Tafsir Surat Al-Hujurat49 : 13 Menurut Pandangan Para Mufasir

30 sifat dasar kemanusiaannya. Berikut ini adalah bunyi lengkap surat al-Hujurat ayat 13:                        Hai manusia, Sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal 1 . al-Hujurat49: 13 Turunnya ayat ini, menurut Abu Daud berkenaan dengan Abu Hind yang pekerjaan sehari-harinya adalah pembekam. Nabi meminta kepada Bani Bayadhah agar menikahkan salah seorang putrid mereka dengan Abu Hind, tetapi mereka enggan dengan alasan tidak wajar mereka menikahkan putri mereka dengannya yang merupakan salah seorang bekas budaknya. Ada juga riwayat yang menyatakan bahwa Usaid Ibn Abi al-Ish berkomentar ketika mendengar Bilal mengumandangkan adzan di Ka‟bah bahwa: “Alhamdulillah ayahku wafat sebelum melihat kejadian ini.” Ada lagi yang berkomentar: “Apakah Muhammad tidak menemukan selain burung gagak ini untuk beradzan?” 2 . Untuk lebih memahami kandungan surat al-Hujurat ayat 13 ini , maka penulis akan mencoba mencari implikasinya secara mufradat kosa kata, seperti berikut ini: 1 Departemen Agama RI, Alquran dan Terjemahannya, h. 412 2 M Quraish Shihab, Tafsir al- Misbah…..,h. 261 31                        “Dan Kami jadikan kalian berbangsa-bangsa dan bersuku-suku”. Kata ﺏﻭﻌﺸ syu‟ub adalah bentuk jamak dari kata ﺏﻌﺸ . Kata ini digunkan untuk menunjuk kumpulan dari sekian kabilah yang biasa diterjemahkan suku yang biasa merujuk kepada satu kakek. Qabilah pun terdiri dari sekian banyak kelompok keluarga yang dinamai „imarah, dan yang ini terdiri dari sekian banyak kelompok yang dinamai bathn. Di bawah bathn ada sekian fakhd hingga akhirnya sampai pada himpunan keluarga yang terkecil 3 . Supaya kamu saling mengenal. “Kata ta‟arafu terambil dari kata „arafa yang berarti mengenal, kata yang digunakan dalam ayat ini mengandung makna timbal balik, dengan demikian berarti saling mengenal .” 4 Upaya saling mengenal ini dapat dilakukan dengan cara kembali kepada kabilahnya masing-masing dan saling menolong di antara sesama kerabat. Dengan demikian, ayat ini menjadi alasan bahwa diciptakannya manusia adalah untuk saling mengenal dan tolong menolong, bukan untuk saling membanggakan dan menyombongkan diri. Upaya saling mengenal dapat dilakukan dengan proses bersilaturrahim. Akan tetapi warna kulit, ras, bahasa, negara dan lainnya yang seringkali membuat orang enggan berinterkasi dengan yang lainnya disebabkan karena perbedaan tersebut. Padahal perbedaan-perbedaan tersebut 3 Ahmad, Maraghi, Tafsir Al-Maraghi, terj, Semarang: Toha Putra, 1993,h.220. 4 Ibid., h. 262 32 merupakan suatu Sunnatullah dan tidak dapat dijadikan alasan untuk tidak saling mengenal.       “Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah yang paling bertakwa ”. “Kata ك ﺮﻛ ا akramakum terambil dari kata ﺮﻛ karuma yang pada dasarnya berarti yang baik dan istimewa sesuai objeknya. Manusia yang baik adalah manusia yang baik terhadap Allah, dan terhadap sesama makhluk 5 . Firman inna akramakum inda Allah atqaakum mengandung dua makna, yang pertama seseorang yang paling bertakwa maka kedudukannya akan mulia di hadapan Allah SWT dengan kata lain ketakwaan akan membuat kedudukan seseorang menjadi mulia. Yang kedua, seseorang yang mulia di hadapan Allah SWT akan membuat orang menjadi takwa, artinya kemuliaan akan membuat seseorang menjadi takwa. Akan tetapi pendapat pertama adalah lebih terkenal dibanding yang kedua 6 . Ketakwaan merupakan sumber segala keutamaan, dengan demikian dapat dikatakan takwa adalah manifestasi dari samal sedangkan ilmu adalah kemuliaan. Dalam sebuah hadits dikatakan bahwa seseorang yang salim adalah lebih dibenci syaithan dibanding seribu abid yang rajin beribadah tapi tidak memiliki ilmu. Ketakwaan merupakan buah dari pada ilmu, Allah SWT berfirman ”Sesungguhnya orang yang paling takut kepada Allah adalah orang yang 5 Ibid., h. 262 6 Fakhrur Razi, Tafsir Fakhrur Razi., h. 139 33 alim ” maka tidaklah dikatakan takwa kecuali bagi orang yang berilmu. Dengan demikian ilmu dan ketakwaan merupakan dua hal yang saling menyatu dan tidak bisa dipisahkan. Orang salim tetapi tidak bertaqwa adalah seperti pohon yang tidak berbuah, oleh karena itu pohon yang berbuah adalah lebih utama disbanding yang tidak berbuah, pohon yang tidak berbuah tidak memiliki banyak manfaat kecuali hanya sebatas untuk kayu bakar. Begitu pula orang salim yang tidak bertaqwa hanya akan menjadi bahan bakar neraka. Manusia memiliki kecenderungan untuk mencari bahkan bersaing dan berlomba menjadi yang terbaik. Banyak sekali manusia yang menduga bahwa kepemilikan materi, kecantikan serta kedudukan sosial karena kekuasaan atau garis keturunan, merupakan kemuliaan yang harus dimiliki dan karena itu banyak yang berusaha memilikinya. Tetapi bila diamati apa yang dianggap keistimewaan dan sumber kemuliaan itu, sifatnya sangat sementara. Bahkan tidak jarang mengantar pemiliknya pada kebinasaan. Jika demikian hal-hal tersebut bukanlah sumber kemuliaan. Kemuliaan adalah sesuatu yang langgeng sekaligus membahagiakan secara terus-menerus. Kemuliaan abadi dan langgeng itu ada di sisi Allah SWT dan untuk mencapainya adalah dengan mendekatkan diri kepada-Nya, menjauhi larangan-Nya, melaksanakan perintah-Nya serta meneladani sifat- sifat-Nya sesuai kemampuan manusia. Itulah takwa, dan dengan demikian yang paling mulia di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa 7 . 7 M Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, h. 263 34 Di sisi Allah hanya ada satu pertimbangan untuk menguji seluruh nilai dan mengetahui keutamaan manusia. Yaitu, “Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu “. orang yang paling mulia yang hakiki ialah yang paling mulia menurut pandangan Allah. ”Dengan demikian, berguguranlah segala perbedaan, gugurlah segala nilai. Lalu dinaikkanlah satu timbangan dengan satu penilaian. Timbangan inilah yang digunakan manusia untuk menetapkan hukum. Nilai inilah yang harus dirujuk oleh manusia dalam menimbang. Adapun nilaipanji yang diperebutkan semua orang agar dapat bernaung di bawahnya yaitu, panji ketakwaan di bawah naungan Allah SWT. Inilah panji yang dikerek Islam untuk menyelamatkan umat manusia dari fanatisme ras, fanatisme daerah, fanatisme kabilah, dan fanatisme rumah 8 . Semua ini merupakan kejahiliahan yang kemudian dikemas dalam berbagai model dan dinamai dengan berbagai istilah. Semuanya merupakan kejahiliahan yang tidak berkaitan dengan Islam. Islam memerangi fanatisme jahiliah ini serta segala sosok dan bentuknya agar sistem Islam yang manusiawi dan mengglobal ini tegak di bawah satu panji yaitu panji Allah. Bukan panji negara, bukan panji nasonalisme, bukan panji keluarga, dan bukan panji ras. Semua itu merupakan panji palsu yang tidak dikenal Islam. Dalam konteks ini, sewaktu haji wada perpisahan, Nabi SAW berpesan antara lain: “Wahai seluruh manusia, sesungguhnya Tuhan kamu Esa, ayah kamu satu, 8 Sayyid Qutb, Fi Zhilalil Qur‟an, Jilid X, h. 422. 35 tiada kelebihan orang Arab atas non Arab, tidak juga non Arab atas orang Arab atau orang berkulit hitam atas yang berkulit merah yakni putih tidak juga sebaliknya kecuali dengan takwa, sesungguhnya semulia-mulia kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa 9 . Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad bahwa Durrah binti Abu Lahab r.a berkata, seorang laki-laki beranjak menemui Nabi yang sedang berada di atas mimbar. Orang itu berkata, Ya Rasulallah, manusia manakah yang paling baik? Rasulallah menjawab, Manusia yang paling baik adalah yang paling rajin membaca al-Qursan, yang paling bertakwa kepada Allah, yang paling sering memerintahkan kepada yang masruf dan mencegah dari perbuatan mungkar, dan yang paling sering menyambungkan tali silaturrahim. Dalam suatu riwayat ayat ini turun ketika Fat-hu Makkah Penaklukan kota Mekah, Bilal naik ke atas kasbah untuk mengumandangkan azan. Beberapa orang berkata: “Apakah pantas budak hitam ini azan di atas Kasbah?” Maka berkatalah yang lainnya: “Sekiranya Allah membenci orang ini, pasti Dia akan menggantinya.” Ayat ini turun sebagai penegasan bahwa dalam Islam tidak ada diskriminasi, yang paling mulia adalah yang paling bertakwa 10 . Dengan demikian sebagian ulama berpendapat kafaah di dalam pernikahan tidaklah disyaratkan kecuali agamanya, karena kedudukan semua orang adalah sama, hanya ketakwaan yang membedakan antara satu dengan 9 M Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, h. 261 10 HQ Shaleh dan AA Dahlan, Asbabun Nuzul, Edisi II, h. 518 36 yang lainnya. Bahkan pada hari kiamat nanti seseorang tidak akan ditanya tentang nasab maupun kedudukan mereka, karena yang paling mulia adalah yang paling bertakwa kepada Allah SWT.      “Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal”, maksudnya Maha mengetahui apa yang dikerjakan dan Maha Mengenalteliti terhadap semua urusan manusia. Allah memberi petunjuk kepada yang dikehendaki dan menyesatkan kepada yang dikehendaki, mengasihi dan menyiksa kepada yang dikehendaki, memuliakan kepada yang dikehendaki dan merendahkan kepada yang dikehendaki pula. Allah SWT Maha bijaksana, Maha Mengetahui dan Maha Teliti dalam semua urusan tersebut Sifat Alim dan Khabir keduanya mengandung makna kemahatahuan Allah SWT. Sementara ulama membedakan keduanya dengan menyatakan bahwa Alim menggambarkan pengetahuaan-Nya menyangkut segala sesuatu yang dikenal itu. Penekanannya pada Dzat Allah yang bersifat Maha Mengetahui bukan pada sesuatu yang diketahui itu. Sedang Khabir menggambarkan pengetahuan-Nya yang menjangkau sesuatu. Di sini, sisi penekanannya bukan pada dzat-Nya Yang Maha Mengetahui tetapi pada sesuatu yang diketahui itu 11 . Dengan demikian, ayat 13 surat al-Hujurat ini mengandung kesimpulan bahwa: 11 M Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, h. 263 37 1. Allah SWT menciptakan manusia dari seorang laki-laki Adam dan seorang perempuan Hawa dan menjadikan manusia berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya mereka saling mengenal dan tolong menolong. 2. Kemulian manusia tidak diukur dengan keturunannya, melainkan diukur dengan ketakwaannya kepada Allah SWT. 3. Ayat ini menegaskan kesatuan asal usul manusia, yang pada dasarnya seluruh umat manusia lahir dari induk yang sama, yaitu Adam dan Hawwa. 4. Kesamaan kasta dihadapan Allah SWT, bahwasanya manusia itu sama, tidak ada orang kulit putih, kulit hitam atapun kulit coklat. Yang ada hanyalah manusia yang sama, yang diciptakan dari tanah oleh Allah. 38

BAB IV ETIKA POLA KOMUNIKASI DALAM AL-Q

UR’AN

A. Berbagai Pandangan Menurut Para Mufasir Terhadap Etika Pola

Komunikasi 1. Etika Sesama Muslim Dakwah Islam sangat memperhatikan penataan individual dan sosial yang membawa penganutnya pada pemelukan dan pengaplikasian Islam secara komprehensif. Agar penganutnya memikul amanat dan yang dikehendaki Allah, pendidikan Islam harus dimaknai secara rinci, karena itu keberadaan referensi atau sumber pendidikan Islam harus merupakan sumber utama Islam itu sendiri, yaitu al- Qur‟an dan al-Sunnah. Surat al-Hujurat49 : 13 memiliki makna yang luas dan mendalam, membahas tentang akhlak sesama kaum Muslim khususnya. Ayat ini dapat dijadikan pedoman agar terciptanya sebuah kehidupan yang harmonis, tentram dan damai. Sebagai makhluk sosial setiap manusia tentu tidak ingin haknya tergganggu. Oleh karena itu, di sinilah pentingnya bagaimana memahami agar hak kehormatan diri setiap orang tidak tergganggu sehingga tercipta kehidupan masyarakat harmonis.

1. Etika Komunikasi Antar Pribadi, dalam kontek saling mengenal

Ta’aruf Komunikasi antar pribadi merupakan sebuah konsep komunikasi yang menggambarkan bentuk komunikasi antara seseorang dan orang lain 39 orang lain dalam suasana tatap muka. Dean Bernlund menjabarkan komunikasi antar personal sebagai pertemuan tatap muka dalam situasi informal yang melakukan interaksi terfokus lewat pertukaran isyarat verbal dan nonverbal yang saling berbalasan. Sedangkan John Stewart dan Gary D‟Angelo melihat esensi komunikasi antar pribadi berpusat pada kualitas komunikasi antarpartisipan, berhubungan satu sama lain lebih sebagai personel unik, mampu memilih, mempunyai perasaan, bermanfaat, dan merefleksikan diri sendiri daripada sebagai objek atau benda dapat ditukar, diukura secara otomatis merespons rangsangan dan kurang kesadaran diri. 1 Dalam hal ini al- qur‟an menjelaskan dimana manusia diajarkan untuk saling mengenal satu sama lainnya, sesuai dengan firman Allah SWT saling mengenal T a‟aruf ini terdapat dalam firman-Nya:          “Maha suci Dzat yang telah menciptakan manusia berbangsa- bangsa dan bersuku-suku ”, Padahal pada awalnya manusia berasal dari sumber yang sama yaitu Adam dan Hawa. Dengan kekuasaan dan kehendaknya terlahir manusia yang berbeda ras dan warna kulit, dan sudah menjadi sunah-Nya bahwa segala yang diciptakannya tidak sia-sia. Perbedaan semua itu adalah agar semua manusia satu sama lain melakukan ta‟aruf saling mengenal. 1 Saefullah, Ujang.Drs. M.si. Kapita Selekta Komunikasi Pendekatan Agama dan Budaya Simbiosa Rekatama Media, Bandung:2007h. 56