Kadar Dan Hikmah Wasiat

31 tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah Al Quran dan Rasul sunnahnya, jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. yang demikian itu lebih utama bagimu dan lebih baik akibatnya”. QS. An-Nisa 04: 59

E. Kadar Dan Hikmah Wasiat

Telah diketahui kadar atau batas maksimal memberikan wasiat itu adalah sepertiga dari harta peninggalan. Ketentuan tersebut berdasarkan Hadis Nabi SAW di bawah ini : ﮫﯿﺑا ﻦﻋ صﺎﻗو ﻰﺑا ﻦﺑ ﺪﻌﺳ ﻦﺑ ﺮﻣﺎﻋ ﻦﺑ ىﺮھز ﻦﻋ ﺔﻨﯿﯿﻋ ﻦﺑ نﺎﯿﻔﺳ ، ﺮﻤﻋ ﻰﺑا ﻦﺑا ﺎﻨﺛﺪﺣ لﺎﻗ : ، تﻮﻤﻟا ﻰﻠﻋ ﮫﻨﻣ ﺖﯿﻔﺷا ﺎﺿﺮﻣ ﺢﺘﻔﻟا مﺎﻋ ﺖﺿﺮﻣ ﻢﻠﺳو ﮫﯿﻠﻋ ﷲا ﻰﻠﺻ ﷲا لﻮﺳر ﻲﻧﺎﺗًﺎﻓ ﺖﻠﻘﻓ ،ﻲﻧدﻮﻌﯾ : لﺎﻗ ؟ ﮫﻠﻛ ﻲﻟﺎﻤﺑ ﻲﺻوﺄﻓأ ﻲﺘﻨﺑا ﻻإ ﻲﻨﺛﺮﯾ ﺲﯿﻟو اﺮﯿﺜﻛ ﻻﺎﻣ ﻲﻟ نأ لﻮﺳر ﺎﯾ : ﻻ ﺖﻠﻗ ، : لﺎﻗ ؟ ﺮﻄﺸﻟﺎﻓ : ﺖﻠﻗ ،ﻻ : لﺎﻗ ؟ ﺚﻠﺜﻟﺎﻓ : ﺚﻠﺜﻟا . ءﺎﯿﻨﻏأ ﻚﺘﺛرو رﺬﺗ نا ﻚَﻧإ ، ﺮﯿﺜﻛ ﺚﻠﺜﻟاو سﺎﻨﻟا نﻮﻔﻔﻜﺘﯾ ﺔﻟﺎﻋ ﻢھرﺬﺗ نا ﻦﻣ ﺮﯿﺧ . ّيﺬﻣﺮﺘﻟا هاور . 24 Artinya: “ Dari Ibnu Abi ‘Umar, Sufyan bin Uyainah dari Zuhry dari ‘Amir bin Sa’ad bin Abi Waqash dari Bapaknya, bahwa ia berkata: “Rasulullah SAW pernah datang ke tempatku untuk melawat aku ketika aku sakit keras, lalu aku bertanya: Wahai Rasulullah, sesungguhnya sakitku sudah sangat payah sebagaimana yang engkau lihat sendiri, sedangkan aku ini adalah orang yang kaya dan tidak ada ahli waris lain selain anakku perempuan, apakah boleh aku menyedekahkan dua pertiga dari hartaku itu? Rasul menjawab: Jangan. Aku bertanya lagi: Bagaimana kalau separuhnya? Rasul menjawab lagi: Jangan. Aku bertanya lagi: Kalau sepertiga? Sepertiga, dan sekali lagi sepertiga itu sudah cukup banyak, karena sesungguhnya engkau jika meninggalkan ahli waris dalam keadaan cukup atau kaya akan lebih baik dari pada engkau meninggalkan mereka dalam keadaan kekurangan yang selalu menadahkan tangan kepada orang lain”. H.R. At-Turmudzi 24 Abi ‘Isa Muhammad bin ‘Isa bin Sawrah at-Turmudzi, Sunan at-Turmudzi, Beyrut: Dar al-Fikr, 1994, Juz 3, h. 40 32 Fuqaha sepakat bahwa orang yang meninggalkan ahli waris tidak boleh memberikan lebih dari sepertiga hartanya. Namun mereka berselisih dengan orang yang tidak meninggalkan ahli waris, dan tentang besarnya barang wasiat yang utama. 25 Bila si pewasiat itu mempunyai ahli waris, maka dia tidak boleh mewasiat lebih dari sepertiga. Apabila hendak mewasiatkan lebih dari sepertiga, maka wasiat tersebut tidak dapat dilaksanakan melainkan atas izin ahli waris. Adapun untuk merealisasikan hal tersebut diperlukan dua syarat, sebagai berikut: 1. Agar permintaan izin dari ahli waris dilakukan setelah pewasiat meninggal, sebab sebelum ia meninggal orang yang memberi izin itu belum mempunyai hak. 2. Agar pemberi izin mempunyai kompetensi yang sah dan tidak dibatasi karena kedunguan atau kelalaian di waktu memberi izin. 26 Para fuqaha yang berpendapat bahwa wasiat yang utama itu kurang dari sepertiga adalah mengambil alasan dengan adanya hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari Muslim yang menerangkan bahwa wasiat itu harus tidak lebih dari sepertiga dan sepertiga itu sudah dalam kategori banyak, karena hal itu dikhawatirkan berdampak kurang bagus pada keturunan yang ditinggalkan. Adapun hikmah disyariatkannya wasiat adalah untuk memenuhi kewajiban bagi al-mushy yang mempunyai hutang kepada sesama manusia dan kepada Allah 25 Ibnu Rusyd, Bidayatul Mujtahid wa Nihayatul Muqtashid, Terjemahan A. Hanafi, MA, Jakarta: Bulan Bintang, 1990, Jilid 10, h. 6-7 26 Sayyid Sabiq, h. 223 33 SWT, karena ketentuannya juga untuk menambah amal perbuatan dan menyempurnakan amal kebajikan dengan cara bershadaqah kepada orang lain yang membutuhkannya. Karena itu dalam wasiat terdapat unsur pemindahan haq milik harta benda yang diberikan secra ikhlas dan didorong semata-mata untuk taqarrub kepada Allah SWT.

F. Hal-hal Yang Membatalkan Wasiat