Mekanisme Perhitungan dan Pembayaran Pajak Restoran Pada Hotel Pardede Medan

(1)

TUGAS AKHIR

PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI

MEKANISME PERHITUNGAN DAN PEMBAYARAN PAJAK RESTORAN

PADA HOTEL PARDEDE MEDAN

O L E H

NAMA : LUSIANA VERONICA PURBA N I M : 082600049

Untuk memenuhi salah satu syarat

Menyelesaikan Studi pada Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2011


(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

HALAMAN PERSETUJUAN

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI INI DISETUJUI UNTUK DI PRESENTASIKAN

O L E H

Nama : LUSIANA VERONICA PURBA Nim : 082600049

Prog. Studi : D-III Administrasi Perpajakan

Judul : Mekanisme Perhitungan dan Pembayaran Pajak Restoran Pada Hotel Pardede Medan

Ketua Prodip III Dosen Pembimbing Supervisor Lapangan Adm. Perpajakan

(Drs Alwi H Batubara,M.Si) (Prof.Dr.Erika Revida,MS) (Gudman Lubis) Nip.195608311986011001 Nip.196208211987012001 Nip.580110874007 T

Diketahui Dekan FISIP USU

(Prof.Dr.Badaruddin,M.Si) Nip.09680521992031002


(3)

DAFTAR ISI DAFTAR ISI

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri 1.2 Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri 1.3 Uraian Teoritis

1.4 Dasar Hukum Pemunutan Pajak Restoran

1.5 Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri 1.6 Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri

1.7 Analisis dan Evaluasi

1.8 Metode Pengumpulan Data Praktik Kerja Lapangan Mandiri BAB II GAMBARAN UMUM HOTEL PARDEDE INTERNASIONAL MEDAN

2.1 Sejarah Singkat Perusahaan 2.2 Struktur Organisasi

2.3 Uraian Tugas

BAB III GAMBARAN DATA PAJAK RESTORAN 3.1 Defenisi Pajak

3.2 Sumber Pendapatan Daerah 3.3 Fungsi Pajak

3.4 Jenis Pajak

3.5 Objek, Subjek, dan Wajib Pajak Restoran 3.6 Dasar Hukum Pemungutan Pajak Restoran

3.7 Dasar Pengenaan, Tarif, dan Tata Cara Perhitungan Pajak Restoran 3.8 Pembayaran dan Penagihan Pajak Restoran

BAB IV ANALISA DAN EVALUASI 4.1 Pendaftaran dan Pelaporan

4.2 Mekanisme Perhitungan Pajak Restoran 4.3 Mekanisme Pembayaran Pajak Restoran

4.4 Hambatan Perhitungan dan Pembayaran Pajak Restoran BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan 5.2 Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(4)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Pemerintah adalah entitas masyarakat dalam suatu negara yang diberi kewenangan untuk menjalankan pemerintahan. Pelaksanaan pemerintah hanya dapat dilaksanakan dengan adanya beberapa unsur pendukung, Salah satunya adalah tersedianya dana yang memadai. Sebab tanpa dukungan dana,semua program pemerintah tidak akan dapat dilaksanakan dan itu berarti fungsi pemerintah dalam suatu negara tidak berjalan secara optimal.

Dana yang diperoleh negara merupakan penerimaan yang dipergunakan untuk menyusun Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Anggaran tersebut merupakan uraian pembiayaan yang dipergunakan penyelenggaraan pemerintah dan keperluan pembangunan. Biaya pembangunan digunakan untuk membangun sarana dan prasarana yang berkaitan dengan pelayanan publik. (Mustaqiem,2008:1)

Salah satu cara bagi pemerintah untuk menghimpun dana bagi pembangunan adalah melalui pemungutan pajak. Hasil pemungutan pajak dikumpulkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan termasuk pendapatan rutin khususnya disektor bukan migas. Pajak mempunyai kontribusi yang sangat besar untuk membiayai anggaran bagi penyelenggara pemerintah, pelayanan umum dan pembangunan.


(5)

Dari sekian banyak pajak yang dipungut di negara kita salah satu pajak yang diandalkan untuk menghasilkan dana anggaran adalah pajak restoran. Objek pajak restoran adalah setiap pelayanan yang disediakan dengan pembayaran di restoran termasuk bar, kafe, rumah makan, buffet, kantin, kedai nasi/kopi, dan meliputi penjualan makanan dan minuman di tempat yang disertai tempat penyantapan maupun diantar dan dibawa pulang (take away).

Subjek pajak restoran adalah orang pribadi atau badan yang melakukan pembayaran kepada restoran. Sedangkan objek pajak restoran adalah pelayanan yang disediakan restoran dengan pembayaran.

1. Pelayanan usaha jasa boga katering

2. Pelayanan yang disediakan oleh restoran atau rumah makan yang peredarannya tidak melebihi batas tertentu yang ditetapkan oleh peraturan daerah.

Dasar pengenaan pajak restoran adalah jumlah pembayaran yang dilakukan kepada restoran. Pembayaran adalah jumlah yang diterima atau seharusnya diterima sebagai imbalan atas penyerahan barang dan jasa sebagai pembayaran kepada pemilik restoran. Tarif pajak restoran yang paling tinggi sebesar 10% dan ditetapkan dengan peraturan daerah atas Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.

Pajak restoran yang terutang dipungut di wilayah daerah tempat restoran berlokasi. Besarnya pokok pajak restoran yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif pajak restoran yang paling tinggi 10% dengan dasar pengenaan


(6)

pajak, yaitu jumlah yang diterima atau seharusnya diterima sebagai imbalan atas penyerahan barang dan atau jasa sebagai pembayaran kepada pemilik restoran.

Proses pemungutan pajak yaitu : pajak dikutip di bank atau tempat yang telah ditentukan oleh Menteri Keuangan sebagai tempat pembayaran untuk menambah anggaran berikutnya apabila tidak mencapai target atau realisasi yang diharapkan.

Hambatan Pemungutan Pajak : - Perlawanan Pasif

Masyarakat enggan (pasif) membayar pajak yang dapat disebabkan antara lain :

a) Perkembangan intelektual dan moral masyarakat.

b) Sistem perpajakan yang (mungkin) sulit dipahami masyarakat.

c) Sistem control yang tidak dapat dilakukan atau dilaksanakan dengan baik.

- Perlawanan Aktif

Perlawanan aktif meliputi semua usaha dan perbuatan yang secara langsung ditujukan kepada fiskus dengan tujuan untuk menghindari pajak yaitu :

a) Tax Avoidence, usaha untuk meringankan beban pajak dengan tidak


(7)

b) Tax Evasion, usaha untuk meringankan beban pajak dengan cara melanggar Undang-Undang (menggelapkan pajak).

Berdasarkan kondisi tersebut penulis akan melakukan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) dengan judul “Mekanisme Perhitungan dan Pembayaran Pajak Restoran Pada Hotel Pardede Medan”.

1.2. Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Tujuan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Adapun tujuan pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) ini adalah : a. Untuk mengetahui Mekanisme Perhitungan dan Pembayaran Pajak

Restoran pada Hotel Pardede Medan.

b. Untuk mengetahui besarnya tarif pajak yang digunakan dalam perhitungan pajak restoran pada Hotel Pardede Medan.

c. Untuk mengetahui kendala-kendala yang terjadi dalam perhitungan dan pembayaran pajak restoran pada Hotel Pardede Medan.

d. Untuk mengetahui jumlah pembayaran pajak restoran 5 (lima) tahun terakhir.

Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) adalah :

a. Bagi Mahasiswa

1. Mahasiswa dapat memperoleh pengalaman kerja pada suatu instansi swasta dalam hal ini Hotel Pardede Medan.


(8)

2. Mengaplikasikan disiplin ilmu yang telah dipelajari khususnya tentang pajak daerah dan retribusi daerah dalam mengatasi permasalahan yang timbul selama PKLM.

3. Meningkatkan profesionalisme, memperluas wawasan dan memantapkan pengetahuan dan keterampilan mahasiswa dalam menerapkan ilmunya khususnya di bidang perpajakan.

4. Untuk menciptakan dan mengembangkan rasa tanggung jawab serta kedisiplinan.

b. Bagi Hotel Pardede

1. Untuk memperoleh masukan, ide-ide, gagasan yang konstruktif dari Perguruan Tinggi untuk lebih memperbaiki perhitungan dan pembayaran pajak restoran.

2. Agar dapat digunakan untuk pengembangan ilmu dalam bidang perpajakan khususnya Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan pada Hotel Pardede Medan.

3. Meningkatkan hubungan baik dengan Universitas Sumatera Utara.

c. Bagi Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan

1. Meningkatkan hubungan kerjasama dengan instansi swasta dalam hal ini Hotel Pardede Medan.


(9)

2. Memberikan uji nyata atas disiplin ilmu yang telah disampaikan selama perkuliahan.

3. Mendapat masukan dan sarana untuk perbikan dan penyempurnaan kurikulum yang berlaku.

4. Mempromosikan sumber daya alam yang terdapat di Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

1.3. Uraian Teoritis

Defenisi Pajak berdasarkan pembagian isi teorinya :

1. Menurut Adriani (Mustaqiem 2008:43), pajak adalah iuran kepada negara yang terutang oleh wajib pajak menurut peraturan-peraturan, dengan tidak mendapat prestasi kembali yang langsung dapat ditunjuk dan gunanya untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubungan dengan tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintahan.

2. Menurut N.J.Feldman (Mustaqiem 2008:1), pajak adalah prestasi yang dipaksakan oleh dan terutang kepada penguasa (menurut norma-norma yang ditetapkan secara umum). Tanpa ada kontraprestasi dan semata-mata digunakan untuk menutup pengeluaran-pengeluaran umum.

Pajak Daerah yang selanjutnya disebut sebagai pajak adalah kontribusi wajib kepada daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara


(10)

langsung dan digunakan untuk keperluan daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Restoran adalah fasilitas penyedia makanan dan/atau minuman dengan dipungut bayaran, yang mencakup juga rumah makan, kafetaria, kanting, warung, bar, dan sejenisnya termasuk jasa boga/katering.

Retibusi daerah, yang selanjutnya disebut sebagai retribusi, adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusunya disediakan dan/atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan.

Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Pajak restoran adalah pajak atas pelayanan yang disediakan oleh restoran.

1.4. Dasar Hukum Pemungutan Pajak Restoran.

Dasar hukum pemungutan pajak restoran pada suatu kabupaten atau kota adalah sebagaimana dibawah ini :

1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.

2. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2001 Tentang Pajak Daerah.


(11)

1.5. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Praktik kerja lapangan mandiri (PKLM) ini dilakukan pada Hotel Pardede Medan. Penulis akan membahas secara rinci :

1. Mekanisme perhitungan dan pembayaran pajak restoran pada hotel pardede medan.

2. Kendala dalam perhitungan dan pembayaran pajak restoran pada hotel pardede medan.

3. Untuk mengetahui jumlah pembayaran pajak restoran selama 5 (lima) tahun terakhir.

Kegiatan yang akan dilaksanakan dalam PKLM adalah disini penulis akan berusaha semaksimal mungkin untuk mengetahui hal yang berkaitan dengan mekanisme perhitungan dan pembayaran pajak restoran pada Hotel Pardede Medan dan akan mencari data dan informasi yang berasal dari Hotel Pardede Medan sebagai bahan referensi untuk mengetahui dan mendalami mekanisme perhitungan dan pembayaran pajak restoran pada Hotel Pardede Medan.

1.6. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Untuk mendapatkan dan mengumpulkan data serta informasi sesuai dengan metode yang digunakan adalah sebagai berikut :

1. Tahap Persiapan

Pada tahap ini penulis akan melakukan penentuan tempat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM), pengajuan judul, persetujuan judul oleh Ketua Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan, mencari dan


(12)

mengumpulkan bahan untuk pembuatan proposal dan melakukan konsultasi dengan pihak Dosen yang bersangkutan.

2. Studi Literatur

Pada tahap ini dalam pencarian dan pengumpulan sumber-sumber pustaka seperti Undang-Undang, buku-buku, majalah maupun literatur lain yang berhubungan dengan perhitungan dan pembayaran pajak restoran.

3. Observasi Lapangan

Pada bagian ini penulis melakukan observasi lapangan di Hotel Pardede Medan mengenai perhitungan dan pembayaran pajak restoran.

4. Pengumpulan Data

Penulis melakukan pengumpulan data mengenai mekanisme perhitungan dan pembayaran pajak restoran pada Hotel Pardede Medan melalui :

a) Data Primer yaitu data yang diperoleh dari Hotel. Data primer ini dapat diperoleh dari wawancara atau bisa dilakukan dengan mengajukan daftar pertanyaan dan observasi lapangan.

b) Data Sekunder (bersumber dari buku-buku ilmiah, Undang-Undang yang berhubungan dengan pajak restoran).


(13)

1.7. Analisi dan Evaluasi

Setelah data yang diperlukan terkumpul secara lengkap maka dilakukan analisa dan evaluasi terhadap data atau keterangan mengenai mekanisme perhitungan dan pembayaran pajak restoran.

1.8. Metode Pengumpulan Data Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Adapun cara pengumpulan sumber-sumber data adalah sebagai berikut :

1. Daftar Wawancara (Interview Guide)

Yaitu dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada pegawai yang dianggap mampu memberikan masukan data primer dan informasi tentang mekanisme perhitungan dan pembayaran pajak restoran.

2. Data Observasi

Yaitu dengan melakukan pengamatan langsung atas kegiatan yang dilakukan dalam pencatatan terhadap fenomena yang menjadi objek penelitian.

3. Daftar Dokumentasi

Yaitu dengan mengumpulkan dokumen-dokumen yang berhubungan dengan perhitungan dan pembayaran pajak restoran dan meminta berbagai dokumen dari Hotel Pardede Medan.


(14)

BAB II

GAMBARAN UMUM HOTEL PARDEDE INTERNASIONAL MEDAN

2.1.Sejarah Singkat Perusahaan

Adanya keputusan bersama Menteri Keuangan dan Menteri Perhubungan Republik Indonesia No. 101 September 1968, telah mendorong para pengusaha Indonesia untuk mendirikan hotel-hotel, sebagai upaya mendorong kemajuan pariwisata di Indonesia dan merupakan salah satu pendapatan negara yang cukup potensial yang perlu ditingkatkan peranannya.

Berselang beberapa waktu kemudian, secara kebetulan Bapak TD.Pardede bertemu dengan Bapak M.J.Prayogo (Waktu itu menjabat Konsul Jenderal Pariwisata Perhubungan RI di Singapura), dan beliau menganjurkan agar mendirikian usaha perhotelan yang bertaraf Internasional. Setelah mempelajari dokumen-dokumen dari surat keputusan tersebut dan mendengar keterangan-keterangan yang meyakinkan sehingga diambil kesimpulan membuka usaha perhotelan sebagai tambahan bidang-bidang usahanya yang telah ada yakni pertekstilan, perkebunan,pendidikan, kesehatan dan perikanan.

Pada tanggal 1 Mei 1970, Motel Danau Toba dan Copa Cabana Club dibuka secara resmi untuk umum dengan manager pertama Drs.D.Silaen dan asisten manager Zaman Ginting, BA. Kemudian pada 1 Juli 1970 diinstruksikan oleh Bapak dan Ibu TD.Pardede untuk menyusun rencana pembuatan satu hotel dengan kamar bertaraf Internasional yang diberi nama Hotel Danau Tobe Internasional. Sambil menunggu selesainya proyek Hotel Danau Toba Internasional, bapak TD.Pardede sebagai usahawan yang gigih dan berkemauan


(15)

keras, mendirikan dan meresmikan hotel-hotel yang kecil dengan selalu mempertahankan standard Internasional.

Pada tanggal 18 Maret 1971 dibuka dan diresmikanlah Pardede Internasional Hotel yang terletak dijalan Ir.H.Juanda No 14 Medan dengan jumlah kamar sebanyak 46 kamar. Dengan semakin banyaknya investasi asing dibidang perminyakan dan perkebunan di Sumut, hotel yang baru diresmikan segera mencapai occupancy rate (tingkat hunian kamar) yang tinggi.

Suatu prinsip yang dipuji dari bapak TD.Pardede dalam mendirikan dan menjalankan usahanya dalam bidang perhotelan ini adalah : “Prinsip percaya diri kepada diri sendiri dan percaya pada kekuatan sendiri”. Tenaga-tenaga staff dan karyawan didatangkan dari pulau jawa pada waktu Hotel Danau Toba Internasional yang saat ini masih mempunyai 200 kamar selesai didirikan dan siap untuk dibuka, tenaga staff dan karyawan telah siap pula untuk Hotel tersebut. Pada tanggal 10 Juni 1972 dibuka dan diresmikanlah Hotel Danau Toba Internasional untuk umum dengan general Manager pertama Stanley J.Allison dari London dan tenaga cook dari Jepang.

Dengan demikian, dapatlah disimpulkan bahwa sejak 1 Mei 1971 sampai dengan 1973, Pardede Internasional Hotel Group sudah mempunyai cabang-cabang-cabang (anak perusahaan), yaitu :

a. Hotel Danau Toba dan Copa Cabana Club

b. Hotel Danau Toba Mini


(16)

d. Pardede Internasional Hotel

e. Hotel Pardede Internasional Jakarta

f. New Belawan Internasional Hotel

g. Swimming Pool Club Hotel Danau Toba Internasional Hotel

h. Hotel Danau Toba Internasional Parapat

Bulan Oktober 1973 Drs.Rudolf M.Pardede (putra T.D.Pardede) kembali dari pendidikannya di London dan ditetapkan menjadi Presiden Direktur Internasional Hotel Group. Sebelum Hotel Danau Toba Internasional dibuka, Hotel Danau Toba dan Pardede Internasional Hotel dibuka occupancynya turun menjadi 60%. Hal ini disebabkan karena tamu-tamu lebih memilih hotel danau toba internasional untuk penginapannya. Pada masa-masa permulaan ini terasa adanya persaingan dikalangan sendiri, yaitu antara hotel-hotel yang terhimpun dalam pardede internasional hotel group.

Saat ini pardede internasional group telah memiliki cabang-cabang di Jakarta,Medan,Berastagi,Parapat,Tebing Tinggi,Belawan dan Aceh. Dengan semakin banyaknya jumlah pemesanan kamar hotel maka Pardede Internasional Hotel Medan menambah jumlah kamar hingga sampai saat ini sebanyak 165 kamar yang dilengkapi dengan AC,TV Colour, Parabola, Kulkas untuk masing-masing kamar. Dengan demikian Pardede Internasional hotel Medan di klasifikasikan Hotel Bintang 3 (tiga)


(17)

Disinilah pentingnya peran para pengusaha hotel, salah satunya yakni Pardede Internasional hotel Group sebagai badan usaha yang menyediakan fasilitas lainnya bagi para wisatawan.

Tabel 1. Daftar Kamar Hotel Pardede Internasional Medan

Tipe Kamar Jumlah Kamar

Standard Room 3

Superior Room 45

Deluxe Room 64

Suite Room 5

Exbed Room 16

Cottage Suite 32

Cottage Standard 48

Sumber : Hasil Penelitian, 2011

Dengan demikian peneliti juga akan menyajikan latar belakang atau profil bisnis Hotel Pardede Internasional Medan secara ringkas, yaitu sebagai berikut : Nama Bisnis : Hotel Pardede Internasional Medan

Misi : Memuaskan pelanggan melalui pelayanan yang sangat istimewa dengan menampilkan kualitas produk yang baik serta menciptakan atmosfer yang bersahabat, nyaman dan professional dan member kesan “Your Paradise In Sumatera”

Visi : Menjadi Hotel yang tetap terdepan dikelasnya. Strategi bersaing/


(18)

Strategi Generik

Yang digunakan sekarang : Strategi diferensiasi yaitu dengan membuat harga kamar yang sangat terjangkau untuk pelanggan dengan menampilkan fasilitas yang terlengkap serta di dukung oleh lokasi yang sangat strategis dan pelataran parkir yang sangat luas.

Pesaing : Seluruh Hotel yang ada di kota Medan Faktor Lingkungan

Yang paling berpengaruh : Faktor lingkungan yang paling berpengaruh antara lain dari lingkungan makro yaitu situasu keamanan kota Medan dan dari lingkungan mikro yaitu tentunya pelanggan dan pesaing baru, misalnya hotel berbintang lima.

2.2.Struktur Organisasi

Setiap perusahaan baik perusahaan pemerintah maupun swasta, pada umumnya memiliki struktur organisasi, penyusunan struktur organisasi merupakan langkah pertama dan tepat dalam memulai pelaksanaan kegiatan dengan kata lain penyusunan struktur organisasi adalah langkah untuk melaksanakan kegiatan yang terencana di suatu perusahaan. Dengan demikian struktur organisasi akan memberikan gambaran maupun petunjuk tentang bagian atau unit kerja serta pembagian kerja di suatu perusahaan, sekaligus memberikan perintah dan wewenang terhadap unit organisasi.


(19)

Selain itu struktur organisasi dapat merupakan petunjuk mengenai tanggung jawab bagi setiap bawahan serta batasan wewenang dan fungsi bahawan, sehingga dapat mempermudah dalam menentukan, mengarahkan dan mengontrol pelaksanaan aktivitas-aktivitas perusahaan.

Struktur organisasi perusahaan tidak sama untuk setiap perusahaan, karena struktur organisasi tergantung besar dan sifat kegiatan perusahaan. Jadi berhasil tidaknya organisasi perusahaan dalam mencapai tujuan bukan saja ditentukan dari struktur yang dibuat, tetapi tergantung pada pengendalian struktur itu sesuai dengan tujuan yang dicapai. Suatu organisasi harus fleksibel karena dipengaruhi ketidakpastian dimasa yang akan datang, sehingga harus ada penyesuaian terhadap keadaan yang sedang dan akan dijalani. Sebab struktur organisasi yang berbelit-belit dan tidak jelas akan dapat menimbulkan kegagalan dalam mencapai tujuan perusahaan. Untuk mencapai tujuan organisasi harus diperhatikan adalah pembagian tugas,karena kegiatan tidak dapat berjalan apabila tidak terdapat pembagian tugas yang diuraikan secara jelas dan terperinci.

Pada perusahaan ini struktur organisasi yang dipakai adalah organisasi garis dan staff, dimana wewenang dari pucuk pimpinan dilimpahkan kepada kepala manajer lainnya baik pekerjaan pokok maupun pekerjaan bantuan. Adapun struktur organisasi yang dimiliki dan dijalankan pada hotel pardede internasional diuraikan sebagai berikut :


(20)

2.3. Adapun uraian tugas masing-masing adalah sebagai berikut :

a. General Manager

1) Menetapkan budget tahunan dari tiap-tiap departemen bersama-sama Chief Accounting, front office manager food and beverage manager,house keeper manager.

2) Mengikuti atau mengadakan rapat tahunan untuk melihat sejauh mana income yang diperoleh selama 1 bulan dan kendala-kendala apa yang dihadapi dan perlu ditangani secepatnya.

3) Bekerjasama dengan departemen-departemen yang ada untuk menigkatkan pendapatan hotel.

4) Menandatangani kas untuk bank pembayaran,pembelian barang dan kas bank penerimaan uang bersama-sama dengan chief accounting.

5) Mengambil keputusan dan kebijaksanaan sehubungan dengan rencana dan tujuan perusahaan yang telah ditetapkan.

6) Bertanggung jawab atas pelaksanaan pembinaan dan peningkatan mutu karyawan di unit kerja.

b. Sekretaris atau Duty Manager

1) Melaksanakan tugas-tugas yang sangat prinsipil yang dibebankan General Manager.


(21)

2) Membantu general manager untuk mengambil tindakan kebijaksanaan buat tugas dan tanggungjawab para manager atau kebijaksanaan pengembangan SDM.

3) Melaksanakan tugas-tugas lain yang berhubungan dengan yang ditugaskan oleh general manajer.

c. Chief Accounting

1) Menandatangani bukti kas bank penerimaan dan pengeluaran.

2) Menandatangani bon masuk barang-barang.

3) Memeriksa tugas-tugas yang dikerjakan bawahan.

4) Membuat laporan keuangan dan realisasi budget setiap akhir bulan.

5) Memberi pengarahan kepada kru yang terkait didalam hal meningkatkan disiplin dan kreativitas kerja sehingga tercapai tujuan yang ditetapkan.

Chief accounting membawahi : General Cashier, Chief Store, Chief Internal Control, Ass.Accounting, Cashier, Control/ nite Auditor, Book Keeper.

d. Front Office Manager

1) Bertanggung jawab atas kelancaran di front office department sebagai pusat kegiatan hotel.


(22)

2) Memonitor situasi pengisian kamar, situasi reservation yang sudah masuk.

3) Mencatat data, membuat statistic pengisian kamar.

4) Melaksanakan training secara terus menerus kepada kru dan mengatur schedule kerja kru.

5) Memonitor dan melaporkan hasil operasi front office setiap hari kepada Management Hotel.

Front Office manager membawahi : Ass.Reception, reception, operator, bill captain, bill clerk, room boy.

e. Food and Beverage Manager

1) Bertanggung jawab untuk merencanakan, mengorganisir, mengkoordinasikan semua kegiatan di food and beverage manager.

2) Mengadakan komunikasi, koordinasi dengan seluruh departemen yang ada.

3) Memonitor semua penjualan minuman dan makanan dalam hal pendapatan dan pengeluaran.

4) Menentukan cost and selling price dari makanan dan minuman.

5) Mengadakan renovasi-renovasi secara periodik dalam hal menu dan drink list.


(23)

6) Mengadakan evaluasi terhadap karyawan.

Food and beverage manager membawahi : Supervisor B/R. Supervisor R/S, Supervisor Disco, Chief Cook/Kitchen, bartender, cook, waiter/s, cook help, dishwasher.

f. House Keeper Manager

1) Bertanggung jawab atas segala masalah kebersihan dan kerusuhan yang ada di dalam hotel, dapat dilaporkan kepada general manager.

2) Membimbing, melatih, mengarahkan seluruh staff dan karyawan house keeping.

3) Mengadakan kerjasama yang baik dengan departemen-departemen lainnya untuk mencapai sasaran kerja yang efektif.

4) Membuat anggaran tahunan untuk mengatasi pengeluaran di house keeping.

5) Membuat daftar inventaris barang-barang di hotel.

House keeper membawahi : Ass.House keeper, Supervisor room boy, supervisor linen, room boy/room maid, linen, houseman.

g. Chief Maintenance


(24)

2) Merencanakan dan melaksanakan revisi ringan dan revisi besar mesin-mesin.

3) Memeriksa langsung operasi mesin-mesin.

4) Menyusun laporan-laporan kerja setiap bagian.

5) Bertanggung jawab atas peralatan alat-alat dan lancarnya operasi mesin-mesin.

Chief maintenance mambawahi : Supervisor otomat, supervisor electronic, Supervisor civil, tukang otomat, tukang elektronik, tukang civil.

h. Chief Security

1) Bertanggung jawab atas segala kejadian-kejadian yang terjadi di lingkungan hotel.

2) Bertanggung jawab atas keamanan atau pengamanan personil, material,operasional dan situasi di lingkungan hotel.

3) Mengadakan koordinasi kerja dengan departemen-departemen lainnya guna menegakkan peraturan-peraturan yang dikeluarkan pimpinan.


(25)

BAB III

GAMBARAN DATA PAJAK RESTORAN

3.1.Defenisi Pajak

Sebelum kita membahas mengenai gambaran data Pajak Restoran, maka kita harus terlebih dahulu mengetahui tentang defenisi pajak. Adapun defenisi pajak menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 Tentang perubahan ketiga atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang ketentuan umum dan tatacara perpajakan adalah sebagai berikut :

Pajak adalah kontribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Sedangkan defenisi pajak berdasarkan pendapat beberapa ahli adalah :

1. Menurut Adriani, sebagaimana dikutip oleh Santoso Brotodihardjo, pajak adalah iuran kepada negara yang terutang oleh wajib pajak menurut peraturan-peraturan, dengan tidak mendapat prestasi kembali yang langsung dapat ditunjuk dan gunanya untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubungan dengan tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintahan. (Mustaqiem,2008:43)

2. Menurut N.J.Feldman, sebagaimana dikutip oleh Early Suandy, pajak adalah prestasi yang dipaksakan oleh dan terutang kepada penguasa (menurut norma-norma yang ditetapkan secara umum). Tanpa ada


(26)

kontraprestasi dan semata-mata digunakan untuk menutup pengeluaran-pengeluaran umum. (Mustaqiem,2008:1)

Pajak Daerah yang selanjutnya disebut sebagai pajak adalah kontribusi wajib kepada daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Restoran adalah fasilitas penyedia makanan dan/atau minuman dengan dipungut bayaran, yang mencakup juga rumah makan, kafetaria, kanting, warung, bar, dan sejenisnya termasuk jasa boga/katering.

Retibusi daerah, yang selanjutnya disebut sebagai retribusi, adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusunya disediakan dan/atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan.

Pajak restoran adalah pajak atas pelayanan yang disediakan oleh restoran. (Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah).

3.2. Sumber Pendapatan Daerah

Dasar hukum sumber pendapatan daerah adalah Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah, maka penyelenggaraan pemerintah daerah dilakukan dengan memberikan kewenangan yang luas, nyata dan bertanggung jawab kepada daerah. Pajak daerah dan retribusi daerah merupakan salah satu pendapatan daerah yang penting guna


(27)

membiayai penyelenggaraan pemerintah daerah dan pembangunan untuk memantapkan Otonomi Daerah yang luas, dan bertanggung jawab.

Sumber Pendapatan Daerah berasal dari : a.Pajak Daerah

Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 pengertian pajak daerah adalah kontribusi wajib kepada daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Jenis Pajak Provinsi terdiri dari : 1. Pajak Kenderaan Bermotor

2. Bea Balik Nama Kenderaan Bermotor

3. Pajak Bahan Bakar Kenderaan Bermotor

4. Pajak Air Permukaan dan

5. Pajak Rokok

Jenis Pajak Kabupaten/Kota terdiri atas : 1. Pajak Hotel

2. Pajak Restoran

3. Pajak Hiburan


(28)

5. Pajak Penerangan Jalan

6. Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan

7. Pajak Parkir

8. Pajak Air Tanan

9. Pajak Sarang Burung Walet

10. Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan, dan

11. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan

b.Retribusi Daerah

Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 pengertian Retribusi Daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan.

3.3. Fungsi Pajak

Dalam kedudukannya pajak mempunyai dua fungsi yaitu :

1. Fungsi Budgeter : Pajak sebagai alat memasukkan uang kedalam kas Negara untuk digunakan sebagai dana pembiayaan pengeluaran Negara.

2. Fungsi Reguler/ Mengatur : Pajak digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu diluar bidang keuangan. Pengaturan ini biasanya ditujukan untuk mengatur sektor swasta misalnya :


(29)

1) Pajak minuman keras ditinggikan agar rakyat (masyarakat) tidak terlalu banyak menyukai minuman keras.

2) Pajak ekspor direndahkan/dihilangkan untuk merangsang banyaknya ekspor.

3.4.Jenis Pajak

Pajak yag dipungut pemerintah dari rakyat memiliki jenis yang pembagiannya dapat ditinjau dari berbagai segi yaitu :

1. Menurut Sifatnya :

a. Pajak Subjektif yaitu pajak yang memperhatkan keadaan pribadi wajib pajak untuk menetapkan besarnya pajak yang terutang.

b. Pajak Objektif yaitu pajak yang dalam pengenaannya hanya memperhatikan sifat objek pajaknya saja.

2. Menurut Golongannya :

a. Pajak Langsung yaitu pajak yang pengenaannya terlebih dahulu di daftar dengan memberikan nomor kohir (NPWP), yaitu pengenaannya dilakukan secara berkala misalnya dikenakan untuk tiap-tiap tahun dan pembebanannya tidak dapat dilimpahkan kepada orang lain.


(30)

b. Pajak Tidak Langsung yaitu pajak yang pengenaannya tidak didaftar berdasarkan nomor kohir (NPWP) dan pengenaannya dilakukan secara berkala serta pajak tidak dapat dilimpahkan kepada orang lain.

Contohnya : Bea Materai, Pajak Penjualan, Cukai dan sebagainya.

3. Menurut Lembaga Pemungutannya

a. Pajak Negara/Pusat yaitu pajak yang dikelola atau pemungutannya dilakukan oleh aparat pemerintah pusat untuk mengisi kas Negara.

b. Pelayanan yang disediakan oleh restoran atau rumah makan yang pendapatan brutonya tidak melebihi batas Rp 600.000 (enam ratus ribu rupiah) per bulan.

Subjek Pajak Restoran adalah orang pribai atau badan yang melakukan pembayaran atas pelayanan restoran.

Wajib Pajak Restoran adalah jumlah pembayaran dilakukan kepada restoran.

3.5. Objek, Subjek, dan Wajib Pajak Restoran a. Objek Pajak Restoran

Objek pajak restoran adalah pelayanan yang disediakan restoran dengan pembayaran. Termasuk dalam objek pajak restoran adalah :

Rumah makan, Kafe,

Buffet, Kantin,


(31)

Kedai Nasi/Kopi Bar/Sejenisnya

Pelayanan di restoran/rumah makan meliputi penjualan makanan dan atau minuman direstoran/rumah makan, termasuk penyediaan penjualan makanan/minuman yang diantar/dibawa pulang.

c. Bukan Objek Pajak Restoran

1.Pelayanan usaha jasa boga atau catering dan

2.Pelayanan yang disediakan oleh restoran atau rumah makan yang pendapatan brutonya tidak melebihi batas Rp 600.000 (enam ratus ribu rupiah) per bulan.

Subjek pajak restoran adalah orang pribadi atau badan yang melakukan pembayaran atas pelayanan restoran.

Wajib pajak restoran adalah jumlah pembayaran yang dilakukan kepada restoran.

3.6. Dasar Hukum Pemungutan Pajak Restoran.

Dasar hukum pemungutan pajak restoran pada suatu kabupaten atau kota adalah sebagaimana dibawah ini :

1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.

2. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2001 Tentang Pajak Daerah.


(32)

3.7. Dasar Pengenaan, Tarif, dan Tata Cara Perhitungan Pajak Restoran 1. Dasar Pengenaan Pajak Restoran

Dasar pengenaan pajak restoran adalah jumlah pembayaran yang diterima atau yang seharusnya diterima restoran. Jika pembayaran dipengaruhi oleh

hubungan istimewa harga jual atau pengganti dihitung atas dasar harga pasar yang wajar pada saat pembelian makanan dan atau minuman. Contoh hubungan

istimewa adalah orang pribadi atau badan yang menggunakan jasa restoran dengan pengusaha restoran, baik langsung ataupun tidak langsung, berada dibawah pemilikan atau penguasaan orang pribadi atau badan yang sama.

Pembayaran adalah jumlah uang yang harus dibayar oleh subjek pajak untuk harga jual baik jumlah uang yang dibayarkan maupun penggantian yang seharusnya diminta wajib pajak sebagai penukaran atas pembelian makanan dan atau minuman termasuk pula semua tambahan dengan nama apapun juga

dilakukan berkaitan dengan usaha restoran.

Contoh pembayaran, misalnya seseorang menikmati hidangan yang disediakan oleh restoran ABC dengan melakukan pembayaran atas :

Makanan Rp 260.000,00

Minuman Rp 60.000,00

Jumlah Rp 260.000,00

Servis Charge 10% Rp 26.000,00

Jumlah Pembayaran Rp 286.000,00

Pembayaran yang dimaksud adalah pembayaran sebelum dikenakan Pajak Restoran, yaitu sebesar Rp 286.000,00


(33)

2.Tarif Pajak Restoran

Tarif pajak restoran ditetapkan paling tinggi sebesarsepuluh persen dan ditetapkan dengan peraturan daerha kabupaten/kota yang bersangkutan. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan keleluasaan kepada pemerintah kabupaten/kota untuk menerapkan tariff pajak yang dipandang sesuai dengan kondisi masing-masing daerah kabupaten/kota. Dengan demikian, setiap daerah kabupaten/kota lainnya, asalkan tidak melebihi dari sepuluh persen.

3.Tata Cara Perhitungan Pajak Restoran

Besarnya pokok pajak restoran yang terutang dihitung dengan cara mangalikan tarif pajak dengan dasar pengenaan pajak. Secara umum perhitungan pajak restoran adalah sesuai dengan rumus berikut :

Pajak Terutang = Tarif Pajak x Dasar Pengenaan Pajak

= Tarif Pajak x Jumlah Pembayaran yang dilakukan kepada Restoran

Berdasarkan pembayaran yang dilakukan oleh subjek pajak kepada restoran “ABC” pada poin a diatas dan apabila besarnya tariff pajak pada kota tempat restoran “ABC” berlokasi ditetapkan sebesar sepuluh persen, dapat dihitung besarnya pajak restoran yang terutang, yaitu sebesar : 10% x Rp 286.000,00 = Rp 28.600,00

4. Ketentuan

a) Undang-Undang NOmor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.


(34)

b) Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2001 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.

c) Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2001 tentang pembentukan

organisasi dan tata kerja dinas-dinas daerah di lingkungan pemerintah kota medan.

d) Keputusan Walikota Medan Nomor 12 Tahun 2003 Tentang Pajak Daerah Kota Medan.

3.8. Pembayaran dan Penagihan Pajak Restoran

Pajak restoran terutang dilunasi dalam jangka waktu yang ditentukan dalam peraturan daerah, misalnya selambat-lambatnya pada tanggal 15 bulan berikutnya dari masa pajak yang terutang setelah berakhirnya masa pajak.

Penentuan tanggal jatuh tempo pembayaran dan penyetoran pajak restoran ditetapkan oleh Bupati/Walikota. Apabila kepada wajib pajak diterbitkan Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar, Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar Tambahan, Surat Tagiahan Pajak Daerah, Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, dan Putusan Banding yang menyebabkan jumlah pajak yang harus dibawar bertambah, maka pajak restoran harus dilunasi paling lambat satu bulan sejak tanggal diterbitkan.

Pembayaran pajak restoran yang terutang dilakukan ke kas daerah, bank, atau tempat lain yang ditunjuk oleh Bupati/Walikota sesuai waktu yang ditentukan dalam Surat Ketetapan Pajak Daerah, Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar, Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar Tambahan dan Surat Tagihan


(35)

Pajak Daerah. Apabila pembayaran pajak harus disetor ke kas daerah paling lambat 1x24 jam atau dalam waktu yang ditentukan oleh Bupati/Walikota. Apabila tanggal jatuh tempo pembayaran pada hari libur, maka pembayaran dilakukan pada hari kerja berikutnya.

Pembayaran pajak restoran dilakukan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak Daerah (SSPD). Pembayaran pajak harus dilakukan sekaligus atau lunas. Kepada wajib pajak yang melakukan pembayaran pajak diberi tanda bukti pembayaran pajak dan dicatat dalam buku penerimaan. Hal ini harus dilakukan oleh petugas tempat pembayaran pajak diberikan tanda pembayaran pajak dan dicatat didalam buku penerimaan. Hal ini harus dilakukan oleh petugas tempat pembayaran pajak untuk tertib administrasi dan pengawasan penerimaan pajak. Dengan demikian, pembayaran pajak akan mudah terpantau oleh petugas Dinas Pendapatan Daerah. Disamping itu, bentuk, isi, ukuran buku penerimaan, dan tanda bukti pembayaran pajak ditetapkan dengan keputusan Bupati/Walikota.

Dalam keadaan tertentu, Bupati/Walikota atau pejabat yang ditunjuk dapat memberikan persetujuan kepada wajib pajak untuk mengangsur pembayaran pajak restoran terutang dalam kurun waktu tertentu setelah memenuhi persyaratan yang ditentukan. Pemberian persetujuan untuk mengangsur pambayaran pajak diberikan atas permohonan wajib pajak. Angsuran pembayaran pajak yang terutang harus dilakukan secara teratur dan berturut-turut dengan dikenakan bunga sebesar dua persen sebulan dari jumlah pajak yang belum atau kurang dibayar.

Selain memberikan persetujuan mengangsur pembayaran pajak bupati/walikota atau pejabar yang ditunjuk dapat memberikan persetujuan kepada


(36)

wajib pajak untuk menunda pembayaran pajak terutang dalam kurun waktu tertentu. Setelah memenuhi persyaratan yang ditentukan pemberian persetujuan untuk menunda pembayaran pajak diberikan atas permohonan wajib pajak, dengan dikenakan bunga sebesar dua persen sebulan dari jumlah pajak yang belum atau kurang dibayar. Persyaratan untuk dapat mengangsur atau menunda pembayaran pajak serta tata cara pembayaran angsuran ditetapkan dengan keputusan bupati/walikota.


(37)

BAB IV

ANALISA DAN EVALUASI

Dengan Berkembang pesatnya masyarakat di kota Medan ini, mendorong pengusaha untuk membuka banyak restoran yang sesuai dengan selera dan keinginan masyarakat yang beraneka ragam tersebut. Dari sekian banyak restoran yang ada di kota Medan, peneliti melakukan riset di beberapa restoran di kota Medan khususnya restoran di Hotel Pardede Internasional Medan. Untuk lebih mengetahui tentang restoran yang ada di Hotel Pardede Medan, data-datanya adalah sebagai berikut:

4.1.Pendaftaran dan Pelaporan

Kegiatan pendaftaran dan pendataan di awali dengan datang langsung ke Dinas Pendapatan Daerah sebelumn restoran beroperasi. Kemudian wajib pajak dapat mengisi formulir pendaftaran dan pendataan dengan jelas, lengkap dan dapat langsung di kembalikan kepada petugas setempat. Yang kemudian akan bisa di keluarkan Nomor Pokok Wajib Pajak Daerah.

Wajib pajak restoran melaporkan kepada kepala dinas pendapatan daerah kabupaten/kota. Mengisi Surat Pemberitahuan Pajak Daerah dengan jelas, lengkap dan benar dan ditandatangani oleh pengusaha restoran. Dalam hal ini, Surat Pemberitahuan Pajak Daerah disampaikan paling lama 15 hari setelah akhir masa pajak.


(38)

4.2.Mekanisme Perhitungan pajak restoran

Perhitungan pajak restoran pada praktiknya yang terdapat di hotel pardede medan dihitung sebesar 10% dari sub total penjualan makanan dan minuman di restoran untuk servis charge. Yang kemudian akan dikenakan pajak sebesar 10% dari sub total ditambah dengan jumlah servis charge penjualan makanan dan minuman, atau bisa juga dikenakan sebesar 11% dari sub total penjualan.

Sebagai contoh turut peneliti lampirkan contoh perhitungan pada salah satu restoran di hotel pardede medan yaitu pada Bar restoran, sebagai berikut : 08/05/2011-01:02 pm

Panther Stout Jumbo

2* 60.800 121.000 Fresh Orange Juice

3* 25.500 76.500 Johnie Walker Red La

1* 95.000 95.000 Coca-cola

1* 24.500 24.000

Kentang Goreng

1* 23.500 23.500 --- Sub Total (+/+) 340.500


(39)

Tax : 11% 37.455 Amount Paid 415.005 Data : Bar Restoran

Dari data tersebut dapat diketahui bahwa besarnya tarif yang dikenakan pada restaurant Bar adalah sebesar 10% dari sub total + Service Charge penjualan makanan dan minuman.

4.3.Mekanisme Pembayaran Pajak Restoran

Mekanisme pembayaran pajak restoran pada restoran-restoran yang ada di hotel pardede medan adalah setiap pembayaran yang dilakukan oleh subjek pajak yang dalam hal ini adalah pembeli/pelanggan melalui bill atau yang biasa disebut dengan bukti transaksi. Kemudian bill tersebut di totalkan per hari dari semua makanan dan minuman yang terjual di restoran tersebut yang kemudian akan masuk ke dalam catatan rincian laporan pajak pembangunan 1 (PB1), dalam rincian laporan pajak pembangunan 1 tercatat semua transaksi selama satu bulan penuh dari setiap bulannya dan catatan setiap bulan tersebut digabungkan menjadi 12 bulan atau setahun yang kemudian akan dijumlahkan beberapa besarnya pajak restoran yang harus dibayar. Dari situ akan dilaporkan dan dimasukkan ke dalam SPTPD (Surat Pemberitahuan Pajak Daerah). Setelah mengisi SPTPD tersebut lalu pihak restoran yang dalam hal ini bersama dengan pihak hotel melaporkan besarnya pajak terutang yang tertera dalam SPTPD dan membayar ke bank yang di tunjuk oleh Bupati/Walikota sebagai tempat pembayaran pajak.

Sebagai bukti turut peneliti lampirkan rincian laporan pajak pembangunan bulan Januari sampai dengan Mei 2011, sebagai berikut :


(40)

4.4.Hambatan Perhitungan dan Pembayaran Pajak Restoran

Dalam penelitiannya, peneliti menemukan beberapa kendala yang terjadi pada saat perhitungan dan pembayaran pajak restoran, yaitu sebagai berikut :

1. Kesalahan tulis pada saat perhitungan pajak restoran yang dilakukan besarnya pajak terhutang.

2. Lambatnya pihak restoran memberikan data kepada accounting hotel untuk pembayaran pajak terhutangnya.

3. Ketidaktahuan pengusaha terhadap pengetahuan perpajakan, pengusaha tidak tahu untuk apa, bagaimana, kapan dan kepada siapa pajak harus dibayarkan.

4. Rendahnya kerjasama antara pengusaha dengan fiskus. Hal ini menyebabkan terhambatnya proses pengurusan administrasi perpajakan.


(41)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan

5.1.1.Mekanisme perhitungan pajak restoran yaitu :

a) 10% pemotongan dari sub total penjualan makanan dan minuman untuk service charge.

b) 11% pemotongan dari sub total penjualan makanan dan minuman untuk pajak, atau

c) 10% pemotongan dari sub total penjualan makanan dan minuman ditambah dengan service charge.

5.1.2.Mekanisme pembayaran pajak restoran yaitu :

a) Setiap pembayaran yang dilakukan oleh subjek pajak yang dalam hal ini adalah pembeli/pelanggan melalui bill atau yang biasa disebut dengan bukti transaksi.

b) Kemudian bill tersebut di totalkan perhari dari semua makanan dan minuman yang terjual di restoran tersebut yang kemudian akan masuk kedalam catatan rincian laporan pajak pembangunan 1 (PB1), dalam rincian laporan pajak pembangunan 1 tercatat semua transaksi selama satu bulan penuh dari setiap bulannya dan catatan setiap bulan tersebut digabungkan menjadi 12 bulan atau setahun yang kemudian akan di jumlahkan berapa besarnya pajak restoran yang harus dibayar.


(42)

c) Dari situ akan dilaporkan dan dimasukkan ke dalam SPTPD (Surat Pemberitahuan Pajak Daerah).

d) Setelah mengisi SPTPD tersebut lalu pihak restoran yang dalam hal ini bersama dengan pihak hotel melaporkan besarnya pajak terutang yang tertera dalam SPTPD dan membayar ke bank yang ditunjuk oleh Bupati/Walikota sebagai tempat pembayaran pajak.

5.1.3.Hambatan dalam pemungutan pajak restoran :

1. Ketidaktahuan pengusaha terhadap pengetahuan perpajakan pengusaha tidak tahu untuk apa, bagaimana, kapan dan kepada siapa pajak harus dibayarkan.

2. Rendahnya kerjasama antara pengusaha dengan fiskus.Hal ini menyebabkan terhambatnya proses pengurusan administrasi perpajakan.

5.2.Saran

1) Pemerintah harus membuat peraturan sedemikian rupa sehingga mudah dimengerti oleh pengusaha. Jika produk yang dibuat sulit dimengerti oleh pengusah/masyarakat, maka secara otomatis akan timbul satu bentuk perlawanan pajak dengan cara, bentuk dan dalihnya bisa bermacam-macam. Pemerintah memberikan pengertian kepada masyarakat, memberikan bimbingan dan penyuluhan serta menerbitkan buku-buku peraturan,prosedur dan perhitungan pajak.


(43)

Selain itu juga diadakan seminar perpajakan dengan mengundang pakar dalam bidang ini.

2) Bagi para tenaga kerja/pegawai di Kantor Pelayanan Pajak/Bank tetap ramah dan sabar dalam menghadapi para wajib pajak yang ingin mengurus kegiatan administrasi perpajakannya. Karena para wajib pajak masih banyak yang belum mengerti tentang perpajakan dan kalau misalnya wajib pajak/pengusaha ingin bertanya kepada pegawai tidak canggung lagi sehingga kegiatan perpajakan akan lancar.

3) Dengan memperbanyak buku panduan perpajakan bagi masyarakat dengan harga yang tidak terlalu mahal agar bisa terjangkau oleh masyarakat dan diusahakan agar bahasa yang digunakan mudah dimengerti oleh pembacanya.

4) Khususya di Kantor Pelayanan Pajak/Bank hendaknya dalam menempatkan para pegawai sesuai dengan tingkat pendidikan, pengalaman dan keterampilannya. Karena dengan hanya melihat pendidikannya belumlah terjamin bahwa pegawai tersebut akan mampu untuk melayani para wajib pajak dengan sempurna. Tetapi dengan ditambah pengalaman dan keterampilan maka akan lebih terjamin sama antara pegawai dengan wajib pajak.


(44)

DAFTAR PUSTAKA

Mustaqiem, 2008, Pajak Daerah, Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia Press, Yogyakarta.

Siahaan, Marihot P, 2005, Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, PT Raja Grafindo Persada Jakarta

Undang – undang No 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah

Undang – undang No 32 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah

Undang – undang No 34 Tahun 2000 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah


(1)

Tax : 11% 37.455 Amount Paid 415.005 Data : Bar Restoran

Dari data tersebut dapat diketahui bahwa besarnya tarif yang dikenakan pada restaurant Bar adalah sebesar 10% dari sub total + Service Charge penjualan makanan dan minuman.

4.3.Mekanisme Pembayaran Pajak Restoran

Mekanisme pembayaran pajak restoran pada restoran-restoran yang ada di hotel pardede medan adalah setiap pembayaran yang dilakukan oleh subjek pajak yang dalam hal ini adalah pembeli/pelanggan melalui bill atau yang biasa disebut dengan bukti transaksi. Kemudian bill tersebut di totalkan per hari dari semua makanan dan minuman yang terjual di restoran tersebut yang kemudian akan masuk ke dalam catatan rincian laporan pajak pembangunan 1 (PB1), dalam rincian laporan pajak pembangunan 1 tercatat semua transaksi selama satu bulan penuh dari setiap bulannya dan catatan setiap bulan tersebut digabungkan menjadi 12 bulan atau setahun yang kemudian akan dijumlahkan beberapa besarnya pajak restoran yang harus dibayar. Dari situ akan dilaporkan dan dimasukkan ke dalam SPTPD (Surat Pemberitahuan Pajak Daerah). Setelah mengisi SPTPD tersebut lalu pihak restoran yang dalam hal ini bersama dengan pihak hotel melaporkan besarnya pajak terutang yang tertera dalam SPTPD dan membayar ke bank yang di tunjuk oleh Bupati/Walikota sebagai tempat pembayaran pajak.

Sebagai bukti turut peneliti lampirkan rincian laporan pajak pembangunan bulan Januari sampai dengan Mei 2011, sebagai berikut :


(2)

4.4.Hambatan Perhitungan dan Pembayaran Pajak Restoran

Dalam penelitiannya, peneliti menemukan beberapa kendala yang terjadi pada saat perhitungan dan pembayaran pajak restoran, yaitu sebagai berikut :

1. Kesalahan tulis pada saat perhitungan pajak restoran yang dilakukan besarnya pajak terhutang.

2. Lambatnya pihak restoran memberikan data kepada accounting hotel untuk pembayaran pajak terhutangnya.

3. Ketidaktahuan pengusaha terhadap pengetahuan perpajakan, pengusaha tidak tahu untuk apa, bagaimana, kapan dan kepada siapa pajak harus dibayarkan.

4. Rendahnya kerjasama antara pengusaha dengan fiskus. Hal ini menyebabkan terhambatnya proses pengurusan administrasi perpajakan.


(3)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan

5.1.1.Mekanisme perhitungan pajak restoran yaitu :

a) 10% pemotongan dari sub total penjualan makanan dan minuman untuk service charge.

b) 11% pemotongan dari sub total penjualan makanan dan minuman untuk pajak, atau

c) 10% pemotongan dari sub total penjualan makanan dan minuman ditambah dengan service charge.

5.1.2.Mekanisme pembayaran pajak restoran yaitu :

a) Setiap pembayaran yang dilakukan oleh subjek pajak yang dalam hal ini adalah pembeli/pelanggan melalui bill atau yang biasa disebut dengan bukti transaksi.

b) Kemudian bill tersebut di totalkan perhari dari semua makanan dan minuman yang terjual di restoran tersebut yang kemudian akan masuk kedalam catatan rincian laporan pajak pembangunan 1 (PB1), dalam rincian laporan pajak pembangunan 1 tercatat semua transaksi selama satu bulan penuh dari setiap bulannya dan catatan setiap bulan tersebut digabungkan menjadi 12 bulan atau setahun yang kemudian akan di jumlahkan berapa besarnya pajak restoran yang harus dibayar.


(4)

c) Dari situ akan dilaporkan dan dimasukkan ke dalam SPTPD (Surat Pemberitahuan Pajak Daerah).

d) Setelah mengisi SPTPD tersebut lalu pihak restoran yang dalam hal ini bersama dengan pihak hotel melaporkan besarnya pajak terutang yang tertera dalam SPTPD dan membayar ke bank yang ditunjuk oleh Bupati/Walikota sebagai tempat pembayaran pajak.

5.1.3.Hambatan dalam pemungutan pajak restoran :

1. Ketidaktahuan pengusaha terhadap pengetahuan perpajakan pengusaha tidak tahu untuk apa, bagaimana, kapan dan kepada siapa pajak harus dibayarkan.

2. Rendahnya kerjasama antara pengusaha dengan fiskus.Hal ini menyebabkan terhambatnya proses pengurusan administrasi perpajakan.

5.2.Saran

1) Pemerintah harus membuat peraturan sedemikian rupa sehingga mudah dimengerti oleh pengusaha. Jika produk yang dibuat sulit dimengerti oleh pengusah/masyarakat, maka secara otomatis akan timbul satu bentuk perlawanan pajak dengan cara, bentuk dan dalihnya bisa bermacam-macam. Pemerintah memberikan pengertian kepada masyarakat, memberikan bimbingan dan penyuluhan serta menerbitkan buku-buku peraturan,prosedur dan perhitungan pajak.


(5)

Selain itu juga diadakan seminar perpajakan dengan mengundang pakar dalam bidang ini.

2) Bagi para tenaga kerja/pegawai di Kantor Pelayanan Pajak/Bank tetap ramah dan sabar dalam menghadapi para wajib pajak yang ingin mengurus kegiatan administrasi perpajakannya. Karena para wajib pajak masih banyak yang belum mengerti tentang perpajakan dan kalau misalnya wajib pajak/pengusaha ingin bertanya kepada pegawai tidak canggung lagi sehingga kegiatan perpajakan akan lancar.

3) Dengan memperbanyak buku panduan perpajakan bagi masyarakat dengan harga yang tidak terlalu mahal agar bisa terjangkau oleh masyarakat dan diusahakan agar bahasa yang digunakan mudah dimengerti oleh pembacanya.

4) Khususya di Kantor Pelayanan Pajak/Bank hendaknya dalam menempatkan para pegawai sesuai dengan tingkat pendidikan, pengalaman dan keterampilannya. Karena dengan hanya melihat pendidikannya belumlah terjamin bahwa pegawai tersebut akan mampu untuk melayani para wajib pajak dengan sempurna. Tetapi dengan ditambah pengalaman dan keterampilan maka akan lebih terjamin sama antara pegawai dengan wajib pajak.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Mustaqiem, 2008, Pajak Daerah, Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia Press, Yogyakarta.

Siahaan, Marihot P, 2005, Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, PT Raja Grafindo Persada Jakarta

Undang – undang No 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah

Undang – undang No 32 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah

Undang – undang No 34 Tahun 2000 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah