebih sebagai sikap Nabi Muhammad saw. Yang tidak mau memberatkan para sahabat yang biasanya enggan mengambil ganti maupun harga yang diberikan oleh nabi Muhammad saw. kepada mereka. 66

3. Rukun Gadai Syariah Rahn

Rukun rahn antara lain adalah: a. Aqid, adalah pihak-pihak yang melakukan perjanjian. Aqid terdiri dari dua pihak yaitu: pertama, rahin yang menggadaikan, yaitu orang yang telah dewasa, berakal, bisa dipercaya, dan memiliki barang yang akan digadaikan. Kedua, Murtahin yang menerima gadai yaitu orang, bank, atau lembaga yang dipercaya oleh Rahn untuk mendapatkan modal dengan jaminan barang gadai. 66 Wahbah Zuhaily, Al-Fiqh Al-Islam Wa Adillatuhu, Beirut: Dar Al-Fikr, 2002, juz VI, Cet. 4, h. 4210. 44 b. Shigat Adalah ucapan berupa ijab dan qabul c. Marhun bih utang, yaitu sejumlah dana yang diberikan murtahin kepada rahin atas dasar besarnya tafsiran marhun d. Marhun barang yang digadaikan, yaitu barang yang digunakan rahin untuk dijadikan jaminan mendapatkan uang.

4. Syarat Gadai Syariah