Kedudukan Kompilasi Hukum Islam KHI Dalam Sistem Hukum Nasional

48 kekuasaan pengadilan dalam lingkungan Peradilan Agama di bidang Perkawinan, Kewarisan, Hibah, Wasiat, Wakaf dan Shadaqah khususnya bagi orang-orang yang beragama Islam. Dengan demikian, secara yuridis hukum Islam di bidang Perkawinan, Kewarisam termasuk Wasiat dan Hibah dan Perwakafan menjadi hukum positif tertulis dalam sistem hukum nasional. Ia menjadi dasar pengambilan keputusan hukum terhadap perkara-perkara yang diajukan ke Pengadilan dalam lingkungan Peradilan Agama.

C. Kedudukan Kompilasi Hukum Islam KHI Dalam Sistem Hukum Nasional

Berkenaan dengan kedudukan Kompilasi Hukum Islam KHI dalam sistem hukum Nasional, diukur oleh unsur-unsur sistem hukum nasional sebagaimana telah dikemukakan. 18 1. Landasan ideal dan konstitusional Kompilasi Hukum Islam KHI adalah Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945. Hal itu dimuat dalam konsideran Instruksi Presiden dan dalam penjelasan Kompilasi Hukum Islam KHI. Ia disusun sebagai bagian dari sintem hukum naional yang menjamin kelangsungan hidup beragama berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa ysng sekaligus merupakan perwujudan kesadaran hukum masyarakat dan bangsa Indonesia. 2. Ia dilegalisasi oleh instrumen hukum dalam bentuk Instruksi Presiden yang dilaksanakan oleh Keputusan Menteri Agama, yang merupakan bagian dari rangkaian Peraturan Perundang-undangan yang berlaku. 18 Cik Hasan Basri, Kompilasi Hukum Islam Dan Peradilan Agama Dalam Sistem Hukum Nasional, Jakarta: PT. Logos Wacana Ilmu, 1999 h. 9-10 49 3. Ia dirumuskan dari tatanan hukum Islam yang bersumber dari al-Qur’an dan Sunnah Rasul. Hal itu yang menjadi inti hukum Islam yang mencakup berbagai dimensi. Berdasarkan hal tersebut maka kedudukan Kompilasi Hukum Islam KHI mempunyai kedudukan yang kuat dalam tatanan hukum di Indonesia, walaupun di sisi lain menurut hemat penulis masih terdapat beberapa kelemahan di antaranya dalam konsideran terdapat susunan kalimat “dapat digunakan sebagai pedoman”, dakan dapat menimbulkan kesan bahwa dalam masalah ini, Kompilasi Hukum Islam KHI tidak mengikat, artinya para pihak dan instansi dapat memakainya dam dapat pula tidak, sehingga hal tersebut dapat menimbulkan masalah. Lebih lanjut Inpres tidak mengikat seperti halnya undang-undang, karena Inpres adalah penetapan yang tanpa meminta persetujuan DPR sehingga kepastian hukum materil Peradilan Agama belum ada pada taraf maksimal. Berkaitan dengan Kompilasi Hukum Islam KHI sendiri yang merupakan sebuah anjuran bagi hakim dalam mangambil keputusan terhadap perkara yang diajukan di lingkungan Peradilan agama, maka posisi hakim sebagaimana dalam Undang-undang Dasar Negara Republik Indoneisa UU NRI Tahun 1945 menentukan dalam pasal 2 bahwa Peradilan Agama merupakan salah satu lingkungan peradilan yang berada di bawah Mahkamah Agung bersama badan peradilan lainnya di lingkungan Peradilan Umum, Peradilan Tata Usaha Negara, dan Peradilan Militer. Peradilan Agama merupakan salah satu Badan Peradilan pelaku Kekuasaan Kehakiman KK untuk menyelenggarakan penegakan hukum dan 50 keadilan bagi rakyat pencari keadilan perkara tertentu antara orang-orang yang beragama islam di bidang perkawinan, waris, wasiat, hibah, wakaf, zakat, infak, sedekah, dan ekonomi syariah. 19 Dalam Undang-undang ini kewenangan pengadilan di lingkungan Peradilan Agama diperluas, hal ini sesuai dengan perkembangan hukum masyarakat, khususnya masyarakat muslim. Perluasan tersebut antara lain meliputi ekonomi syariah. Dalam kaitannya dengan perubahan Undang-undang ini pula, kalimat yang terdapat dalam penjelasan umum UU no. 7 Tahun 1989 tentang PA UU PA No.789 yang menyatakan: “Para pihak sebelum berperkara dapat mempertimbangkan untuk memilih hukum apa yang digunakan dalam pembagian waris”, dinyatakan dihapus. Dalam usaha memperkuat prinsip Kekuasaan Kehakiman KK yang merdeka, sesuai dengan tuntunan reformasi di bidang hukum, telah dilakukan perubahan terhadap Undang-undang Nomor 14 Tahun 1970 tentang Ketentuan- ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman UUK2PKK No. 141970 sebagaimana telah diubah dengan UU Nomor 35 Tahun 1999 tentang perubahan atas UUK2PKK No. 141970, sebagaimana terakhir telah diganti menjadi UU Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman UUKK No. 42004. Demikian juga halnya telah dilakukan perubahan UU Nomor 14 Tahun 1985 tentang MA UUMA No. 141985 dengan UU No. 5 Tahun 2005 tentang perubahan atas UU Nomor 14 Tahun 1985 tentang MA. 19 Abdul Manan, Etika Hakim Dalam Penyelenggaraan Peradilan “Suatu Kajian Dalam Sistem Peradilan Islam”, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2007, h. 240-241 51 Penggantian dan perubahan kedua Undang-undang tersebut secara tegas telah mengatur pengalihan organisasi, administrasi, finansial dan senua lingkungan peradilan ke MA. Dengan demikian, organisai, administrasi dan finansial badan peradilan di lingkungan Peradilan Agama yang sebelumnya masih berada di bawah Departemen Agama berdasarkan UUPA No. 7 Tahun 1989 sedah tidak lagi berada di bawah Departemen Agama. 20

D. Tujuan Perumusan Kompilasi Hukum Islam KHI