Pengertian Lirik Lagu Seni Musik Sebagai Media Dakwah

Musik adalah pantulan dunia disekitar kita dan juga orang-orang yang membuatnya. Alam semesta tercipta dengan musik alam yang sangat indah. Gemuruh, ombak laut, deru angina di gunung, dan rintik hujan merupakan musik alam yang sangat indah dan sudah terbukti bagaimana pengaruh musik alam itu bagi kehidupan manusia. Perjalanan manusia tak pernah luput dari pengaruh musik. Begitu besarnya pengaruh paduan nada-nada tersebut membuat dunia ini seakan terasa begitu sepi tanpa ada suara musik yang terdengar. Musik dapat memberi perubahan dalam diri individu manusia, bahkan dapat membentuk karakter manusia, sejak manusia itu masih dalam rahim ibunya. Musik, dengan segala efeknya – baik efek positif maupun negatif, takkan pernah dapat kita. Menurut Jhon Tasker Howerd dalam Nainggolan 1994:10 “Music, however, is a living language…” artinya musik adalah bahasa yang hidup. 31

2. Pengertian Lirik Lagu

Lirik lagu merupakan serangkaian kata-kata yang menjadi kalimat yang kaimat satu dengan kalimat lainnya mempunyai keterkaitan makna yang dialunkan dengan alat musik. Lirik lagu menjadi ikon dari sebuah lagu, tanpa lirik tidak berarti sebuah lagu. Dalam Kamus Bahasa Indonesia, lirik berarti karya sastra yang berisi curahan perasaan pribadi atau juga sebuah susunan kata sebuah nyanyian. Lirik lagu merupakan kata-kata yang diiringi dengan alat musik. 32 Dapat ditarik kesimpulan bahwasanny lirik lagu adalah sebuah ungkapan pemikiran 31 Ochanbanchine’s Blog Teknologi Pendidikan. 32 Ahma Musabikh, “Analisis Isi Lagu Group Musik Nasyid Izzatul Islam Dalam Dakwah Dan Jihad ”, Skripsi, Komunikasi Penyiaran Islam, Fak. Dakwah Dan Komunikasi, UIN Syahid, Jakarta, 2006, h. 15. yang tersusn dengan rangkaian kata-kata atau kalimat yang beralunkan nada dengan diiringi alat musik. Hakekat lagu itu sendiri menurut Al Qamus dalam Syarhnya, Al Ghina sebagai lafadz, berarti sura yang dilantukan. Dalam As Shiddiq, Al Ghina berarti sesuatu yng didengarkan. 33 Abu Sulaiman Al Khaby mengatakan bahwa setiap yang meninggalkan suaranya secara berkesinambungan dengan sesuatu dan menyusun temponya secara teratur, maka itulah yang disebut lagu. 34 Lagu nyanyian yang bersifat vokal suara manusia tanpa instrumen musik tidak diperselisihkan oleh para fuqaha. Mereka mengatakan bahwa nyanyian semacam ini halal atau dibolehkan, sebagaimana yang dikutip oleh Imam Asy-Syaukani dari berbagai kalangan ulama: Lagu atau nyanyian tanpa instrumen musik, Al-Adhfawi dalam kitabnya AL-IMTA menyebutkan bahwa Imam Al-Ghazali dalam berbagai karangan fiqihnya menegaskan kesepakatan ulama tentang halalnya nyanyian jenis ini. Begitu juga Ibnu Thahir berpendapat ada ijma sahabat dan tabiin tentang halalnya nyanyian vokal ini. At-Taj- ul-Fazari dan Ibnu Qutaibah menyebutkan adanya ijma penduduk Mekah dan Madinah. Ibnu Thahir dan Ibnu Qutaibah juga menyebutkan adanya ijma penduduk Madinah dalam hal tersebut. Sedangkan Imam Al-Mawardi mengatakan bahwa penduduk Hijaz sejak dulu sampai sekarang abad 5 H membolehkan nyanyian jenis ini pada hari-hari yang mulia dalam setahun yang kaum Muslimin diperintahkan untuk melakukan nazam-nazam zikir dan ibadah. 35 33 Ahma Musabikh, “Analisis Isi Lagu Group Musik Nasyid Izzatul Islam Dalam Dakwah Dan Jihad ”. 34 Cecep Suherma, “Musik Sebagai Mdia Dakwah Study Kasus Kelompok DEBU”, Skripsi, Jur. Komunikasi Penyiaran Islam, Fak. Dakwah Dan Komunikasi, UIN Syahid, 2004, h. 23. 35 Lihat Asy-Syaukani , Nail-Ul-Authar, Jilid VIII, hlm. 114-115 Imam An-Nawawi dalam kitabnya Al-Umdah berkata: Telah diriwayatkan tentang halalnya lagu atau nyanyian dan mendengarkannya dari sekelompok sahabat dan tabiin, di antaranya adalah Imam yang empat, Ibnu Uyainah, dan jumhur Syafiyah. 36 Ini mengenai lagu atau nyanyian vokal tanpa instrumen musik. Adapun lagu atau nyanyian yang disertai dengan alat musik maka ulama yang menghalalkannya mengatakan bahwa semua Hadits yang membahas masalah ini nilainya tidak sampai ke tingkat shahih maupun hasan. Inilah yang dikatakan oleh Al-Qadhi Abu Bakar Ibn-ul-Arabi: Tidak terdapat satu dalil pun di dalam Al-Quran maupun Sunnah Rasul yang mengharamkan nyanyian. Bahkan ada Hadits yang menunjukkan bolehnya nyanyian. Hadits shahih itu mengatakan bahwa Abu Bakar pernah masuk ke tempat Aisyah yang disampingnya ada dua jariyah penyanyi dari kalangan Anshar yang sedang menyanyikan tentang hari Buats. Kemudian Abu Bakar berkata: Di rumah Nabi s.a.w. ada seruling syaitan? Mendengar perkataan itu, Rasulullah s.a.w. bersabda: Biarkanlah keduanya, wahai Abu Bakar, sebab sesungguhnya hari ini adalah hari raya. 37 Ibn-ul-Arabi berkata: Jika nyanyian itu haram, tentu di rumah Rasulullah s.a.w. tidak akan ada sama sekali hal tersebut. Tetapi alasan yang diberikan beliau Nabi s.a.w. untuk membolehkannya adalah karena nyanyian itu dilakukan pada hari raya, yang hal tersebut menunjukkan bahwa bila nyanyian itu dilakukan secara terus-menerus, maka hukumnya makruh. Sedangkan rukhshah keringanan untuk melakukannya terbatas pada saat-saat tertentu seperti hari raya, perkawinan, pulangnya seseorang kekampung halamannya, dan sebagainya. Berkumpulnya orang-orang dalam acara tersebut biasanya untuk menyenangkan hati orang-orang yang sejak lama tidak bertemu atau berkumpul, baik berkumpulnya kalangan kaum wanita maupun pria. Jadi, setiap Hadits yang diriwayatkan maupun ayat dipergunakan untuk menunjukkan keharaman nyanyian merupakan pendapat yang bathil atau tidak benar dari segi sanad dan ijtihad, baik bertolak dari nash maupun suatu takwilan”. 38 36 Lihat Asy-Syaukani , Nail-Ul-Authar.. 37 Lihat Abu Bakar Ibn-ul-Arabi, Ahkam-Ul-Quran, Jilid III, hlm. 1053-1054. 38 ‘Abd-ur-Rahm ān Al-Baghdādī, http:seni.musikdebu.com , “Seni Dalam Pandangan Islam, Seni Vocal, Musik dan Tari ”, , jam 21:2422 desm 09. Imam Ibnu Hazm juga memberikan komentar yang melemahkan semua Hadits riwayat tentang nyanyian. Bahkan menurut beliau, sebagian di antaranya adalah maudhu palsu. Inilah komentarnya. Jika belum ada perincian dari Allah SWT. maupun Rasul-Nya tentang haramnya sesuatu yang kita bincangkan di sini dalam hal ini adalah nyanyian dan menggunakan alat-alat musik, maka telah terbukti bahwa ia adalah halal atau boleh secara mutlak. 39 Dalam sabda Rasulullah Saw, yang artinya; Sesungguhnya amal perbuatan manusia itu tergantung niatnya. Bahwasanya apa yang diperoleh oleh seseorang adalah sesuai dengan apa yang diniatkannya.... Oleh karena itu siapa saja yang niatnya mendengar nyanyian untuk melakukan suatu kemaksiatan kepada Allah, maka ia adalah seorang yang fasiq . Begitu pula halnya tiap sesuatu hiburan selain nyanyian. Sedangkan orang yang berekreasi di kebun atau duduk-duduk di depan pintu rumah sambil melihat orang-orang yang sedang berjalan, mencelup bajunya dengan warna biru atau hijau, dan warna lainnya, atau ingin meluruskan kaki atau menekuknya begitu pula dengan seluruh perbuatan yang serupa dengannya. Seperti halnya pada era sekarang banyak diantara mereka yang berdakwah di balik kreativitasnya. Rhoma Irama dengan senandung lagu-lagu dangdutnya yang berisikan pesan-pesan keagamaan; Taufik Ismail dengan puisi-puisinya yang kemudian disenandungkan oleh Bimbo; Ustaz Yusuf Mansyur, Arifin Ilham dan Jefry Al-Bukhari dengan tausiah-tausiahnya, Snada dengan lagu nasyid-nasyidnya; Opick dengan untaian syair-syair islaminya; Habiburrahman El-Syirazy, Helvy Tiana Rosa, Asma Nadia, Izzatul Jannah, dan anggota Forum Lingkar Pena FLP lain dengan novel dan antologi 39 Lihat Ibnu Hazm, AL-MUHALLA, Jilid VI, hlm. 59 cerpen-cerpennya. Mereka merupakan bagian dari sejumlah insan yang berdakwah melalui sastra dan seni. Berdasarkan uraian-uraian di atas, ditambah dengan berbagai keterangan sebelumnya maka dapat kita simpulkan bahwa para ulama memang telah berselisih pendapat terhadap masalah nyanyian. Sebagian dari mereka tidak menganggap hadits-hadits yang mengharamkan nyanyian adalah shahih. Sedangkan yang lain telah menjadikan hadits-hadits tersebut sebagai hujjah atau bukti untuk mengharamkan nyanyian. Masing-masing mengikuti apa yang mereka tentukan sebagai dasar pengambilan hukum sesuai dengan ijtihadnya. Karenanya, siapa saja yang ijtihadnya telah menghasilkan suatu dugaan yang kuat bahwa bernyanyi dan mendengarkannya adalah haram, maka itulah hukum Allah terhadapnya, juga terhadap setiap orang yang mengikutinya. Sedangkan bagi orang-orang yang belum terbukti baginya keshahihan hadits-hadits yang mengharamkan nyanyian yang disertai dengan dugaan kuat dan dengan ijtihad yang benar, maka itulah hukum Allah SWT terhadapnya. Juga terhadap setiap orang yang mengikutinya sebab masalah ini adalah masalah khilafiyah sebagaimana yang telah kami uraikan pada bab-bab sebelumnya.

BAB III GAMBARAN UMUM PROFIL GROUP BAND RADJA

A. Biografi Group Band Radja

1 Radja adalah nama sebuah grup band asal Kalimantan yang berdiri di Jakarta pada tanggal 17 Maret 2001. Nama radja digunakan bukan karena tanpa alasan. Mereka sepakat menamakan band mereka dengan nama tersebut, dengan harapan dapat membawa band mereka menjadi besar dan mampu merajai musik Indonesia pada waktunya. Band ini digaungi oleh 4 orang personil, yaitu: Ian Kasela vokalis, Moldy gitaris, Shuma bassist, dan Adit drummer. Mereka menginginkan lagu yang mereka ciptakan dapat didengar dan dinikmati oleh seluruh masyarakat Indonesia, seperti radja yang pada masa silam mampu memikat seluruh rakyatnya dengan pesona dan kharisma yang dimilikinya. Namun impian ingin dipuja itu tidak membuat mereka ingin memiliki jarak dengan para penggemarnya, karena itu nama band ini diawali dengan huruf kecil, dengan maksud mereka berharap kelak setelah mereka mampu menjadi seperti radja, mereka juga dapat tetap dekat dengan para penggemarnya. 1 http:www.band radja.com pada tanggal 25 Desember 2009, pukul 17.15 WIB. -34-