yang berbeda dari kedua orangtua tentang riwayat trauma anak merupakan pertanda kekerasan fisik yang mungkin terjadi.
17,23
Trauma gigi juga dipengaruhi oleh beberapa faktor predisposisi diantaranya maloklusi kelas II divisi 1, overjet yang lebih besar dari 3 mm, penutupan bibir yang
tidak sempurna, protrusi insisivus rahang atas, openbite anterior, anak dengan hiperaktivitas, anak yang memiliki gangguan koordinasi otot motorik, dan penyakit
epilepsi.
17,20,23,24
Anak dengan overjet 3 mm dan 5 mm dilaporkan memiliki resiko 2 dan 3 kali lebih tinggi terhadap trauma gigi dibanding anak dengan overjet yang
normal. Penggunaan kawat ortodonti dapat meningkatkan trauma pada jaringan lunak seperti bibir dan ginggiva pada saat terjadi trauma pada rongga mulut. Anak yang
memiliki penyakit akut seperti kejang dan penyakit jantung akan rentan terjatuh sehingga meningkatkan resiko trauma pada gigi anteriornya.
20
Kondisi lain seperti kebiasaan bernafas dengan mulut juga merupakan salah satu faktor yang
berkontribusi terhadap terjadinya trauma gigi.
21
2.3 Klasifikasi Trauma
Sistem klasifikasi yang saat ini digunakan secara umum adalah berdasarkan Application of International Classification of Diseases to Dentristry and Stomatology
dari World Health Organization WHO dan dimodifikasi oleh Andreasen. Klasifikasi ini dapat digunakan untuk mengklasifikasikan trauma gigi dan jaringan
pendukungnya dan dapat digunakan baik pada gigi sulung maupun gigi permanen. Klasifikasi ini terbagi menjadi 4 bagian, yaitu:
25
2.3.1 Kerusakan pada Jaringan Keras Gigi dan Pulpa
Kerusakan pada jaringan keras gigi dan pulpa terdiri atas 7 bagian, yaitu
25-27
: a. Retak mahkota email infraction yaitu fraktur tidak sempurna atau
keretakan pada email tanpa kehilangan struktur gigi. b. Fraktur email email fracture uncomplicated crown fracture, yaitu
fraktur pada bagian email gigi tanpa melibatkan bagian dentin maupun pulpa gigi. c. Fraktur email dentin uncomplicated crown fracture, yaitu fraktur pada
bagian email dan dentin gigi tanpa melibatkan pulpa.
Universitas Sumatera Utara
d. Fraktur mahkota yang kompleks complicated crown fracture, yaitu fraktur pada email dan dentin gigi yang telah melibatkan pulpa.
e. Fraktur mahkota yang akar yang tidak kompleks uncomplicated crown root fracture, yaitu fraktur pada email, dentin, dan sementum tanpa melibatkan
pulpa. f. Fraktur mahkota akar yang kompleks complicated crown root fracture,
yaitu fraktur pada email, dentin dan sementum yang telah melibatkan pulpa. g. fraktur akar root fracture, yaitu fraktur yang melibatkan dentin,
sementum dan melibatkan pulpa.
Gambar 1. Kerusakan pada jaringan keras gigi dan pulpa
28
2.3.2 Kerusakan pada Jaringan Pendukung
Kerusakan pada Jaringan Pendukung terbagi atas 8 bagian, yaitu
25,27
: a. Kominusi soket alveolar rahang atas yaitu hancur dan pemampatan yang
terjadi pada soket alveolar rahang atas, terjadi pada trauma intrusi dan luksasi lateral.
Universitas Sumatera Utara
b. Kominusi soket alveolar rahang bawah yaitu hancur dan pemampatan yang terjadi pada soket alveolar rahang bawah, terjadi pada trauma intrusi dan luksasi
lateral. c. Fraktur dinding soket alveolar rahang atas yaitu fraktur pada bagian labial
atau palatal dinding soket tulang alveolar rahang atas. d. Fraktur dinding soket alveolar rahang bawah yaitu fraktur pada bagian
labial atau lingual dinding soket tulang alveolar rahang bawah. e. Fraktur prosesus alveolaris rahang atas, yaitu fraktur pada prosesus
alveolaris rahang atas, dengan atau tanpa melibatkan soket gigi. f. Fraktur prosesus alveolaris rahang bawah, yaitu fraktur pada prosesus
alveolaris rahang bawah, dengan atau tanpa melibatkan soket gigi. g. Fraktur rahang atas, yaitu fraktur pada tulang maksila dengan atau tanpa
melibatkan soket gigi. h. Fraktur rahang bawah, yaitu fraktur pada tulang mandibula dengan atau
tanpa melibatkan soket gigi.
2.3.3 Kerusakan pada Jaringan Periodontal