Penelitian Terdahulu TINJAUAN PUSTAKA

10

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

Berdasarkan penelitian Wiwiek 2011, yang berjudul Analisis Pemasaran Jahe Zingiber Officinale di Kabupaten Karanganyar membuktikan bahwa terdapat tiga pola saluran pemasaran yang dilakukan dalam memasarkan jahe mulai dari produsen hingga konsumen, dimana pola saluran tersebut adalah saluran tingkat I, dengan saluran pemasaran tingkat II dan saluran pemasaran tingkat III. Pada saluran I mengeluarkan total biaya pemasaran Rp 182,34 per kg, margin pemasaran Rp 500 per kg, dan keuntungan pemasaran Rp 317,66 per kg. Pada saluran II mengelurkan total biaya pemasaran Rp 748,36 per kg, margin pemasaran Rp 1000 per kg, dan keuntungan pemasaran Rp 251,64 per kg. Pada saluran III mengeluarkan total biaya pemasaran Rp 611,66 per kg, margin pemasaran Rp 1241,28 per kg dan keuntungan pemasaran Rp 602,61 per kg. Berdasarkan penelitian Assary 2001, tentang Analisis Pendapatan Usahatani dan Pendapatan Komoditi Jahe membuktikan bahwa saluran pemasaran 2 adalah saluran yang lebih efisien dibandingkan saluran pemasaran 1 dan 3. Pada saluran pemasaran 2 memiliki farmer’s share sebesar 78,57 persen. Saluran II mempunyai marjin keuntungan sebesar Rp 1.014kg dan marjin biaya pemasaran Rp 4801kg dan mengunakan lebih sedikit lembaga pemasaran. Menurut penelitian Widiarti 2010, yang bejudul Analisis Marjin Pemasaran Jahe di Kabupaten Wonogiri mengatakan bahwa saluran pemasaran yang paling efisien adalah saluran pemasaran yang memiliki persentase marjin pada saluran pemasaran yakni 0, sedangkan nilai farmer’s share yang di miliki adalah nilai farmer’s share tertinggi dibandingkan saluran pemasaran lainnya, yaitu sebesar 100. Penelitian ini membuktikan bahwa saluran pemasaran yang memiliki nilai selisih margin terendah dengan nilai share tinggi dapat dikatakan saluran pemasaran tersebut efisien. Berdasarkan penelitian Mauludi 1992, yang berjudul Analisis Efisiensi Pemasaran Jahe Gajah di Daerah Sentra Produksi Sumatra Utara membuktikan bahwa saluran pemasaran yang lebih pendek merupakan saluran pemasaran yang 10 11 lebih efisien. Saluran pemasaran yang pendek memiliki indeks keuntungan pada petani, pedagang desa, dan eksportir masing – masing sebesar 1,89, 1,27 dan 1,62. Apabila dibandingkan dengan saluran pemasaran lainnya saluran pemasaran yang terpendek harga 46,22 dengan koefisien korelasi harga sebesar 0,9034, sedangkan saluran pemasaran lainnya memiliki harga di tingkat petani 32,40 dengan koefisien korelasi harganya sebesar 0,7928. Menurut penelitian Artatiningsih 1991, yang berjudul Analisis Hubungan Prilaku Konsumen dengan Strategi Bauran Pemasaran Jamu Air Mancur Studi Kasus di Kotamadya Surakarta, Jawa Tengah, terdapat empat strategi bauran pemasaran yang digunakan dalam pemasaran yang digunakan PT. Jamu Air Mancur, strategi yang digunakan adalah strategi bauran pemasaran yang terdiri dari strategi produk, harga, distribusi dan promosi. Dari keempat strategi tersebut, strategi yang paling ditonjolkan yakni pada strategi produk dan juga harga. Strategi produk yang digunakan adalah bargain, yaitu mutu produk menengah dengan harga rendah. Perusahaan menggunakan strategi penetapan harga yang seragam untuk seluruh konsumen. Berdasarkan penelitian Hidayat dan Istiyanto 2012, yang berjudul Pengaruh Citra Produk dan Periklanan Terhadap Keputusan Pembelian Jahe Wangi CV. Intrafood yakni, citra produk dapat memberikan respon dari konsumen akan suatu penawaran yang di berikan oleh produsen. Citra produk dapat menimbulkan preferensi pada konsumen untuk melakukan pembelian pada suatu produk. Hal tersebut diketahui melalui salah satu komponen marketing mix. Menurut penelitian Prayogo 2007, yang berjudul Potensi Pasar dan Masalah Pemasaran Vanili, Pala dan Kayu Manis Indonesia, dapat diketahui bahwa yang menjadi permasalahan dalam pemasaran tanaman rempah di Indonesia adalah prasarana pengangkutan, informasi pasar yang kurang bagi petani, margin pemasaran yang tinggi dominasi pedagang dalam penentuan harga, dan mutu ekspor yang belum terjamin. Strategi yang digunakan untuk pemecahan masalah tersebut yakni dengan perbaikan prasarana pengangkutan di wilayah produksi, penyediaan informasi pasar yang memadai, perbaikan mutu, promosi 12 dengan mengadakan pameran dan melalui internet dan membina hubungan antar lembaga.

2.2 Landasan Teori