Pendahuluan Torsi Murni pada Penampang Homogen

32

2.5 Torsi

2.5.1 Pendahuluan

Pengaruh torsipuntir terkadang sangat berperan penting dalam desain struktur. Kasus torsi sering dijumpai pada balok induk yang memiliki balok-balok anak dengan bentang yang tak sama panjang. Profil yang paling efisien dalam memikul torsi adalah profil bundar berongga seperti cincin. Penampang ini lebih kuat memikul torsi daripada penampang bentuk I, kanal, T, siku, atau Z dengan luas yang sama. Suatu batang pejal bulat bila dipuntir, maka tegangan geser pada penampang di tiap titik akan bervariasi sesuai jaraknya dari pusat batang, dan penampang yang semula datar akan tetap datar serta hanya berputar terhadap sumbu batang. Pada tahun 1853 muncul teori klasik torsi dari Saint-Venant, ia mengatakan bahwa jika batang dengan penampang bukan lingkaran, bila dipuntir maka penampang yang semula datar tidak akan menjadi datar lagi setelah dipuntir, penampang ini menjadi terpilin warping keluar bidang.

2.5.2 Torsi Murni pada Penampang Homogen

Perhatikan momen torsi, T, yang bekerja pada batang pejal homogen. Asumsikan tidak ada pemilinan warping ke luar bidang. Kelengkungan torsi θ diekspresikan sebagai: θ = d∅ dz 2.44 Dan regangan geser γ, dari suatu elemen sejarak r dari pusat adalah : γ = r. d∅ dz = r. θ 2.45 Universitas Sumatera Utara 33 Dari hukum Hooke, tegangan geser akibat torsi: = γ.G 2.46 Gambar 2.14 Torsi Pada Batang Pejal Torsi T adalah sedemikian sehingga: dT = τ. d. A. r = γ. G. d. A. r = r 2 . d∅ dz .G.dA 2.47 Mengintegralkan persamaan 2.47 sehingga akan diperoleh: T = r 2 . d∅ dz . G. dA = d∅ dz . G r 2 . dA = GJ d∅ dz 2.48 Dimana : G = modulus geser = E 2 1+v J = konstanta torsi, atau momen inersia polar untuk penampang lingkaran Tegangan geser, , dari persamaan 2.45 dan 2.46 adalah: = r. d∅ dz .G = T.r J 2.49 Universitas Sumatera Utara 34 Dari persamaan 2.49 dapat disimpulkan bahwa regangan geser akibat torsi sebanding dengan jarak dari titik pusat torsi. Penampang Lingkaran Perhatikan penampang berbentuk lingkaran dengan jari-jari r 1 dan r 2 dimana r 1 r 2 Gambar 2.15 Penampang Lingkaran J = r 2 . dA = 2πr 3 . dr r 2 J = 1 2 . π. r 4 r 2 r 1 = 1 2 . π. r 2 4 − r 1 4 J = 1 2 . π. r 2 2 − r 1 2 r 2 2 + r 1 2 = π 2 . r 2 − r 1 r 2 + r 1 r 2 2 + r 1 2 J = π. t 2 . r 2 + r 1 r 2 2 + r 1 2 Jika r 2 = r 1 + t maka r 2 2 = r 1 + t 2 = r 1 2 + 2r 1 t + t 2 Maka J = π. t 2 . 2r 1 + t 2r 1 2 + 2r 1 t + t 2 Untuk r 1 = 0, maka: J = π. t 2 . t 3 = π. t 4 2 = π 32 2. t 4 = 1 32 . π. d 4 Universitas Sumatera Utara 35 τ maks = T. d 2 1 32 . π. d 4 = 16. T π. d 4 Untuk t → 0, maka: J = π. t 2 . r 1 2 + 1 r 1 . r 1 2 . 2 + 2 t r 1 + t 2 r 1 2 ≈ 2π. t 2. r 1 3 8 J = 1 4 . π. t. d 3 τ maks = T. d 2 + t 1 4 . π. t. d 3 ≈ 2. T 3 π. t. d 2 Penampang Persegi Perhatikan penampang persegi yang mengalami geser akibat torsi, pada gambar Regangan geser = γ Gambar 2.16 Torsi Pada Penampang Persegi Regangan geser, γ adalah: γ = 2. d∅ dz . t 2 = t. d∅ dz 2.50 Berdasarkan hukum Hooke, tegangan geser, , diekspresikan sebagai: = γ.G = t.G. d∅ dz = T.t J 2.51 Universitas Sumatera Utara 36 Dari teori elastisitas, τ � terjadi di tengah dari sisi panjang penampang persegi dan bekerja sejajar sisi panjang tersebut. Besarnya merupakan fungsi dari rasio bt dan dirumuskan sebagai: τ � = k 1 .t b.t 2 2.52 Dan konstanta torsi penampang persegi adalah: J = k 2 . b. t 2 2.53 Besarnya k dan k tergantung dari rasio bt, dan ditampilkan dalam tabel 2.3 bt 1 1,2 1,5 2 2,5 3 4 5 ∞ k 4,81 4,57 4,33 3,88 3,88 3,75 3,55 3,44 3 k 0,141 0,166 0,196 0,229 0,249 0,263 0,281 0,291 0,333 Tabel 2.3 Harga k dan k untuk persamaan 2.52 dan 2.53 Profil I, Kanal, T dan Siku Dari Tabel 2.3 tampak untuk bt yang besar maka harga dan akan cenderung konstan. Untuk penampang-penampang berbentuk I, kanal, T dan siku, maka perhitungan konstanta torsinya diambil dari penjumlahan konstanta torsi masing- masing komponenya yang berbentuk persegi, sehingga dalam hal ini: J = 1 3 .b. t 3 2.54 Universitas Sumatera Utara 37

2.5.3 Tegangan Puntir pada Profil I