Tanda Dan Gejala Konsep dysmenorrhea

dapat bekerja pada arteri-arteri uterus secara langsung Liewellyn, 2001.

2.3 Tanda Dan Gejala

Gejala utama dysmenorrhea adalah rasa sakit terkonsentrasi di perut bagian bawah, di daerah umbilikalis atau daerah suprapubik perut. Hal ini juga biasanya dirasakan di perut kanan atau kiri. Mungkin menyebar ke paha dan punggung bawah. Gejala lain mungkin termasuk mual dan muntah, diare atau sembelit, sakit kepala, pusing, disorientasi, hipersensitivitas terhadap suara, cahaya, bau dan sentuhan, pingsan, dan kelelahan. Gejala sering segera timbul setelah ovulasi dan dapat berlangsung hingga akhir menstruasi. Hal ini karena dysmenorrhea sering dikaitkan dengan perubahan kadar hormon dalam tubuh yang terjadi dengan ovulasi. Penggunaan jenis tertentu pil KB dapat mencegah gejala dysmenorrhea, karena pil KB menghentikan ovulasi yang terjadi Permana, 2010. 2.4 Klasifikasi Karakteristik Gejala Dysmenorrhea Ditinjau dari berat-ringannya rasa nyeri, dysmenorrhea dibagi menjadi: 2.4.1 Dysmenorrhea ringan, yaitu dysmenorrhea dengan rasa nyeri yang berlangsung beberapa saat sehingga perlu istirahat sejenak untuk menghilangkan nyeri, tanpa disertai pemakaian obat. 2.4.2 Dysmenorrhea sedang, yaitu dysmenorrhea yang memerlukan obat untuk menghilangkan rasa nyeri, tanpa perlu meninggalkan aktivitas sehari-hari. Universitas Sumatera Utara 2.4.3 Dysmenorrhea berat, yaitu dysmenorrhea yang memerlukan istirahat sedemikian lama dengan akibat meninggalkan aktivitas sehari-hari selama 1 hari atau lebih Okaparasta, 2003. 2.5 Penanganan 2.5.1 Penerangan Dan Nasehat Perlu dijelaskan kepada penderita bahwa dysmenorrhea adalah gangguan yang tidak berbahaya untuk kesehatan. Hendaknya diadakan penjelasan dan diskusi mengenai cara hidup , pekerjaan, kegiatan dan lingkungan penderita. 2.5.2 Pemberian Obat Analgetik Dewasa ini banyak beredar obat-obat analgetik yang dapat diberikan sebagai terapi simtomatik. Jika rasa nyeri berat, diperlukan istirahat di tempat tidur dan kompres panas pada perut bawah untuk mengurangi penderitaan. Obat analgetik yang sering diberikan adalah preparat kombinasi aspirin, fenasetin dan kafein. Obat-obat yang beredar di pasaran ialah antara lain novalgin, Ponstan, acet-aminophen dan sebagainya. 2.5.3 Terapi Hormonal Tujuan terapi hormonal ialah menekan ovulasi. Tindakan ini bersifat sementara dengan maksud untuk membuktikan bahwa gangguan benar-benar dysmenorrhea primer, atau untuk memungkinkan penderita melaksanakan pekerjaan penting pada waktu haid tanpa gangguan. Tujuan ini dapat dicapai dengan Universitas Sumatera Utara pemberian salah satu jenis pil kombinasi kontrasepsi Prawihardjo, 1999. 2.5.4 Nutrisi Beberapa suplemen gizi telah diindikasikan sebagai efektif dalam mengobati dysmenorhea, termasuk omega-3 fatty acid, magnesium, vitamin E, seng, dan tiamin vitamin B1. Penelitian menunjukkan bahwa salah satu mekanisme yang mendasari dysmenorrhea adalah terganggunya keseimbangan antara anti-inflamasi vasodilator eikosanoid yang berasal dari omega-3 asam lemak, dengan pencetus peradangan vasokonstriktor eikosanoid yang berasal dari omega-6 fatty acid. Beberapa studi telah menunjukkan bahwa asupan omega-3 asam lemak dapat membalikkan gejala dysmenorrhea, dengan mengurangi jumlah omega-6 FA di membran sel. Adapun sumber makanan yang kaya omega-3 asam lemak banyak ditemukan dalam minyak rami. Asupan magnesium oral juga telah banyak membantu seperti telah melalui penelitian dua double-blind, placebo-controlled studi yang menunjukkan efek terapi positif magnesium pada dysmenorrhea. Penelitian A randomized, double blind, controlled trial menunjukkan pula bahwa asupan vitamin E oral mengurangi nyeri dysmenorrhea primer dan mengurangi kehilangan darah. Sebuah kajian sejarah kasus menunjukkan bahwa seng, dalam 1-330 miligram dosis diberikan setiap hari selama satu sampai empat hari sebelum Universitas Sumatera Utara menstruasi, dapat mencegah penyebab utama timbulnya nyeri dari haid dan semua kram menstruasi. Pengambilan tiamin vitamin B1 telah didemonstrasikan untuk memberikan efek kuratif pada 87 dari perempuan yang mengalami dysmenorrhea. 2.5.5 NSAID Non-steroid anti-inflammatory drugs NSAID efektif dalam meredakan nyeri dysmenorrhea primer. NSAID dapat berefek samping seperti mual, muntah, nyeri ulu hati, gastritis atau diare. Untuk yang kontraindikasi maka mungkin resep COX-2 inhibitor dapat menggantikannya. 2.5.6 Hormon Kontrasepsi Meskipun penggunaan kontrasepsi hormonal dapat mengurangi gejala dysmenorrhea primer tapi tinjauan sistematis tahun 2001 menemukan bahwa tidak ada pengobatan modern yang umum digunakan dikombinasikan dengan dosis rendah pil kontrasepsi oral untuk dysmenorrhea primer. Norplant dan Depo-provera juga efektif, karena metode ini sering menyebabkan amenore. sehingga berguna dalam mengurangi gejala-gejala dysmenorrhea. 2.5.7 Terapi Non Obat Beberapa terapi non-obat untuk dysmenorrhea telah dipelajari, termasuk perilaku, akupunktur, akupresur, perawatan chiropractic, dan penggunaan TENS unit. Terapi perilaku mengasumsikan bahwa proses fisiologis yang mendasari dysmenorrhea dipengaruhi Universitas Sumatera Utara oleh lingkungan dan faktor-faktor psikologis, dan bahwa dysmenorrhea dapat diobati secara efektif dengan prosedur fisik dan kognitif yang berfokus pada strategi-strategi untuk mengatasi gejala-gejala bukan pada perubahan proses yang mendasari. Sebuah review sistematik 2007 menemukan bukti ilmiah bahwa intervensi perilaku mungkin efektif, tetapi hasilnya harus dilihat dengan hati- hati karena buruknya kualitas data. Akupunktur dan akupresur digunakan untuk mengobati dismenorrhea. Dikutip dari 4 empat penelitian, dua diantaranya adalah pasien-buta, menunjukkan bahwa akupunktur dan akupresur dapat mengobati dysmenorrhea yang efektif. Dinyatakan bahwa perawatan muncul menjanjikan untuk dysmenorrhea, tetapi para peneliti menggangap perlu penelitian lebih lanjut untuk dapat dibenarkan. Studi lain menunjukkan bahwa akupuntur mengurangi persepsi subjektif dysmenorrhea , Yang lainnya menambahkan bahwa akupunktur pada pasien dengan dysmenorrhea dikaitkan dengan kesakitan dan dalam upaya perbaikan kualitas hidup Permana, 2010. Universitas Sumatera Utara 3. Aktivitas Kerja Perawat 3.1 Defenisi Aktivitas Kerja Perawat