5.2. Sikap Informan a.
Sikap Informan Tentang Informasi yang Di Berikan Petugas Puskesmas Untuk Menjadi Akseptor KB dengan Metode Medis Operasi Pria MOP.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan, empat orang setuju dengan informasi yang disampaikan oleh petugas puskesmas dan seorang informan lainnya
menyatakan setuju dengan informasi yag disampaikan oleh dokternya, seperti
diungkapkan informan berikut ini : ” Menurut saya dek, informasi yang dijelaskan petugas puskesmas itu sangat
bagus, tapi kayaknya masih belum begitu bisa diterima di masyarakat kita dek”.
Sedangkan seorang informan lainnya menyatakan berikut ini :
” Informasi yang dikasih dokter langganan saya sangat bagus, tapi saya sempat takut juga dengan isu tentang impoten yang pernah saya dengar dimasyarakat
tentang vasektomi tapi semua itu tidak sama dengan kenyataan setelah dilakukan”.
Hal ini sejalan dengan BKKBN 2008, yang menyatakan bahwa informasi mengenai cara menjadi Akseptor KB Pria sebaiknya diberikan oleh petugas kesehatan
atau dokter. Agar tidak ada lagi isu – isu dimasyarakat yang mengatakan bahwa Vasektomi adalah pengebirian kedua buah zakar pelir yang dibuang, sehingga
asumsi masyarakat pembuangan buah zakar ini dapat menyebabkan pria kehilangan gairah seks, dan hormonal yang diperlukan tidak dapat dibuat lagi, sedangkan yang
benarnya vasektomi hanya bersifat menghalangi pengeluaran benih.
b. Sikap Informan Tentang Masih Banyak Pria yang Sudah Menikah, Tapi Belum Menjadi Akseptor KB Dengan Metode Medis Operasi Pria MOP
Dari hasil wawancara yang dilakukan bahwa, ke 3 orang informan menyatakan banyaknya isu-isu tentang Vasektomi yang bisa menyebabkan impoten bila
Universitas Sumatera Utara
melakukan operasi ini. Sedangkan 2 orang informan lagi menyatakan bahwa masih ada yang belum tahu, takut dan kesibukan masyarakat kita sehingga tidak begitu
peduli dengan informasi Metode Medis Operasi Pria ini.
” Saya beranggapan wajar saja buk, karena mungkin mereka belum tahu bagaiman Metode Operasi Pria itu. Dan mingkin pemerintah harus lebih banyak
promosi kayak waktu program Kb yang di TV itu”.
Sedangkan tiga orang informan menyatakan banyaknya isu – isu yang ada di lingkungan masyarakat kita :
” Ya mungkin karena gosip dimasyrakat dek, bahwa vasektomi bisa menyebabkan para pria impoten”.
Menurut teori L.W.Green, perilaku manusia dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu predisporsing factors, enambling factors dan reinforcing factors. Dalam hal ini,
Reinforcing factors sangat berpengaruh terhadap perilaku pria suami dalam hal tindakan vasektomi. Ini tercermin dari sikap dan perilaku petugas kesehatan setempat
untuk mensosialisasikan atau memberitahukan metode medis operasi pria yang sesuai dengan kebutuhan kesehatan masyarakat, khususnya Akseptor KB Pria. Untuk
berperilaku sehat, masyarakat kadang-kadang bukan hanya perlu pengetahuan dan sikap positif, namun juga bukan hanya adanya dukungan fasilitas saja, melainkan
diperlukan perilaku contoh dari tokoh masyarakat lebih-lebih dari para petugas kesehatan. Dalam hal merubah perilaku masyarakan banyak tantangan yang sangat
prinsipil yang ditemukan antara lain : norma dan nilai masyarakat, kondisi masyarakat waktu dan biaya, kurang dukungan saran dan prasarana birokrasi dan
yang terakhir yaitu petugas yang tidak responsif sehingga perilaku masyarakat masi jauh dari standart kesehatan yang ditentukan Notoadmodjo, 2003.
Universitas Sumatera Utara
Agar tidak ada lagi isu – isu dimasyarakat yang mengatakan bahwa Vasektomi adalah pengebirian kedua buah zakar pelir yang dibuang, sehingga
asumsi masyarakat pembuangan buah zakar ini dapat menyebabkan pria kehilangan gairah seks, dan hormonal yang diperlukan tidak dapat dibuat lagi, sedangkan yang
benarnya vasektomi hanya bersifat menghalangi pengeluaran benih. Maka diharapkan agar pemerintah lebih aktif untuk mengenalkan kepada masyarakat tentang
Vasektomi tersebut BKKBN, 2008.
c. Sikap Informan Tentang Komplikasi yang Mungkin Terjadi Pada Akseptor KB Dengan Metode Medis Operasi Pria MOP
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan bahwa ke 5 orang informan menyatakan komplikasi yang mungkin terjadi pada peserta akseptor KB dengan
Metode Medis Operasi Pria ini seperti yang diungkapkan berikut ini :
” Petugas puskesmas bilang, komplikasi bisa terjadi kalau kita tidak mengikuti petunjuk yang telah disampaikan, komplikasinya seperti pendarahan dan agak-
agak bengkak di daerah kemaluan. Tapi saya gak ada masalah waktu itu”.
Hal yang sama juga diungkapkan informan yang lain seperti berikut ini :
” Saya mengalami pendarahan waktu itu, tapi hanya pada dua minggu pertama saja, tapi sekarang gak apa-apa lagi setelah diberikan obat. Itu terjadi karena saya
lupa dengan yang sudah dianjurkan petugas untuk lebih hati-hati dalam perawatannya”.
Komplikasi yang mungkin terjadi pada Akseptor KB Pria adalah seperti pendarahan atau peradangan bila bila proses sterilisasi alat tidak dilakukan dengan
baik. Bila hal tersebut terjadi, maka akseptor segera harus ke puskesmas atau dirujuk ke Rumah Sakit. Agar tidak terjadi pendarahan atau peradangan, maka sebaiknya
Universitas Sumatera Utara
akseptor mengikuti petunjuk perawatan luka yang disampaikan petugas kesehatan seperti : jaga daerah luka yang tertutup plaster agar tetap kering dan bersih, bila
plaster basah atau terbuka, segera ganti dengan plaster obat baru dan jangan dibubuhin dengan obat atau ramuan selain yang diberikan oleh dokter serta datang
kembali kepuskesmas klinik utuk pemeriksaan dan perawatan. BKKBN, 2008.
d. Sikap Informan Tentang Kehidupan Suami Istri Pada Akseptor KB