Tindakan Pencegahan DBD Demam Berdarah Dengue

Nyamuk Aedes aegypti jantan mengisap cairan tumbuhan atau sari bunga untuk keperluan hidupnya sedangkan yang betina menghisap darah.. Biasanya nyamuk Aedes aegypti betina mencari mangsanya pada siang hari. Aktifitas menggigit biasanya mulai pagi sampai petang hari dengan 2 puncak aktifitas antara pukul 09.00-10.00 dan 16.00-17.00, dan nyamuk ini mempunyai kebiasaan menghisap darah berulang kali multiple bites dalam satu siklus gonotropik , untuk memenuhi lambungnya dengan darah. Dengan demikian nyamuk ini sangat efektif sebagai penular penyakit Depkes RI, 2010.

2.3.5. Tindakan Pencegahan DBD

Setelah seseorang mengetahui stimulus atau objek kesehatan, kemudian mengadakan penilaian atau pendapat terhadap apa yang diketahui, proses selanjutnya diharapkan akan melaksanakan atau mempraktikkan apa yang diketahui atau disikapinya dinilai baik. Inilah yang disebut praktik practice kesehatan, atau dapat juga dikatakan perilaku kesehatan overt behaviour. OIeh sebab itu indikator praktik kesehatan ini juga mencakup hal-hal tersebut di atas, yakni: Notoatmodjo, 2007. a. Tindakan praktik sehubungan dengan penyakit Tindakan atau perilaku ini mencakup: pencegahan penyakit mengimunisasikan anaknya, menggunakan masker pada waktu kerja di tempat yang berdebu, dan sebagainya, dan penyembuhan penyakit, misalnya: minum obat sesuai petunjuk dokter, melakukan anjuran-anjuran dokter, berobat ke fasilita pelayanan kesehatan yang tepat, dan sebagainya. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Gambar 2.1. Cara Pemberantasan DBD Sumber : Depkes RI, 2005 b. Tindakan praktik pemeliharaan dan peningkatan kesehatan Tindakan atau perilaku ini mencakup antara lain: mengonsumsi makanan dengan gizi seimbang, melakukan olahraga secara teratur, tidak merokok, tidak minum minuman keras dan narkoba, dan sebagainya. c. Tindakan praktik kesehatan lingkungan Perilaku ini antara lain mencakup: membuang air besar jamban WC, membuang sampah di tempat sampah, menggunakan air bersih untuk mandi, cuci, masak, dan sebagainya. Upaya pencegahan DBD dapat dilakukan yaitu: 1. Pemberantasan Nyamuk Demam Berdarah Dengue Hingga saat ini pemberantasan nyamuk Aedes aeypti merupakan cara utama yang dilakukan untuk pengendalian kasus Demam Berdarah Dengue, karena vaksin untuk mencegah dan obat untuk membasmi virusnya belum tersedia. Cara pemberantasan yang dilakukan adalah terhadap nyamuk dewasa atau jentiknya, seperti gambar di bawah ini Depkes RI, 2005. Biologis Kimiawi Fisik Dengan Insektisida Fogging Dan Ulv Nyamuk Dewasa Jentik UNIVERSITAS SUMATERA UTARA a. Pemberantasan Nyamuk Dewasa Pemberantasan terhadap nyamuk dewasa dilakukan dengan cara penyemprotan Pengasapan atau pengabutan = fogging dengan insektisida. Mengingat kebiasaan nyamuk senang hinggap pada benda –benda bergantungan, maka penyemprotan tidak dilakukan di dinding rumah seperti pada pemberantasan nyamuk penular malaria. Untuk membatasi penularan virus dengue penyemprotan dilakukan 2 siklus dengan interval 1 minggu. Pada penyemprotan siklus pertama, semua nyamuk yang mengandung virus dengue nyamuk infektif dan nyamuk- nyamuk lainya akan mati.Tetapi akan segera muncul nyamuk-nyamuk baru yang di antaranya akan mengisap darah penderita veremia yang masih ada yang menimbulkan terjadinya penularan kembali. Oleh karena itu perlu dilakukan penyemprotan kedua agar nyamuk baru yang infektif tersebut akan terbasmi sebelum sempat menularkan pada orang lain. b. Pemberantasan jentik aedes aegypty Sedangkan pemberantasan terhadap jentik aedes aegypty yang dikenal dengan istilah Pemberantasan Sarang Nyamuk DBD PSN DBD dilakukan dengan cara : 1 Fisik Pemberantasan sarang nyamuk yang efektif dan efisien melalui kegiatan 3M, yaitu menguras, menutup atau menabur abate di tempat penampungan air, dan mengubur atau menyingkirkan barang-barang bekas yang memungkinkan dijadikan tempat perindukan dan perkembangbiakan jentik nyamuk Aedes aegypti. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Cara inilah yang efektif yang bisa kita lakukan dengan kondisi kita saat ini. Pencegahan penyakit DBD sangat tergantung pada pengendalian vektornya, yaitu nyamuk Aedes aegypti. Pengendalian nyamuk tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa metode yang tepat, yaitu metode lingkungan untuk mengendalikan nyamuk tersebut antara lain dengan Pemberantasan Sarang Nyamuk PSN, pengelolaan sampah padat, modifikasi tempat perkembangbiakan nyamuk hasil samping kegiatan manusia sebagai contoh: menguras dan menyikat bak mandi, bak WC, dan lain-lain; menutup tempat penampungan air rumah tangga tempayan, drum dan lain-lain; serta mengubur menyingkirkan atau memusnahkan barang- barang bekas seperti kaleng, ban bekas dan lain- lain. Kondisi itu dimungkinkan karena larva nyamuk tersebut dapat berkembang biak dengan volume air minimum kira-kira 0.5 sentimeter setara atau dengan dengan satu sendok teh Judarwanto, 2007. Sumber : Judarwanto, 2007 Pengurasan tempat-tempat penampungan air TPA perlu dilakukan secara teratur sekurang-kurangnya seminggu sekali agar nyamuk tidak dapat berkembang biak di tempat itu. Bila PSN DBD dilakukan oleh seluruh masyarakat, maka populasi Gambar 2.2. Tempat Sarang Nyamuk UNIVERSITAS SUMATERA UTARA nyamuk Aedes aegypti dapat ditekan serendah-rendahnya sehingga penularan DBD tidak terjadi lagi Untuk itu upaya penyuluhan dan motivasi kepada masyarakat harus dilakukan secara terus menerus dan berkesinambungan, karena keberadaan jentik nyamuk berkaitan erat dengan perilaku masyarakat. 2 Kimia Cara pengendalian ini antara lain dengan: a. Pengasapanfogging dengan menggunakan malathion dan fenthion, berguna untuk mengurangi kemungkinan penularan sampai batas waktu tertentu. b. Memberikan bubuk abate temephos pada tempat-tempat penampungan air seperti, gentong air, vas bunga, kolam, dan lain-lain. Formulasinya adalah granules san granules, dan dosis yang di gunakan 1 ppm atau 10 gram ±1 sendok makan rata- rata untuk tiap seratus liter air. Arvasida dengan temephos mempunyai efek residu 3 bulan. 3 Biologi Misalnya dengan memelihara ikan pemakan jentik ikan kepala timah, ikan gupi, akan black moli dan lain- lain. Berdasarkan beberapa teori di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa perilaku pemberantasan sarang nyamuk kegiatan 3M adalah suatu kegiatan menguras, menutup, dan mengubur barang-barang yang kemungkinan dijadikan sebagai sarang nyamuk aedes aegypti yang dapat menyebabkan penyakit DBD. Namun program pemberantasan penyakit DBD pada umunya masih belum berhasil karena masih bergantung pada kegiatan penyemprotan dengan insektisida UNIVERSITAS SUMATERA UTARA yang hanya membunuh nyamuk dewasa serta tidak dibarengi dengan kegiatan pemberantasan sarang nyamuk secara rutin dan berkelanjutan. 2. Teknologi Pemutusan Siklus Demam Berdarah Dengue Rui, dkk. 2003 dalam Kardinan 2007 mengembangkan teknologi yang dapat menghindari nyamuk dengan lotion atau krem anti nyamuk. Lotion anti nyamuk yang telah beredar di Indonesia berbahan aktif DEET Diethyl toluamide dengan bahan kimia sintetis beracun dalam konsentrasi 10-15 Gunandini, 2006. Selain itu ada juga dikhlorvos dalam semprotan spray bentuk aerosol yang telah dilarang peredarannya oleh Pemerintah Indonesia karena membahayakan kesehatan manusia. Sementara propoxur masih diperbolehkan, walaupun telah menimbulkan ribuan korban jiwa di Bophal-India. Jirakanjanakit 2007 melaporkan bahwa hampir semua populasi Ae. aegypti menunjukkan ketahanan terhadap insektisida pyrethroid, permethrin, dan deltamethrin yang umum digunakan di Thailand. Kalaupun pengasapan masih digunakan hasilnya hanya dapat menghalau atau membunuh imago tetapi tidak termasuk larvanya. Pengasapan dengan Malathion 4 persen dengan pelarut solar, yang dinilai masih efektif hanya mampu membunuh imago pada radius 100-200 meter yang hanya efektifitas satu sampai dua hari Judarwanto, 2007. Dalam kondisi seperti itu, penggunaan insekstisda selain kurang efektif dan mahal juga berbahaya terhadap kesehatan dan lingkungan. Untuk mengantisipasi peristiwa tersebut banyak juga peneliti pestisida melakukan eksplorasi bahan aktif insektisida dari tanaman dan mikroba. Kardinan 2007 mencoba ekstrak beberapa jenis tanaman selasih sebagai pengusir nyamuk. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Peneliti tersebut berupaya memilih selasih yang mengandung bahan aktif eugenol, tymol, cyneol atau estragole sebagai bahan-bahan aktif repellent pengusir serangga. Selasih berpotensi sebagai repelen Ae. aegypti walaupun daya proteksinya masih di bawah DEET. Daya proteksinya yang tertinggi adalah sebesar 79,7 yang dicapai selama satu jam Kardinan, 2007. 3. Pengendalian Vektor Terpadu PVT Prinsip dasar PVT tersebut adalah surveilen epidemiologi dan entomologis, manajemen lingkungan sehat, kajian bioekologi serangga vektor, sosialisasi dan program aksi kesehatan lintas instansi, partisipasi aktif masyarakat. Prinsip dasar itu dikembangkan dari tetra hedron hubungan vektor dengan inang, lingkungan dan manusia sebagai faktor utama yang patut menyadari posisinya dalam pengelolaan terpadu vector penyakit tersebut dan disajikan pada Gambar 2.4 sebagai berikut : Sumber: Kardinan, 2007 Gambar 2.3. Hubungan antara Serangga Vektor dengan Lingkungan, Inang dan Manusia Manusia Lingkungan Vektor Inang UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 4. Strategi dan Teknologi Utama Gerakan PSN atau 3 M tersebut mesti lebih diintensifkan melalui penguatan legislasi di tingkat provinsi, kabupaten dan desa, sosialisasi, koordinasi dan juga amunisi pendanaan secara berkelanjutan. Bila kegiatan itu dapat dilakukan secara intensif dan berkelanjutan, maka masalah vektor dan kasus DBD yang selalu mencuat pada awal musim hujan dapat dikurangi. Dengan demikian rasa aman masyarakat semakin terjamin. Walaupun demikian sosialisasi untuk mengubah pola pikir masyarakat ke arah itu tidak mudah, untuk itu diperlukan sosialisasi dan pengembangan teknologi-teknologi alternatif terkait musuh alami, insetisida botani dan mikroba, zat pengatur tumbuh dan juga regulasi melalui system karantina juga penting dirintis yang penggunaanya disesuaikan situasi dan kondisi penyakit, dan dinamika populasi dan struktur komunitas serangga vektor di lapangan. Untuk penanganan kasus vektor dan DBD tidak bisa lepas dari kegiatan surveilens untuk mendapatkan informasi segar dalam penyusunan program strategis selanjutnya baik berkaitan dengan penelitian, pengembangan teknologi, advokasi, edukasi masyarakat maupun pengadaan bahan teknologi sebagai antisipasi bila terjadi keadaan luar biasa KLB. Berdasarkan hasil surveilen tersebut, indikator angka bebas jentik ABJ dapat diketahui peta penyebaran, status Aedes hubungannya dengan kasus DBD. Apakah daerah tersebut endemis atau bukan. Berdasarkan indikator tersebut juga, strategi dan teknologi pengendaliannya dapat dirancang dan dijadwalkan operasionalnya. Bila UNIVERSITAS SUMATERA UTARA keadaan serangan DBD luar biasa dan vektor tinggi maka strategi dan teknologinya mesti yang bekerja cepat seperti insektisida. Setiap keluarga diharapkan seyogyanya mampu melakukan pengendalian dan pencegahan penularan penyakit Demam Berdarah. Pengendalian DBD dalam hal ini adalah dengan melakukan upaya-upaya yang mampu menekan atau bahkan mengurangi jumlah kasus DBD di suatu daerah. Jadi, jangan menunggu datangnya penyemprot oleh petugas fogging dari Dinas Kesehatan. Dianjurkan setiap keluarga mengambil langkah-langkah pengamanan internal, antara lain yaitu : a. Gunakan obat racun serangga, boleh obat nyamuk bakar, oles, atau semprot, atur tidur pakai kelambu. Apalagi sudah tersedia kelambu yang sudah dibaluri obat racun serangga dan yang yang mulai dipopulerkan program PSN plus yaitu Pemberantasan Sarang Nyamuk disertai kegiatan lain seperti menggunakan obat nyamuk bakar, semprot, atau kelambu. Atau yang lebih sederhana menggunakan kipas angin agar aliran udara di dalam kamar tidur tetap ada. Bila aliran udara atau angin selalu mengalir, nyamuk Aedes aegyti si penular virus biasanya tidak tahan dan terbang keluar rumah berlindung di dedaunan pekarangan. b. Pakaian-pakaian yang bergantungan di balik lemari atau dibalik pintu sebaiknya dilipat dan disimpan dalam lemari. Nyamuk Aedes aegypti senang hinggap dan istirahat di tempat-tempat gelap dan kain tergantung seperti horden apalagi bila berwarna gelap . c. Sebaliknya di dalam rumah tidak ada tempat penampungan air bersih, karena nyamuk Aedes aegypti menyukai genangan air bersih untuk meletakkan telurnya. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Bak penampungan air di kamar mandi dianjurkan tidak terlalu besar, cukup ukuran 50 x 60 x 90 c agar air dalam bak selalu terganti dan diganti 2 atau 3 kali sehari, sehingga nyamuk Aedes aegypti tidak berkesempatan meletakkan telurnya pada dinding bak penampungan air. d. Kalau ada taburkan bubuk Abate ke dalam bak penampungan air untuk mematikan jentik nyamuk. Bubuk Abate tidak merusak dinding bak penampungan air meskipun terbuat dari bahan logam. Apalagi terbuat dari semen atau plastik. Abate aman, meskipun pada bak penampungan air minum aman untuk diminum. e. Barang-barang bekas sekitar rumah seperti : kaleng bekas oli, kantong plastik, ban bekas dan aki bekas yang bisa menampung air hujan harus disingkirkan agar tidak menjadi tempat nyamuk bertelur Depkes RI, 2007. 5. Meningkatkan Stamina daya tahan tubuh Tubuh memiliki daya tahan cukup kuat terhadap infeksi, oleh karena itu ketahanan tubuh harus senantiasa dijaga, terutama pada masa penghujan atau pancaroba. 1. Tidur yang cukup Dalam Waluyo 2007, menyatakan bahwa tidur yang cukup diperlukan oleh tubuh kita untuk memulihkan tenaga. Dengan tidur yang cukup kemampuan dan keterampilan kita akan meningkat. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2. Mengkonsumsi makanan yang bergizi 4 sehat 5 sempurna Almatsier 2006 mengungkapkan bahwa pedoman umum gizi seimbang menjabarkan pedoman 4 sehat 5 sempurna merupakan makanan yang dianjurkan dan menjamin keseimbangan zat-zat gizi yang didasari pada 3 fungsi utama zat- zat gizi : a. Sumber energitenaga beras, jagung, gandum, ubi dan lain-lain b. Sumber zat pembangun ikan, telur, ayam, daging, susu dan lain-lain c. Sumber zat pengatur sayuran dan buah-buahan Almatsier, 2006. 3. Menggunakan alat pelindung diri Pendapat Satari 2008 bahwa menggunakaan alat pelindung diri adalah: a. Jika hendak bepergian sebaiknya memakai pakaian yang tidak mudah digigit myamuk lengan panjang. b. Jjika tidur di siang hari hendaknya menggunakan kelambu obat nyamuk. c. Menjaga kulit agar terhindar dari gigitan nyamuk menggunakan lotion anti nyamuk dan lain-lain. 4. Waspada pada gejala awal penyakit DBD Dalam Depkes, RI 2010 disebutkan pada awal perjalanan penyakit gejala dan tanda tidak spesifik, oleh karena itu keluarga diharapkan waspada jika terdapat gejala dan tanda yang mungkin merupakan awal perjalanan penyakit tersebut. Apabila keluarga menemukan gejala dan tanda DBD, maka pertolongan pertama bagi keluarga yaitu tirah baring selama demam, pemberian antipiretik parasetamol, memberi kompres hangat, minum banyak semua jenis minuman dengan air yang UNIVERSITAS SUMATERA UTARA sudah di masak. Hindari minuman yang berwarna coklat dan merah agar tidak terjadi kesalahan intepretasi bila terjadi muntah. Pemeriksaan suhu tubuh harus dilakukan selalu dan bila kejang; jaga lidah agar tidak tergigit, kosongkan mulut, longgarkan pakaian dan tidak memberikan apapun lewat mulut selama kejang. Selanjutnya didalam Depkes RI. 2009 dinyatakakan jika dalam 2 hari suhu tubuh tidak turun atau timbul gejala dan tanda lanjut seperti bekas gigitan nyamuk, muntah, gelisah, agar segera dibawa berobat ke Puskesmas atau ke unit pelayanan kesehatan lainnya, untuk segera mendapatkan pengobatan dan perawatan khusus. 6. Menjaga Kebersihan Lingkungan Menurut pendapat Fahmi, 2008 bahwa faktor kebersihan lingkungan tidak mudah dikontrol karena melibatkan lingkungan dan perilaku manusia sekitarnya. Dalam kehidupan sehari-hari, manusia senantiasa berinteraksi dengan lingkungannya, baik lingkungan fisik, psikis maupun rohani. Dalam hubungan interaksi tersebut, faktor komponen lingkungan sering kali mengandung atau memiliki potensi timbulnya penyakit. Selanjutnya Mulia 2005, menyatakan dalam Undang Undang R.I. Tahun 1997 tentang pengelolaan lingkungan hidup menyebutkan” Lingkungan hidup adalah adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan peri kehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya. Rumah sehat secara sederhana adalah memiliki ruangan terpisah untuk keperluan sehari-hari dengan ukuran yang memadai kamar tidur, ruang UNIVERSITAS SUMATERA UTARA makankeluarga, dapur, kamar mandi, jambanwc dan tempat cuci pkaian. Adapun syarat bagi rumah sehat agar terbebas dari bibit penyakit terbebas dari DBD adalah sebagai berikut : 1. Bahan –bahan bangunan tidak terbuat dari bahan yang berbahaya bagi kesehatan. 2. Ventilasi hendaknya tersedia pada tiap rungan guna bagi tempat keluar masuknya udara, agar rumah tidak lembab usahakan sinar matahari dapat masuk kedalam rumah dan menyinari lantai rumah. 3. Langit-langit dan halaman rumah selalu dibersihkan, pekarangan ditanami yang bermanfaat, seperti tanaman yang tidak disukai oleh nyamk Aedes aegypti lavender, akar wangi, geranium, zodia dan selasih. 4. Ruangan yang tidak padat huni mencukupi. Setiap ruangan memiliki jendela agar cahaya dan udara dapat masuk, jendela sebaiknya setiap hari dibuka agar ruangan tidak terasa pengap dan sebaiknya setiap jendela terpasang kasa nyamuk agar nyamuk penular DBD tidak muda masuk kedalam rumah. 5. Ada tempat penampungan air bekas buangan, ada tempat sampah diangkat petugas, ada jamban, septiktank dengan jarak 10 m dari SAB dan ada saluran penampungan air hujan talang. 6. Dinding rumah sebaiknya berwarna terang, lantai hendaknya selalu kering agar tidak lembab, dan peralatan rumah tertata rapi. 7. Agar tidak menjadi tempat peristirahatan nyamuk penular DBD, sebaiknya rumah diberi pencahayaan yang cukup dan memadai tidak menyebabkan silau. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Seyogyanya jalan masuknya cahaya melalui ventilasi jendela yang luasnya kira-kira 15--20 dari luas lantai yang terdapat pada suatu ruangan. 8. Dimanapun tidak terdapat jentik – jentik penular DBD, yang dikenal saat ini dalam upaya pemberantasan sarang nyamuk adalah dengan cara pemberantasan sarang nyamuk PSN DBD, yang dikenal 3M plus 3M yang diperluas adalah: a. Menguras dan menyikat tempat-tempat penampungan air, seperti bak mandi, drum dan lain-lain seminggu sekali M1. b. Menutup rapat-rapat tempat-tempat penampungan air atau tempayan dan lain-lain M2. c. Mengubur atau menyingkirkan barang-barang bekas yang dapat menampung air hujan M3 Depkes RI, 2010. Dalam Depkes RI, 2010 dijelaskan Selain 3M ditambah dengan cara lainnya 3M plus, seperti; 1. Mengganti air vas bunga tempat minum burung atau tempat-tempat lainnya sejenis. 2. Seminggu sekali memperbaiki saluran dan talang air yang tidak lancarrusak. 3. Menutup lubang-lubang pada potongan bambupohon, dan lain-lain dengan tanah, dan lain-lain, menaburkan bubuk larvasida abate, misalnya pada tempat- tempat yang sulit dikuras atau di daerah yang sulit air, memelihara ikan pemakan jentik di kolam bak-bak penampungan air. 4. Memasang kawat kasa. 5. Menghindari kebiasaan menggantungkan pakaian di dalam kamar. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 6. Mengupayakan pencahayaan dan ventilasi ruang yang memadai. 7. Menggunakan kelambu. 8. Memakai obat yang dapat mencegah gigitan nyamuk. Menurut pendapat Satari 2008 mengingat hampir disetiap rumah memiliki tempat-tempat penampungan air dan jarak terbang nyamuk yang mencapai 100 meter, menjaga lingkungan sekitar merupakan prioritas utama dalam mencegah terjadinya penyakit DBD. Oleh karena itu gerakan memberantas nyamuk hendaknya dilakukan pada setiap rumah. Agar pemberantasan sarang nyamuk dapat berjalan dengan berkesinambungan, Sebaiknya meminta aparat setempat untuk memberikan himbauan atau gerakan langsung mengajak masyarakat untuk melakukan aksi gotong-royong. Penyakit DBD merupakan salah satu penyakit menular yang sering menimbulkan Kejadian Luar Biasa KLBwabah, dan penularannya dapat terjadi disemua tempat, oleh karena itu setiap ada yang terserang sebaiknya agar melaporkan kepada aparat setempat, agar aparat dapat melakukan pengasapan fogging dan memberikan himbauan kepada masyarakat untuk bergotong-royong dalam memberantas nyamuk dan jentik Aedes aegypti Depkes R.I, 2010.

2.4. Perilaku Kesehatan

Dokumen yang terkait

Pengaruh Pengetahuan dan Kepercayaan Ibu terhadap Tindakan Mencegah Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kelurahan Tualang Kecamatan Padang Hulu Kota Tebing Tinggi

0 0 18

Pengaruh Pengetahuan dan Kepercayaan Ibu terhadap Tindakan Mencegah Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kelurahan Tualang Kecamatan Padang Hulu Kota Tebing Tinggi

0 0 2

Pengaruh Pengetahuan dan Kepercayaan Ibu terhadap Tindakan Mencegah Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kelurahan Tualang Kecamatan Padang Hulu Kota Tebing Tinggi

0 1 11

Pengaruh Pengetahuan dan Kepercayaan Ibu terhadap Tindakan Mencegah Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kelurahan Tualang Kecamatan Padang Hulu Kota Tebing Tinggi

0 0 33

Pengaruh Pengetahuan dan Kepercayaan Ibu terhadap Tindakan Mencegah Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kelurahan Tualang Kecamatan Padang Hulu Kota Tebing Tinggi Chapter III VI

0 0 35

Pengaruh Pengetahuan dan Kepercayaan Ibu terhadap Tindakan Mencegah Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kelurahan Tualang Kecamatan Padang Hulu Kota Tebing Tinggi

0 0 5

Pengaruh Pengetahuan dan Kepercayaan Ibu terhadap Tindakan Mencegah Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kelurahan Tualang Kecamatan Padang Hulu Kota Tebing Tinggi

0 0 27

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan (Knowledge) - Pengaruh Pengetahuan dan Kepercayaan Ibu terhadap Tindakan Mencegah Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kelurahan Tualang Kecamatan Padang Hulu Kota Tebing Tinggi

0 0 33

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Pengaruh Pengetahuan dan Kepercayaan Ibu terhadap Tindakan Mencegah Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kelurahan Tualang Kecamatan Padang Hulu Kota Tebing Tinggi

0 0 11

Pengaruh Pengetahuan dan Kepercayaan Ibu terhadap Tindakan Mencegah Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kelurahan Tualang Kecamatan Padang Hulu Kota Tebing Tinggi

0 0 18