2. Pertanyaan Penelitian
Bagaimanakah pola tidur ibu pada masa kehamilan di Poliklinik Ibu Hamil RSUP Haji Adam Malik – Medan?
3. Tujuan Penelitian
3.1 Tujuan Umum : Mengidentifikasi pola tidur ibu pada masa kehamilan di Poliklinik Ibu Hamil RSUP Haji Adam Malik – Medan.
3.2 Tujuan Khusus : 1
Mengidentifikasi waktu yang diperlukan oleh ibu hamil untuk dapat tertidur di Poliklinik Ibu Hamil RSUP Haji Adam Malik Medan.
2 Mengidentifikasi total jam tidur ibu hamil di Poliklinik Ibu Hamil
RSUP Haji Adam Malik Medan. 3
Mengidetifikasi frekuensi terbangun ibu hamil pada malam hari di Poliklinik Ibu Hamil RSUP Haji Adam Malik Medan.
4 Mengidentifikasi jumlah jam tidur siang ibu hamil di Poliklinik Ibu
Hamil RSUP Haji Adam Malik Medan. 5
Mengidentifikasi perasaan ibu hamil saat bangun di pagi hari pada masa kehamilan di Poliklinik Ibu Hamil RSUP Haji Adam Malik Medan.
6 Mengidentifikasi rasa mengantuk di siang hari pada masa kehamilan
pada ibu hamil di Poliklinik Ibu Hamil RSUP Haji Adam Malik Medan. 7
Mengidentifikasi kepuasan tidur ibu hamil di Poliklinik Ibu Hamil RSUP Haji Adam Malik Medan.
Universitas Sumatera Utara
8 Mengidentifikasi kedalaman tidur ibu hamil di Poliklinik Ibu Hamil
RSUP Haji Adam Malik Medan.
4. Manfaat Penelitian
1. Pendidikan Keperawatan
Dapat memberikan informasi bagi pendidikan keperawatan khususnya mata kuliah keperawatan maternitas sehingga dapat memberikan asuhan
keperawatan yang komprehensif berhubungan dengan pola tidur ibu pada masa kehamilan.
2. Pelayanan Keperawatan
Dapat dijadikan sebagai informasi dan bahan pertimbangan bagi praktek keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan yang berkaitan
dengan pola tidur ibu pada masa kehamilan. 3.
Penelitian Keperawatan Dapat memberikan informasi tambahan bagi penelitian berikutnya
terkait dengan pola tidur ibu pada masa kehamilan.
Universitas Sumatera Utara
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
1. Konsep Tidur
Tidur merupakan kebutuhan dasar manusia yang merupakan mekanisme untuk memulihkan tubuh dan fungsinya, memelihara energi dan kesehatan,
memelihara manfaat untuk memperbaharui memulihkan tubuh baik secara fisik maupun emosional serta diperlukan untuk bertahan hidup Foreman Wykle,
1995. Tidur adalah keadaan relatif tanpa sadar yang penuh ketenangan tanpa kegiatan yang merupakan urutan siklus berulang – ulang dan masing – masing
menyatakan fase kegiatan otak dan badaniah yang berbeda Lilis, Taylor Lemone, 2001. Sehingga tanpa tidur yang cukup, kemampuan seseorang untuk
berkonsentrasi membuat keputusan serta melakukan kegiatan sehari – harinya dapat menurun Potter Perry, 2003.
1.1 Fisiologi tidur
Fisiologi tidur merupakan pengaturan kegiatan tidur oleh adanya hubungan mekanisme serebral yang secara bergantian untuk mengaktifkan dan
menekan pusat otak agar dapat tidur dan bangun. Salah satu aktvitas tidur ini diatur oleh sistem pengaktivasi retikularis yang merupakan sistem yang mengatur
seluruh tingkatan kegiatan susunan saraf pusat termasuk pengaturan kewaspadaan dan tidur. Pusat pengaturan kewaspadaan dan tidur terletak dalam mesensefalon
dan bagian atas pons. Selain itu, reticular activating system RAS dapat memberi
Universitas Sumatera Utara
rangsangan visual, pendengaran, nyeri dan perabaan juga dapat menerima stimulasi dari korteks serebri termasuk rangsangan emosi dan proses pikir. Dalam
keadaan sadar, neuron dalam RAS akan melepaskan katekolamin seperti norepineprin. Demikian juga pada saat tidur, disebabkan adanya pelepasan serum
serotonin dari sel khusus yang berada di pons dan batang otak tengah, yaitu bulbar synchronizing regional BSR, sedangkan bangun tergantung dari
keseimbangan impuls yang diterima di pusat otak dan system limbik. Dengan demikian, system pada batang otak yang mengatur siklus atau perubahan dalam
tidur adalah RAS dan BSR Hidayat, 2006
1.2 Tahapan Tidur
Tahapan tidur dapat diklasifikasikan menjadi dua bagian yaitu Non Rapid Eye Movement NREM dan Rapid Eye Movement REM. Tidur NREM terdiri
dari empat tahapan. Kualitas dari tahap satu sampai tahap empat menjadi semakin dalam. Tidur yang dangkal merupakan karakteristik dari tahap satu dan tahap dua
dan pada tahap ini seseorang lebih mudah terbangun. Tahap tiga dan empat melibatkan tidur yang dalam disebut tidur gelombang rendah, dan seseorang sulit
terbangun. Tidur REM merupakan fase terakhir siklus tidur dan terjadi pemulihan psikologis Potter Perry, 2003.
Tahapan tidur memiliki karakteristik tertentu yang dianalisis dengan bantuan Electroencefalograph EEG yang menerima dan merekam gelombang
otak, electrooculograph EOG yang merekam pergerakan mata dan
Universitas Sumatera Utara
electromyograph EMG yang merekam tonus otot Lilis, Taylor Lemone, 2001.
1.2.1 Tidur Non Rapid Eye Movement NREM
Tahapan tidur NREM dibagi menjadi 4 tahap : Tahap satu NREM merupakan tahap transisi antara bangun dan tidur
dimana seseorang masih sadar dengan lingkungannya, merasa mengantuk, frekuensi nadi dan nafas sedikit menurun, dan berlangsung selama lima menit.
Kualitas tidur tahap ini sangat ringan, seseorang dapat mudah terbangun karena stimulasi sensori seperti suara Potter Perry, 2003.
Tahap dua merupakan tahap tidur ringan dan proses tubuh terus menurun dengan ciri: tanda – tanda vital menurun, metabolisme menurun dan tahap ini
berlangsung 10 – 20 menit Hidayat, 2006; Tartowo Wartonah, 2004. Pada tahap ini seseorang terbangun masih relative mudah, dan berlangsung selama 10 –
20 menit Potter Perry, 2003. Hubungan dengan dengan lingkungan terputus secara aktif dan hampir seluruh menusia yang dibangunkan pada tahap ini
mengatakan bahwa mereka benar – benar tertidur Maas, 2002. Menurut Potter Perry 2003, 50 total waktu tidur manusia dewasa normal dihabiskan pada
tahap dua NREM.
Tahap tiga yaitu menunjukkan medium deep sleep yang merupakan tahap
awal dari tidur yang dalam. Orang yang tidur pada tahap ini sulit untuk dibangunkan dan jarang terjadi pergerakan tubuh dan mata, otot – otot dalam
Universitas Sumatera Utara
keadaan relaksasi penuh, adanya dominasi sistem saraf parasimpatis Hidayat, 2006, tanda – tanda vital menurun namun tetap teratur Potter Perry, 2003.
Tahap empat merupakan deep sleep yaitu tahap tidur terdalam yang biasanya diperlukan rangsangan lebih kuat untuk membangunkan, sehingga ketika
bangun dari tidur yang dalam, seseorang tidak dapat langsung sadar sempurna dan memerlukan waktu beberapa saat untuk memulihkan dari rasa bingung dan
disorientasi. Tahap ini mempunyai nilai dan fungsi perbaikan yang sangat penting untuk penyembuhan fisik kebanyakan hormon perkembangan manusia diproduksi
malam hari dan puncaknya selama tidur pada tahap ini. Tahap ini jumlahnya 25 dari total jam tidur anak – anak, menurun pada dewasa muda, lebih menurun pada
dewasa pertengahan dan dapat hilang pada lansia White, 2003.
1.2.2 Tidur Rapid Eye Movement REM
Tahap tidur REM terjadi setelah 90 – 110 menit tertidur ditandai dengan peningkatan denyut nadi, pernafasan dan tekanan darah, otot – otot relaksasi
Maas, 2002 serta peningkatan sekresi gaster Potter Perry, 2003; Hidayat, 2006. Karakteristik tidur REM adalah pernafasan ireguler, mata cepat tertutup
dan terbuka, sulit dibangunkan, sekresi gaster meningkat, metabolisme meningkat dan biasanya disertai mimpi aktif Hidayat, 2006; Tartowo Wartonah, 2004.
Mimpi terjadi selama tidur baik NREM maupun REM, tetapi mimpi dari tidur REM lebih nyata dan diyakini penting secara fungsional untuk konsolidasi
memori jangka panjang Potter Perry, 2003.
Universitas Sumatera Utara
1.3 Siklus Tidur
Saat tidur, seseorang akan melewati empat sampai enam siklus tidur yang lengkap dimana setiap satu siklus terdiri dari empat tahap NREM dan satu tahapan
REM. Siklus tidur biasanya semakin meningkat dari tahap satu sampai tahap empat, ke tahap tiga kemudian ke tahap dua dan diakhiri dengan periode tahapan
tidur REM, dengan satu siklus yang berurutan, tahap tiga dan empat akan memendek dan tahapan tidur REM memanjang. Siklus tidur pada setiap orang
berbeda karena memiliki total waktu tidur yang berbeda pula Potter Perry, 2003.
Pada satu siklus sampai tiga siklus pertama , tahap tiga dan tahap empat NREM mendominasi, sementara pada akhir siklus, tahap dua NREM serta
tahapan REM mendominasi dan tahap empat NREM dapat tidak muncul Craven Hirnle, 2001. Jika seseorang terbangun atau dibangunkan oleh tidurnya, maka
individu tersebut akan kembali tidur dengan mengulangi siklus tidur dari tahap satu NREM Taylor Lilis, 2001.
Menurut White 2003, lamanya satu siklus tidur keseluruhan sekitar 70 – 90 menit. Durasi untuk masing – masing tahap tidur berbeda, tahap satu NREM
yaitu 5 tidur, tahap dua NREM yaitu 46 tidur, tahap tiga NREM yaitu 12 tidur, tahap empat NREM yaitu 12 tidur, REM 25 tidur. Selanjutnya, siklus
tidur normal dapat dilihat lebih jelas pada skema berikut:
Universitas Sumatera Utara
Skema 2.1. Siklus tidur normal Lilis, Taylor Lemone, 2001
Siklus ini merupakan salah satu dari irama sirkardian yang merupakan siklus dari 24 jam kehidupan manusia. Keteraturan irama sirkardian ini juga
merupakan keteraturan tidur seseorang. Jika terganggu, maka fungsi fisiologik dan psikologik dapat terganggu Potter Perry, 2003.
1.4 Fungsi Tidur
Salah satu teori menyatakan bahwa tidur adalah saat memulihkan dan mempersiapkan energi untuk periode bangun berikutnya, denyut nadi saat tidur
juga menurun yang dapat memelihara jantung McCante Hueter, 2002 dalam Potter Perry, 2003.
Tidur diperlukan untuk memperbaiki proses biologis secara rutin. Selama tidur gelombang rendah yang dalam NREM 4, tubuh melepaskan hormon
Mengantuk NREM tahap I
REM NREM tahap II
NREM tahap II NREM tahap II NREM tahap III NREM tahap III
NREM tahap IV
Universitas Sumatera Utara
pertumbuhan manusia untuk memperbaiki dan memperbaharui sel epitel dan khusus seperti sel otak Home, 1983; Mandleson, 1987; Born, Muth, dan Fehm,
1988 dalam Potter Perry, 2003.
Tidur REM terlihat penting untuk pemulihan kognitif. Tidur REM dihubungkan dengan perubahan dalam aliran darah serebral, peningkatan aktivitas
kortikal, peningkatan konsumsi oksigen dan pelepasan epinefrin. Hubungan ini dapat membantu penyimpanan memori dan pembelajaran Potter Perry, 2003.
Secara umum, ada dua efek fisiologis dari tidur yaitu efek pada sistem saraf yang dapat memulihkan kepekaan dan keseimbangan diantara berbagai susunan saraf
dan efek pada struktur tubuh dengan memulihkan kesegaran dan fungsi organ tubuh Hidayat, 2006.
2. Pola Tidur
Pola tidur adalah model, bentuk atau corak tidur dalam jangka waktu yang
relatif menetap dan meliputi jadwal jatuh masuk tidur dan bangun, irama tidur, frekuensi tidur dalam sehari, mempertahankan kondisi tidur dan kepuasan tidur
Depkes dalam Wahyuni, 2007.
Pola tidur normal berdasarkan usia adalah bayi baru lahir membutuhkan tidur 14 – 18 jam hari, pernafasan teratur dan 50 tidur REM, infant
membutuhkan tidur 12 – 14 jam hari dan 20 – 30 tidur REM, toodler membutuhkan tidur 11 – 12 jam hari dan 25 tidur REM, preschooler
membutuhkan tidur 11 jam dan 20 tidur REM, usia sekolah tidur 10 jam hari
Universitas Sumatera Utara
dan 18,5 tidur REM, adolescent membutuhkan tidur 8,5 jam hari dan 20 tidur REM, usia dewasa muda membutuhkan tidur 7 – 8 jam hari dan 20 – 25 tidur
REM, usia dewasa tengah membutuhkan tidur 7 jam hari dan 20 tidur REM, usia lanjut membutuhkan tidur 6 jam hari dan 20 – 25 tidur REM Kozier,
2004; Hidayat, 2006.
Pola tidur normal dipengaruhi oleh gaya hidup termasuk stress pekerjaan, hubungan keluarga dan aktivitas sosial yang mengarah pada insomnia
dan penggunaan medikasi untuk tidur. Penggunaan jangka panjang medikasi tersebut dapat mengganggu pola tidur dan memperburuk masalah tidur Potter
Perry, 2003.
Gangguan pola tidur merupakan suatu keadaan dimana individu mengalami atau mempunyai resiko perubahan jumlah dan kualitas pola istirahat
yang menyebabkan ketidaknyamanan atau mengganggu gaya hidup yang diinginkan. Gangguan ini terlihat dengan adanya perasaan lelah, mudah
terangsang dan gelisah, lesu dan apatis, kehitaman di daerah sekitar mata, kelopak mata bengkak, konjungtiva merah, mata perih, kurang konsentrasi, sakit kepala
dan mengantuk. Penyebab dari gangguan pola tidur ini antara lain kerusakan transport oksigen, gangguan metabolisme, gangguan eliminasi, pegaruh obat,
immobilitas, nyeri pada kaki, takut operasi, terganggu oleh teman sekamar dan sebagainya Uliyah, 2006.
Universitas Sumatera Utara
3. Parameter pola tidur