Pertimbangan Hukum Majelis Hakim

- Bahwa pemohon dengan termohon telah berpisah ranjang dan berpisah rumah sejak dua hari dari pernikahan. Setelah majelis hakim menemukan fakta-fakta, dan selama dalam persidangan baik pemohon dan termohon telah menujukkan sikap dan tekadnya untuk bercerai, hal mana berarti pemohon dan termohon tidak mau mempertahankan keutuhan dan kelangsungan rumah tangganya. Sedangkan hakim telah memberi solusi pada awal sidang yaitu menempuh jalan perdamaian dengan dibantu oleh hakim mediator namun tidak berhasil. Selanjutnya majelis hakim akan mempertimbangkan petitum permohonan pemohon. Adapun hal-hal yang meliputi dan menjadi pertimbangan hukum oleh majelis hakim Pengadilan Agama Tangerang dalam menjatuhkan putusan perkara cerai talak karena adanya kawin paksa yang merupakan penyebab terjadinya perceraian yaitu: 1. Pasal 1 undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang perkawinan yang isinya “perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dan wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan yang Maha Esa”. Bahwa salah satu unsur utama dan terpenting sebuah pernikahan adalah adanya ikatan batin dan apabila unsur tersebut sudah tidak adalagi, maka hakikat perkawinan tersebut telah terurai dan terlepas dari sendi-sendinya. 2. Pasal 3 Kompilasi Hukum Islam KHI memberikan keterangan mengenai dasar dan tujuan perkawinan bahwa “Perkawinan bertujuan untuk mewujudkan kehidupan rumah tangga yang sakinah, mawaddah dan rahmah”. 3. Serta Sebagaima yang telah dijelaskan dalam Al-Qur’an Surat Ar- Rum ayat 21: ☯ ☺ ⌧ موﺮﻟا : Artinya:“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir”.Q.S. Ar-Rum:21. Dari fakta-fakta yang telah dikemukakan terbukti kedua belah pihak baik Pemohon maupun termohon telah kehilangan hakikat dan makna dari tujuan perkawinan tersebut, dimana ikatan perkawinan sedemikian rapuh, tidak terdapat lagi rasa ketenengan serta luput dari rasa cinta dan kasih sayang, mempertahankan perkawinan seperti itu tidak akan membawa maslahat, bahkan mungkin melahirkan mudharat yang lebih besar bagi pemohon dan termohon. 4. Pasal 19 huruf f Peraturan Pemerintah Nomor 9 tahun 1975 junto Pasal 116 huruf f Kompilasi Hukum Islam yaitu “antara suami dan istri terus menerus terjadi perselisihan dan pertengkaran dan tidak ada harapan akan hidup rukun lagi dalam rumah tangga”. Terhadap alasan sebagaimana dimaksud dalam pasal-pasal tersebut, permohonan pemohon untuk bercerai dengan termohon cukup beralasan dan tidak melawan hukum, dan berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut majelis hakim berpendapat permohonan pemohon dapat diterima. Selanjutnya dibacakanlah amar putusan dari majelis hakim yang berisi sebagai berikut: 1. Mengabulkan permohonan Pemohon 2. Menetapkan memberi izin kepada pemohon Hendro Prabowo bin H. Hadi Suparno untuk menetapakan ikrar thalak terhadap termohon Mariam binti Mardjuli di depan sidang Pengadilan Agama Tangerang, 3. Membebankan kepada pemohon untuk membayar biaya perkara ini sebesar Rp. 391.000.

E. Analisa Penulis

Dalam Islam perkawinan tidak diikat dalam ikatan mati dan tidak pula mempermudah terjadinya perceraian. Perceraian boleh dilakuakan jika benar- benar dalam keadaan darurat dan terpaksa. Perceraian dibenarkan dan dibolehkan apabila hal tersebut lebih baik dari pada tetap berada dalam ikatan perkawinan. Agama Islam membolehkan perceraian dengan alasan-alasan tertentu, kendati perceraian itu sangat dibenci oleh Allah SWT. 4 Perceraian menurut agam Islam diakui sebagai solusi terakhir dalam menghadapi kemelut rumah tangga. Walaupun perceraian dibolehkan, tetapi melanggar prinsip-prinsip serta tujuan dalam pernikahan itu sendiri seolah prinsip dan tujuan pernikahan menjadi bias serta gagal dalam membina rumah tangga dengan konsukuensi logis, bila perceraian tidak dilakukan, maka sebuah rumah tangga menjadi seolah-olah neraka bagi kedua belah pihak atau bagi salah satunya. 5 Akad perkawinan dalam hukum Islam bukanlah perkara perdata semata, melainkan ikatan suci mistaqon gholidzon yang terkait dengan keyakinan dan keimanan kepada Allah. Perkawinan bagi umat islam merupakan peristiwa agama dan oleh karena itu orang yang melaksanakannya telah melakukan perbuatan ibadah. 6 4 Ahmad Shidiq, Hukum Talaq Dalam Ajaran Islam Surabaya: Pustaka Pelajar, 2001, cet. Ke 1, h. 55 5 Ahmad Kuzari, Nikah Sebagai Perikatan, Jakarta: PT. Raja Grafido Persada, 1995, cet. Ke 1, h. 148 6 Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia Antara Fiqh Munakaht dan Undang-Undang Perkawinan , Jakarta: Prenada Media, 2007, cet ke 2, h. 49 Dengan demikian ada dimensi ibadah dalam sebuah perkawinan. Untuk itu perkawinan seharusnya dipelihara baik sehingga bisa abadi dan tujuan perkawinan dapat terwujud yakni terciptanya keluarga yang sakinah, mawaddah dan rahmah. Namun sering kali tujuan perkawinan tersebut kandas ditengah-tengah jalannya perkawinan yang disebabkan berbagai macam alasan. Salah satu alsannya adalah adanya paksaan orang tua terhadap perkawinan anaknya. Dalam menjalani kehidupan rumah tangga suami dan istri hendaknya saling menyanyangi dan mancintai satu sama lainnya, namun hal tersebut akan sulit tercapai jika perkawinan ada unsur paksaan dari orangtuanya. Seperti dalam perkara perceraian di Pengadilan Agama Tangerang dengan nomor perkara 940Pdt.G2009PA.Tng perkawinan yang disebabkan adanya paksaan dari orangtua. Dalam konteks kawin paksa, tak jarang anak menjadi pihak yang dirugikan. Hal ini juga dipicu oleh anggapan bahwa anak tidak memiliki hak kebebasan menentukan pilihannya sendiri. Anak dilihat sebagai individu yang tidak memiliki pengertian yang memadai untuk kepentingannya sendiri. Hal ini menyebabkan sebagian pihak merasa absah untuk memaksakan seseorang sebagai pasangan hidup si anak. 7 7 http:www.rahima.or.idindex.php?option=com_contentview=articleid=502:suplement- 7catid=49:suplemenItemid=319, diakses 10 Juni 2010.