tropozoit hasil endodiogeni disebut pseudokista dan dapat ditemukan dalam waktu yang lama. Kista dibentuk dalam sel hospes bila tropozoit yang membelah telah
membentuk dinding. Ukuran kista berbeda-beda, ada kista kecil yang mengandung hanya beberapa organisme dan ada yang berukuran 200 ยต m yang berisi kira-kira
3000 organisme Rasmaliah, 2003. Kista ini dapat dilakukan didalam hospes seumur hidup terutama di otak
dengan kista berbentuk lonjong bulat dan otot jantung, otot bergaris dengan kista mengikuti bentuk sel otot Chahaya I, 2003.
Infeksi dapat terjadi bila manusia memakan daging mentah atau kurang matang yang mengandung kista. Infeksi ookista dapat ditularkan dengan vektor lalat,
kecoa, tikus, atau melalui tangan yang tidak bersih. Transmisi toksoplasma ke janin terjadi melalui utero placenta ibu hamil yang terinfeksi penyakit ini. Infeksi juga
dapat terjadi di laboratorium, pada peneliti yang bekerja dengan menggunakan hewan percobaan yang terinfeksi dengan toksoplasmosis atau melalui jarum suntik dan alat
laboratorium lainnya yang terkontaminasi dengan toksoplasma gondii Hiswani, 2003.
2.3.4. Cara Infeksi dan Gejala Klinis
Manusia dapat terinfeksi oleh T. gondii dengan berbagai cara yaitu makan daging mentah atau kurang masak yang mengandung kista T. gondii, termakan atau
tertelan bentuk ookista dari tinja kucing, rnisalnya bersarna buah-buahan dan sayur- sayuran yang terkontaminasi. Juga mungkin terinfeksi melalui transplantasi organ
tubuh dari donor penderita toksoplasmosis laten kepada resipien yang belum pernah terinfeksi T. gondii. Kecelakaan laboratorium dapat terjadi melalui jarum suntik dan
alat laboratoriurn lain yang terkontaminasi oleh T. gondii. Infeksi kongenital sendiri terjadi secara intra uterin melalui plasenta Levine, 1990.
Setelah terjadi infeksi T. gondii ke dalam tubuh akan terjadi proses yang terdiri dari tiga tahap yaitu parasitemia, di mana parasit menyerang organ dan jaringan serta
Universitas Sumatera Utara
memperbanyak diri dan menghancurkan sel-sel inang. Perbanyakan diri ini paling nyata terjadi pada jaringan retikuloendotelial dan otak, di mana parasit mempunyai
afinitas paling besar. Pembentukan antibodi merupakan tahap kedua setelah terjadinya infeksi. Tahap ketiga rnerupakan fase kronik, dimana telah terbentuk kista-
kista yang menyebar di jaringan otot dan syaraf yang sifatnya menetap tanpa menimbulkan peradangan lokal. Secara garis besar, infeksi yang terjadi sesuai dengan
cara penularan dan gejala klinisnya. Adapun toksoplasmosis dapat dikelompokkan atas; toksoplasmosis akuisita dapatan dan toksoplasmosis kongenital. Baik
toksoplasmosis dapatan maupun kongenital sebagian besar merupakan asimtomatis atau tanpa gejala. Dimana keduanya dapat bersifat akut dan kemudian menjadi kronik
atau laten. Gejala yang nampak sering tidak spesifik dan sulit dibedakan dengan penyakit lain Chahaya I, 2003.
Toksoplasmosis dapatan biasanya tidak diketahui karena jarang menimbulkan gejala. Tetapi bila seorang ibu yang sedang hamil mendapat infeksi primer, maka ada
kemungkinan bahwa 50 anak yang akan dilahirkan mengalami toksoplasmosis kongenital. Gejala yang dijumpai pada orang dewasa maupun anak-anak umumnya
ringan. Gejala klinis yang paling sering dijumpai pada toksoplasmosis dapatan adalah limfadenopati dan rasa lelah, disertai demam dan sakit kepala Zaman dan Keong,
1988. Pada infeksi akut, limfadenopati sering dijumpai pada kelenjar getah bening
daerah leher bagian belakang. Gejala tersebut di atas dapat disertai demam, mialgia, malaise. Bentuk kelainan pada kulit akibat toksoplasmosis berupa ruam
makulopapuler yang mirip kelainan kulit pada demam tifoid sedangkan pada jaringan paru dapat terjadi pneumonia interstisial Chahaya I, 2003.
Gambaran klinis toksoplasmosis kongenital dapat bermacam-macam. Ada yang tampak normal pada waktu lahir dan gejala klinisnya baru timbul setelah
beberapa minggu sampai beberapa tahun. Ada gambaran eritroblastosis, hidropsfetalis dan trias klasik yang terdiri dari hidrosefalus, korioretinitis dan
Universitas Sumatera Utara
perkapuran intrakranial atau tetrade sabin yang disertai kelainan psikomotorik Zaman dan Keong, 1988. Toksoplasmosis kongenital dapat menunjukkan gejala
yang sangat berat dan dapat menimbulkan kematian penderitanya karena parasit telah tersebar luas di berbagai organ penting dan juga pada sistem syaraf penderita
Chahaya I, 2003. Gejala susunan syaraf pusat sering meninggalkan kecacatan, seperti retardasi
mental dan gangguan motorik. Kadang-kadang hanya ditemukan sikatriks pada retina yang dapat kambuh pada masa anak-anak, remaja atau dewasa. Korioretinitis karena
toksoplasmosis pada remaja dan dewasa biasanya akibat infeksi kongenital Chahaya I, 2003.
Akibat kerusakan pada berbagai organ, maka kelainan yang sering terjadi dapat bermacam-macam jenisnya. Kelainan pada bayi dan anak-anak akibat infeksi pada
ibu selama kehamilan trimester pertama dapat berupa kerusakan yang sangat berat sehingga terjadi abortus atau lahir mati, atau bayi dilahirkan dengan kelainan seperti
ensefalomielitis, hidrosefalus, kalsifikasi serebral dan korioretinitis. Pada anak yang lahir prematur, gejala klinis lebih berat dari anak yang lahir cukup bulan dan dapat
disertai hepatosplenomegali, ikterus, limfadenopati, kelainan susunan syaraf pusat dan lesi mata Chahaya I, 2003.
Infeksi T. gondii pada individu dengan imunodefisiensi menyebabkan manifestasi penyakit dari tingkat ringan, sedang sampai berat, tergantung kepada
derajat imunodefisiensinya Chahaya I, 2003.
2.3.5. Pengobatan