60, dan perasaan mengantuk di siang hari adalah sedang 96,7, sesuai dengan tabel 5.2.
Tabel 5.2 Distribusi frekuansi dan persentase pola tidur ibu hamil berdasarkan
parameter pola tidur responden n=90 RSUP Haji Adam Malik Medan
Parameter tidur
Trimester 1 Trimester 2
Trimester 3 Frek.
Frek Frek
1.Waktu yang dibutuhkan
untuk tertidur sleep latency
15 menit 15-30 menit
30 - 60menit 60 menit
2. Total jam tidur dalam
24 jam 7 jam
6 – 7 jam 5 – 6 jam
5 jam
3. Frekuensi terbangun
tidak pernah 1 – 2 kali
3 – 4 kali 5 kali
4. Lamanya tidur siang
Tidak pernah
1 jam 1-2 jam
2 jam 9
12 9
22 8
7 12
11 17
13 30
40 30
73,3 26,7
23,3 40
36,7 56,7
43,3 3
27 4
16 10
21 9
19 11
10 90
13,3 53,3
33,3 70
30 63,3
36,7 10
2 16
12 2
23 7
14 16
33,3 66,7
53,3 40,0
6,7 76,6
23,3 46,7
53,3
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.2 Lanjutan Parameter
tidur Trimester 1
Trimester 2 Trimester 3
Frek. Frek
Frek 5. Perasaan
segar saat bangun pagi
Segar Sedikit
ngantuk Mengantuk
Sangat mengantuk
6. Kepuasan tidur
Sangat puas Cukup puas
Sedikit puas Tidak puas
7. Kedalaman
tidur
Tidur sangat nyenyak
Tidur tetapi tidak
nyenyak Tidur dan
terbangun beberapa kali
Tidur sebentar dan
sering terbangun
8. Perasaan mengantuk
di siang hari Tidak
mengantuk Sedikit
mengantuk Sedang
Sangat mengantuk
24 6
13 17
22 8
6 13
11 80,0
20,0 43,3
56,7 73,3
26,7
20,0 43,3
36,7 26
4 7
23 22
8
21 9
86,7 13,3
23,3 76,6
73,3 26,7
70,0 30,0
3 5
22 8
22 4
18 8
29 1
10,0 16,7
73,3 26,7
73,3 13,3
60,0 26,7
96,7 3,3
Universitas Sumatera Utara
2. Pembahasan
2.1 Karakteristik Demografi
Data hasil penelitian menunjukkan bahwa responden mayoritas berusia 20- 35 tahun 85,6. Secara konsep, usia mempengaruhi pola tidur seperti waktu
yang dibutuhkan untuk dapat tertidur, semakin bertambah usia seseorang maka semakin banyak waktu yang dibutuhkannya untuk dapat tertidur sehingga total
jam tidurnya pun menurun Hidayat, 2006. Ibu hamil yang memiliki umur beresiko yaitu kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun mempunyai resiko
tiga kali lebih besar untuk terjadi hiperemesis gravidarum yang meningkatkan sleep latency dan mengurangi total jam tidur ibu hamil Herawati, 2006.
Responden mayoritas adalah ibu hamil mutigravida 73,3 dan primigravida 26,7. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Facco et.al 2010
menyatakan bahwa gangguan pola tidur meningkat signifikan pada wanita multigravida. Hal ini dapat disebabkan adanya anak balita sebelumnya yang
mengganggu pola tidur ibu hamil, seperti menyusui dan mengganti popok. Banyak ibu hamil multigravida melaporkan susah tidur karena kehamilannya dan
anak sebelumnya seperti total jam tidur yang berkurang, terbangun terlalu pagi dan merasa mengantuk saat bangun di pagi hari The American College of Obgyn,
2010. Berbeda dengan pendapat Kravitz 2008 yang meyatakan bahwa ibu hamil multigravida sudah memiliki pengalaman hamil sebelumnya sehingga dapat
mengatasi pola tidur, sedangkan primigravida ialah ibu hamil yang masih pertama kali mengalami masa kehamilan sehingga ibu hamil tersebut kesulitan mengenali
Universitas Sumatera Utara
perubahan yang terjadi dalam tubuhnya yang mempegaruhi kondisipsikolodisnya dan gangguan tidurnya lebih signifikan terjadi seperti meningkatnya sleep latency.
Pendidikan terakhir responden yaitu SMA 62,2, Diploma 20, Sarjana 11,1 dan SMP 6,7. Tingkat pendidikan adalah proses pengubahan
sikap dan tata laku sesorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui pengajaran dan pelatihan. Fungsinya adalah memberikan atau
peningkatan pengetahuan dan pengertian, menimbulkan sikap positif serta memberikan meningkatkan keterampilan-keterampilan masyarakat atau individu
tentang aspek-aspek yang bersangkutan sehingga dicapai suatu masyarakat yang berkembang. Tingkat pendidikan seseorang dapat mendukung atau mempengaruhi
tingkat pengetahuan seseorang dan taraf pendidikan yang rendah selalu berhubungan dengan informasi dan pengetahuan yang terbatas, semakin tinggi
pendidikan seseorang semakin tinggi pula pemahaman seseorang terhadap informasi yang didapat dan pengetahuannya pun akan semakin tinggi. Pendidikan
yang rendah menyebabkan seseorang tidak peduli terhadap program kesehatan yang ada, sehingga mereka tidak mengenal bahaya yang mungkin terjadi.. Wanita
yang mempunyai tingkat pendidikan yang tinggi akan membangkitkan partisipasinya dalam memelihara dan merawat kesehatannya. Wanita yang
berpendidikan tinggi cenderung akan memperhatikan kesehatan diri dan keluarganya Ulfah, 2009.
Responden mayoritas sebagai Ibu rumah tangga 54,4, pegawai 26,6, dan wiraswasta 18,9. Pekerjaan adalah segala usaha yang dilakukan
atau dikerjakan untuk mendapatkan hasil atau upah yang dapat dinilai dengan
Universitas Sumatera Utara
uang. Dalam pekerjaan selalu terdapat tuntutan perubahan kebutuhan yang cepat akan keterampilan dan pengetahuan, dengan bekerja seseorang dapat lebih
memiliki informasi dan pengetahuan yang lebih baik, khususnya pengetahuan tentang kesehatan. Dalam pekerjaan selalu terdapat tuntutan perubahan kebutuhan
yang cepat akan keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan untuk memegang pekerjaan yang mengarah kesistem kerja yang otomatis. Untuk memenuhi
tuntutan dibutuhkan informasi yang lengkap dan cepat, maka dari itu orang yang bekerja akan memiliki akses yang lebih baik tentang berbagai informasi
Ulfah,2009. Ibu hamil yang bekerja tiap harinya selama kehamilan dapat membantu memperbaiki pola tidur yang buruk seperti susah tidur dan tidur yang
tidak dalam. Namun pekerjaannya harus diperhatikan misalnya tidak berdiri lama atau posisi yang statis, dan tetap makan teratur The American College of Obgyn,
2010. Agama responden mayoritas Islam 45,6, Protestan 33,3, katolik
16,7 dan budha 4,4. Agama dan Spirituality memiliki pengaruh terhadap pola tidur Ibu hamil. Menurut Muzakki 2008, kebiasaan ibu hamil terbangun di
malam hari dan dan susah untuk tidur kembali dapat diatasidikurangi dengan membaca ayat-ayat suci Al’Quran dan sholat Isya Islam. Khusus di bulan
Ramadhan, ibu hamil yang berpuasa atau tidak, akan mengalami peningkatan waktu tidur di siang hari Napping. Agama Protestan dan Katolik hampir sama
dalam mengatasi gangguan pola tidur selama kehamilan yaitu dengan berdoa, “saat teduh” di pagi hari bila ibu hamil bangun terlalu dini Wijaya, 2009 .
Sedangkan agama Budha menganggap gangguan apapun selama kehamilan sudah
Universitas Sumatera Utara
diatur oleh Tuhan. Umat Budha menerima apa adanya sebagai jalan untuk menuju Nirwana, baik kehamilan, persalinan maupun masa klimakterium menopause
Thera dalam Buddhistonline.com, 2003. Suku responden yaitu Batak 54,4, Jawa 31,1, Melayu 8,9, Aceh
2,2, Pakpak 2,2 dan Minang 1,1. Suku bangsa dapat meringankan gangguan tidur selama kehamilan. Menurut Kravitz 2008, kebiasaan dan adat-
istiadat dalam budaya atau etnik tertentu dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas tidur selama kehamilan, seperti kebiasaan mengkonsumsi makanan yang
mengandung rempah – rempah dapat memperbaiki kualitas tidur yang buruk terutama pada masa kehamilan Kravitz, 2008.
2.2 Pola tidur Ibu pada masa kehamilan 2.2.1 Waktu yang dibutuhkan untuk dapat tidur sleep latency
Hasil penelitian menunjukkan bahwa waktu yang dibutuhkan oleh ibu pada masa kehamilan untuk dapat tertidur adalah 15 – 30 menit pada trimester
pertama 40 dan trimester kedua 90. Hal tersebut mengindikasikan bahwa waktu yang dibutuhkan untuk dapat tertidur pada trimester pertama dan kedua
kehamilan tidak mengganggu tidur ibu hamil sesuai dengan pendapat Maas 2002 yang menyatakan bahwa untuk mendapatkan istirahat yang baik individu
memerlukan waktu sekitar lima belas hingga dua puluh menit agar dapat tertidur. Dilihat dari karakteristik demografi, mayoritas responden berusia dalam rentang
20-35 tahun. Secara konsep, semakin bertambah usianya akan semakin banyak waktu yang dibutuhkan individu untuk dapat tertidur sehingga total jam tidurnya
Universitas Sumatera Utara
pun menurun Hidayat, 2006. Ibu hamil yang memiliki umur beresiko yaitu kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun mempunyai resiko 3 kali lebih besar
untuk terjadi hiperemesis gravidarum yang meningkatkan sleep latency. Selain itu, Ibu hamil primigravida 26,7 mayoritas kesulitan mengenali perubahan
yang terjadi dalam tubuhnya yang mempegaruhi kondisi psikologisnya dan gangguan tidurnya berubah signifikan seperti meningkatnya sleep latency
Kravitz, 2008. Kemampuan mengenal gejala – gejala selama kehamilan dipengaruhi oleh tingkat pendidikan. Mayoritas responden lulus SMA 62,2,
secara konsep wanita yang mempunyai tingkat pendidikan yang tinggi akan membangkitkan partisipasinya dalam memelihara dan merawat kesehatannya.
Wanita yang berpendidikan tinggi cenderung akan memperhatikan kesehatan diri dan keluarganya Ulfah, 2009.
Waktu yang di butuhkan ibu hamil trimester tiga untuk dapat tertidur di malam hari sleep latency mayoritas 30-60 menit 66,7. Hal ini
mengindikasikan bahwa waktu yang dibutuhkan untuk dapat tertidur pada trimester akhir kehamilan lebih lama daripada orang dewasa normal dan trimester
sebelumnya yang hanya membutuhkan waktu lima belas hingga dua puluh menit untuk dapat tertidur, sesuai dengan pendapat Adhim 2006, menyatakan bahwa
gangguan tidur pada bulan – bulan akhir kehamilan disebabkan kecemasan dalam menghadapi persalinan dan mempersiapkan diri menjadi ibu primipara, sehingga
tidak ingat waktu dan dapat terjaga hingga dini hari karena sulit untuk dapat tertidur. Meskipun ada keinginan kuat untuk tertidur, karena kecemasan dan
Universitas Sumatera Utara
kelelahan sepanjang hari, akan mempersulit ibu hamil trimester tiga untuk bisa
tertidur. 2.2.2 Total jam tidur total sleep time
Total jam tidur pada kehamilan trimester pertama mayoritas 6-7 jam 73,3. Hal ini berbeda pendapat Prasadja 2006, bahwa wanita hamil trimester
pertama akan mengalami peningkatan total jam tidur hingga 8 – 10 jam. Total jam tidur pada ibu hamil trimester kedua adalah 6 – 7 jam 53,3 sesuai dengan
pendapat Suririnah 2007 bahwa trimester kedua adalah masa kehamilan yang terbaik sebab gejala kehamilan akan berkurang yang akan meningkatkan kuantitas
dan kualitas tidur. Berbeda dengan pendapat Stoppard 2002 mengatakan bahwa ibu hamil membutuhkan banyak istirahat dan selalu tidur setidaknya delapan jam
tiap malam. Sedangkan total jam tidur responden pada masa kehamilan trimester tiga
yaitu 6 – 7 jam 53,3, sesuai dengan penelitian Karacan et.al 1968 yang menyatakan bahwa jumlah jam tidur pada trimester akhir kehamilan akan
mengalami penurunan di bawah normal. Selain itu, pendapat dari Stoppard 2002 mengatakan bahwa ibu hamil membutuhkan banyak istirahat dan selalu tidur
setidaknya delapan jam tiap malam. Akan tetapi karena lelah, frekuensi berkemih yang meningkat, kecemasan akan kedatangan bayi, banyak ibu hamil 78 sulit
tidur meskipun mereka mengharapkan tidur nyenyak dan nyaman di malam hari Pearlben, 2007. Jika ditinjau dari karakteristik demografi, mayoritas ibu hamil
adalah multigravida 73,3. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Facco et.al 2010 menyatakan bahwa gangguan pola tidur meningkat signifikan
Universitas Sumatera Utara
pada wanita multigravida. Hal ini kemungkinan dapat disebabkan adanya anak balita sebelumnya yang mengganggu pola tidur ibu hamil, seperti menyusui dan
mengganti popok. Banyak ibu hamil multigravida melaporkan kurang tidur karena kehamilannya dan anak sebelumnya The American College of Obgyn, 2010.
2. 2. 3 Frekuensi terbangun number of awakening
Frekuensi terbangun responden pada kehamilan trimester pertama adalah sebanyak 1 – 2 kali 40, hal ini tidak sesuai dengan pendapat Musbikin 2005
bahwa pada masa trimester awal kehamilan akan terjadi peningkatan frekuensi berkemih dan gejala kehamilan lainnya yang menyebabkan wanita hamil sering
terbangun. Frekuensi terbangun pada masa trimester kedua adalah 1 -2 kali 70 sesuai pendapat Suririnah 2007; Allen 2005;Louis 2006 yang menyatakan
bahwa pada trimester kedua, ibu hamil akan leluasa untuk tidur karena janin berada di luar rongga panggul sehingga tidak menekan kandung kemih yang akan
meningkatkan frekuensi terbangun untuk berkemih. Sedangkan responden trimester ketiga mengalami frekuensi terbangun
sebanyak 3-4 kali 76,6 sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Karacan et. al 1968 terhadap ibu hamil dan postpartum serta kelompok kontrol
yang menunjukkan bahwa frekuensi terbangun dari tidur pada ibu hamil dan postpartum lebih tinggi dari wanita yang tidak hamil kelompok kontrol, dengan
hasil frekuensi terbangun ibu hamil rata – rata sebanyak empat kali dan ibu postpartum rata – rata 6-7 kali. Frekuensi terbangun yang meningkat ini dapat
disebabkan oleh keinginan untuk berkemih yang semakin sering, posisi tidur yang
Universitas Sumatera Utara
kurang nyaman karena ukuran janin semakin menbesar mengakibatkan perut ibu hamil semakin membuncit dan akan menarik otot punggung lebih kencang
sehingga terasa nyeri dan pegal Allen, 2005; Louis, 2006.
2. 2. 4 Lamanya tidur siang napping