7. Dapat bekerjasama secara baik dalam suatu tim kerja. 8. Memiliki sifat kepemimpinan.
9. Mampu merencanakan, memprioritaskan dan memusatkan pada suatu
hal yang kritis. 10. Memiliki sifat positif dan fleksibel dalam menghadapi perubahan.
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kompetensi individu yang harus dimiliki oleh pustakawan profesional yaitu mencakup sikap
pustakawan atau pelayanan terhadap pengguna, mampu berkomunikasi dengan baik, fleksibel terhadap perkembangan yang terjadi di lingkungan perpustakaan,
serta bertanggung jawab terhadap setiap kebijakan.
2.3.7 Kompetensi Penilaian
Penilaian merujuk pada proses pengkonfirmasian bahwa seseorang telah mencapai kompetensi. Ini adalah proses pengumpulan bukti dan membuat
kebenaran pada kemajuan menuju kepemuasan kriteria kinerja yang disusun dalam standart atau keluaran pembelajaran. Pada poin yang sesuai, suatu
pembenaran disusun untuk menentukan apakah kecakapan telah dicapai atau tidak.
Penilaian di tempat kerja memiliki keahlian dan pemahaman pembelajaran pekerjaan, dengan tekanan tertentu pada standar kompetensi untuk penilaian.
Penilaian, dalam pendekatan berbasis kompetensi terhadap pembelajaran adalah krietria yang direferensikan. Ini berarti mengidentifikasi pencapaian apa saja pada
pustakawan tentang keluaran yang telah ditetapkan, dan tidak berkaitan dengan kinerja mereka terhadap orang lain.
Dalam rangka memenuhi persyaratan sebagai penilaian tempat kerja, seseorang harus menunjukkan kompetensi terhadap kriteria penilaian semua
keluaran pembelajaran dari unit kompetensi yang disyaratkan. Tingkatan kompetensi dapat diharapkan dari penilaian berkompeten di tempat kerja.
Tingkatan ini memberikan pendekatan terencana dan terstruktur untuk penilaian di tempat kerja.
Menurut Sofo, 1999: 151 penilai adalah orang-orang yang memberi pembenaran kehlian staf lain dalam perpustakaan. Mereka perlu diberi
Universitas Sumatera Utara
perlengkapan untuk memainkan peran utama dalam memberi penilaian dan meningkatkan tingkat kompetensi dalam perpustakaan.
Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa diperlukan adanya penilaian dari orang – orang yang memberi pembenaran kehlian staf lain
dalam perpustakaan. Tujuan dari penilaian adalah untuk dapat meningkatkan prestasi kerja pustakawan pada perpustakaan perguruan tinggi.
2.3.8 Jabatan Fungsional Pustakawan
Jabatan fungsional Pustakawan di Indonesia mulai diterapkan sejak tahun 1988 yaitu dengan terbitnya SK Menpan nomor 181988. Penerapan jabatan
fungsional ini merupakan salah satu upaya pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan pegawai sekaligus untuk menetapkan dan mengukur kompetensi
pegawai perpustakaan melalui sistem penilaian pelaksanaan pekerjaan. Jenjang jabatan diukur berdasarkan prestasi yang dimilikinya yang dicerminkan dengan
nilai kredit kumulatif yang dicapai oleh pegawai yang bersangkutan. Dengan demikian maka seseorang yang menduduk i jabatan tertentu ia telah memiliki
kompetensi untuk jabatan tersebut.
Jabatan fungsional pustakawan saat ini diatur dalam Keputusan Menpan nomor 132KEPM.PAN122002 tentang Jabatan Fungsional Pustakawan dan
Angka Kreditnya. Menurut KepMenpan tersebut jabatan fungsional pustakawan adalah kedudukan yang menunjukkan tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak
seorang Pegawai Negeri Sipil dalam suatu satuan organisasi yang dalam pelaksanaan tugasnya didasarkan pada keahlian danatau ketrampilan tertentu
serta bersifat mandiri. Sedangkan yang dimaksud dengan pustakawan adalah Pegawai Negeri Sipil yang diberi tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak
secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melakukan kegiatan kepustakawanan pada unit-unit perpustakaan, dokumentasi dan informasi di
instansi pemerintah dan atau unit tertentu lainnya.
Pustakawan terdiri dari Pustakawan Tingkat Terampil adalah pustakawan yang memiliki dasar pendidikan untuk pengangkatan pertama kali serendah –
rendahnya Diploma II DII perpustakaan, dokumentasi dan informasi atau
Universitas Sumatera Utara
Diploma bidang lain yang disetarakan, dan Pustakawan Tingkat Ahli adalah pustakawan yang memiliki dasar pendidikan untuk pengangkatan pertama kali
serendah – rendahnya Sarjana perpustakaan, dokumentasi dan informasi atau Sarjana bidang lain yang disetarakan. Sedangkan yang dimaksud dengan Unit
perpustakaan, dokumentasi dan informasi adalah unit kerja yang memiliki sumber daya manusia minimal seorang pustakawan, ruangantempat khusus dan koleksi
bahan pustaka sekurang-kurangnya 1.000 judul dari berbagai disiplin ilmu yang sesuai dengan jenis dan misi perpustakaan yang bersangkutan serta dikelola
menurut sistem tertentu. KepMenpan 132KEPM.PAN122002 ini dikenal dua kelompok
pustakawan yaitu: 1 Pustakawan Tingkat Terampil yang terdiri dari 3 tiga jenjang jabatan seperti pustakawan pelaksana, pustakawan pelaksana lanjutan, dan
pustakawan penyelia; dan 2 Pustakawan Tingkat Ahli yang terdiri dari 4 empat jenjang jabatan seperti pustakawan pertama, pustakawan muda, pustakawan
madya, dan pustakawan utama. Berdasarkan pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa jabatan
fungsional pustakawan adalah kedudukan yang menunjukkan tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak seorang Pegawai Negeri Sipil dalam suatu satuan
organisasi yang dalam pelaksanaan tugasnya didasarkan pada keahlian danatau ketrampilan tertentu serta bersifat mandiri. Pustakawan tersebut haruslah memiliki
pendidikan serendah – rendahnya Diploma II D-II. Menurut Badan Kepegawaian Negara 2004, standar kompetensi jabatan
Pegawai Negeri Sipil PNS meliput i : 1. Kompetensi dasar threshold competency adalah kompetensi yang
wajib dimiliki oleh setiap pejabat. 2. Kompetensi bidang differentiating competency adalah kompetensi
yang diperlukan oleh setiap pejabat fungsional sesuai dengan bidang pekerjaannya.
Menurut Peraturan Pemerintah nomor : 13 tahun tahun perwujudan tujuan pembangunan nasional memerlukan Pegawai Negeri Sipil PNS yang netral,
mampu menjaga persatuan dan kesatuan bangsa, professional dan bertanggung jawab dalam melaksanakan tugas serta penuh kesetiaan dan ketaatan pada
Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, Negara dan pemerintah Republik
Universitas Sumatera Utara
Indonesia, sejalan dengan itu, perlu memperhatikan kualitas profesionalisme dalam memberikan pelayanan sesuai dengan tingkat kepuasan dan keinginan
pengguna perpustakaan. Menurut Badan Kepegawaian Negara, 2004, konsep profesionalisme
mempunyai ciri-ciri yaitu : 1. Menguasai bidang pengetahuannya 2. Komitmen pada kualitas 3. Dedikasi pada kepentingan masyarakat 4. keinginan untuk
membantu masyarakat. Berdasarkan penjelasan di atas dapat di simpulkan bahwa pustakawan
merupakan pegawai negeri sipil yang harus terus menerus meningkatkan kompetensinya sebagai pustakawan, baik baik kompetensi dasar maupun
kompetensi bidang masing – masing.
2.4 Pustakawan 2.4.1 Pengertian Pustakawan