Dimensi Komunikasi KAJIAN TEORI

11 tidur manusia berada dalam kegiatan komunikasi. Dengan komunikasi kita dapat membentuk saling pengertian dan menumbuhkan persahabatan, memelihara kasih sayang, dan menyebarkan pengetahuan. Akan tetapi dengan komunikasi juga manusia dapat menumbuhkan permusuhan, menghidupkan perpecahan, menanamkan kebencian, merintangi kemajuan, dan menghambat pemikiran 10 . Kenyataan ini sekaligus memberikan gambaran betapa kegiatan manusia dalam berkomunikasi bukanlah sesuatu yang mudah dilakukan oleh setiap orang. Karena mungkin didasarkan atas asumsi bahwa komunikasi merupakan suatu yang lumrah dan alamiah yang tidak perlu dipermasalahkan. Karena begitu lumrahnya, sehingga seseorang cenderung tidak melihat kompleksitasnya atau tidak menyadari bahwa dirinya sebenarnya berkekurangan atau tidak berkompeten dalam kegiatan pribadi yang paling pokok ini. Dengan demikian, berkomunikasi secara efektif sebenarnya merupakan suatu perbuatan yang paling sukar yang pernah dilakukan seseorang. Dalam sebuah ungkapan bangsa Arab disebutkan : اكلا ةفص كت لا “Ucapan atau perkataan menggambarkan sipembicara”. Dari pernyataan diatas ini dapat disimpulkan bahwa perkatan atau ucapan, atau dengan istilah lain, kemampuan berkumonikasi akan mencerminkan apakah seseorang itu adalah 10 Jalaluddin Rahmat, Psikologi komunikasi,Bandung:Remaja Rosdakarya, 1996, cet.ke- 10, h. Kata Pengantar 12 terpelajar atau tidak. Dengan demikian, berkomuniksi tidaklah mudah, tidak juga identik dengan menyampaikan sebuah informasi saja. Para pakar komunikasi, sebagaimana yang dikutip oleh Jalaluddin Rahmat, berpendapat bahwa setiap komunikasi mengandung dua aspek, yaitu aspek isi dan aspek kandungan, dimana yang kedua mengklasifikasikan yang pertama dan karena itu merupakan diluar komunikasi. Komunikasi memang bukan hanya menyampaikan informasi tetapi yang terpenting adalah mengatur hubungan sosial di antara komunikan. Dengan demikian, demi terciptanya suasana kehidupan yang harmonis antar anggota masyarakat, maka harus dikembangkan bentuk-bentuk komunikasi yang beradab, yang digambarkan oleh Jalaluddin Rahmat, yaitu sebuah bentuk komunikasi dimana sang komunikator akan menghargai apa yang mereka hargai, ia berempati dan berusaha memahami realitas dari perspektif mereka. Pengetahuannya tentang khalayak bukanlah untuk menipu, tetapi untuk memahami mereka, dan bernegosiasi dengan mereka, serta bersama-sama saling memuliakan kemanusiaannya. Adapun gambaran kebalikannya yaitu apabila sang komunikator menjadikan pihak lain sebagai objek, ia hanya menuntut agar orang lain bisa memahami pendapatnya, sementara itu, ia sendiri tidak bisa menghormati pendapat orang lain 11 . 11 Jalaluddin Rahmat, Islam Aktual, Bandung: Penerbit Mizan, 1992,cet. Ke-4, h. 63 13 Pola komunikasi dalam al- Qur‟an, mungkin disini ada hal penting yang perlu diketahui terlebih dahulu. Karena al- Qur‟an tidak memberikan uraian secara spesifik tentang komuniksi. Karena pada dasarnya, kata „komunikasi‟ berasal dari bahasa Latin, communication, dan bersumber dari kata cummunis yang berarti sama, mempunyai satu makna. Artinya suatu komunikasi dikatakan komunikatif jika antara masing-masing pihak mengerti bahasa yang digunakan, dan paham terhadap apa yang dibicarakan. Karena dalam proses komunukasi, paling tidak terdapat tiga unsur, yaitu komunikator, media dan komunikan 12 . Para pakar komunikasi juga menjelaskan bahwa komunikasi tidak hanya bersifat informatif, yakni agar orang lain mengerti dan paham, tetapi juga persuasif, yaitu agar orang lain mau menerima ajaran atau informasi yang disampaikan, melakukan kegiatan atau perbuatan, dan lain-lain. Bahkan menurut Hovland, seperti dikutip oleh Onong, bahwa berkomunikasi bukan hanya terkait dengan penyampaian informasi, akan tetapi juga bertujuan pembentukan pendapat umum public opinion dan sikap public public attitude 13 . Meskipun al- Qur‟an secara spesifik tidak membicarakan masalah komunikasi, namun, terdapat gambaran-gambaran tentang cara berkomunikasi. Karena menurut para mufassir didalam al- Qur‟an dapat ditemukan qaulan balighan, qaulan maisuran, qaulan kariman, qaula n ma‟rufan, Qaulan 12 Onong Uchana Effendy, Ilmu Komunikasi, h.9 13 Ibid., h. 10 14 layyinan, dan Qaulan sadidan, dalam hal ini penulis mengasumsikan term- term tersebut sebagai bagian dari pola-pola komunikasi. Karena ada beberapa ayat yang memberikan gambaran umum tentang pola komunikasi tersebut. Dari berbagai teori komunikasi yang berkembang. Wilbur Schramm menyatakan komunikasi sebagai suatu proses berbagi sharing process. Schramm menguraikannya sebagai berikut : “Komunikasi berasal dari kata-kata bahasa Latin communis yang berarti umum common atau bersama. Apabila kita berkomunikasi, sebenarnya kita sedang berusaha menumbuhkan suatu kebersamaan commonnes dengan seseorang. Yaitu kita berusaha berbagai informasi, ide atau sikap. Seperti dalam uraian ini, misalnya saya sedang berusaha berkomunikasi dengan para pembaca untuk menyampaikan ide bahwa hakikat sebuah komunikasi sebenarnya adalah usaha membuat penerima atau pemberi komunikasi memiliki pengertian pemahaman yang sama terhadap pesan tertentu”. 14 Dari uraian tersebut, definisi komunikasi menurut Schramm tampak lebih cenderung mengarah pada sejauhmana keefektifan proses berbagi antarpelaku komunikasi. Schramm melihat sebuah komunikasi yang efektif adalah komunikasi yang berhasil melahirkan kebersamaan commonness, kesepahaman antara sumber source dengan penerima audience-nya. Menurutnya, sebuah komunikasi akan benar-benar efektif apabila audience menerima pesan, pengertian dan lain-lain persis sama seperti apa yang dikehendaki oleh penyampai. Sedangkan Pakar komunikasi lain, Joseph A Devito mengemukakan komunikasi sebagai transaksi. Transaksi yang dimaksudkannya bahwa komunikasi merupakan suatu proses dimana komponen-komponennya saling 14 Suprapto, Tommy. Pengantar Teori Komunikasi, cet ke-1, Yogyakarta: Indonesia, 2006, h. 2-3 15 terkait dan bahwa para komunikatornya beraksi dan bereaksi sebagai suatu kesatuan dan keseluruhan. Dalam setiap proses transaksi, setiap elemen berkaitan secara integral dengan elemen lain 15 . Jika dilihat sekilas dari ulasan di atas, kiranya dapat ditarik kesimpulan bahwa tiap ahli bisa memiliki pandangan beragam dalam mendefinisikan komunikasi. Komunikasi terlihat sebagai kata yang abstrak sehingga memiliki banyak arti. Kenyataannya untuk menetapkan satu definisi tunggal terbukti sulit dan tidak mungkin terutama jika melihat pada berbagai ide yang dibawa dalam istilah itu. Ilmu komunikasi merupakan ilmu pengetahuan sosial yang bersifat multidisipliner sehingga definisi komunikasi pun menjadi banyak dan beragam. Masing-masing mempunyai penekanan arti, cakupan, konteks yang berbeda satu sama lain, tetapi pada dasarnya berbagai definisi komunikasi yang ada sesungguhnya saling melengkapi dan menyempurnakan sejalan dengan perkembangan ilmu komunikasi itu sendiri.

B. Ruang Lingkup Komunikasi Etika Pola Komunikasi Dalam Al-Qur’an

Al- Qur‟an merupakan contoh konkrit bagaimana Allah selalu berkomunikasi dengan hamba-Nya melalui wahyu. Selain itu Rasulullah SAW pun berkomunikasi dengan keluarga, sahabat dan umatnya. Komunikasi beliau sudah terkumpul dalam ratusan ribu hadist yang menjadi penguat, penjelas al- Qur‟an sebagai petunjuk bagi kehidupan manusia. 15 Suprapto, Tommy. Pengantar Teori Komunikasi, cet ke-1, Yogyakarta: Indonesia, 2006, h. 6 16 Komunikasi dalam al- Qur‟an dinilai sangat penting, karena adanya kewajiban berda‟wah atau menyampaikan mentransfortasikan ajaran ketuhanan itu sendiri, sehingga al- Qur‟an harus selalu dikomunikasikan kepada umat manusia. Namun dalam hal ini, defenisi-definisi komunikasi yang secara jelas menjelaskan tentang komunikasi dalam al- Qur‟an belum dapat ditemukan, hanya saja para pakar komunikasi mencoba untuk menerangkannya melalui gambaran-gambaran ayat-ayat al- Qur‟an itu sendiri. Definisi komunikasi. Seperti Kroeber dan Kluckhohn 1957 berhasil mengumpulkan 164 definisi kebudayaan, dan Dance 1970 menghimpun tidak kurang dari 98 definisi komunikasi. Definisi-definisi tersebut dilatarbelakangi berbagai perspektif, seperti, mekanistis, sosiologis, dan psikologistis. Hovland, Janis, dan Kelly, semuanya psikolog, mendifinisikan komunikasi sebagai “the process by which an individual the communicator transmits stimuli usually to modify the behavior of other individuals the audience ”. 16 Dance 1967 mengartikan komunikasi dalam kerangka psikologi behaviorisme sebagai usaha “menimbulkan respons melalui lambang-lambang verbal tersebut bertindak sebagai stimuli 17 . Namun kesemuanya itu tidak ada satu pun yang langsung berkaitan dengan pola komunikasi dalam al- Qur‟an. Maka dari itu penulis mencoba untuk mengkolaborasikan antara definisi- 16 Burgon dan Huffner. Human Communication, London, Sage Publication, 2002. Data diperoleh dari http:bagusspsi.blog.unair.ac.id20100302bab-1 17 Jalaluddin Rahmat, Psikologi komunikasi,Bandung:Remaja Rosdakarya, 1996, h.3