SUSUT BAKAR SINTERING TINJAUAN PUSTAKA

Pada gambar terlihat bahwa berkas sinar-X yang dipantulkan oleh lapisan bawah memiliki lintasan yang lebih panjang. Beda lintasan sinar 1 dengan sinar 2 adalah CB + BD = 2 d sin θ Agar terjadi interferensi maksimum saling memperkuat, sinar 1 dan sinar 2 harus sefase, hal ini berarti bahwa beda lintasan kedua sinar harus sama dengan panjang gelombang sinar atau kelipatannya. Jadi hubungannya yang harus dipenuhi adalah 2 d sin θ = n λ ..................................................................................................... 2.1 Persamaan ini dinamakan dengan persamaan Bragg. Dimana : λ = panjang gelombang sinar-X n = orde difraksi θ = Sudut hamburan Bragg d = Jarak antar bidang Besar sudut difraksi tergantung pada panjang gelombang λ dan jarak d antar bidang.

2.6. SUSUT BAKAR

Pengukuran susut bakar dilakukan pada sampel uji berbentuk pelet silinder pejal kecil dan silinder berongga. Susut bakar ini terdiri dari dua bagian yaitu : a. Susut bakar volum adalah perbandingan perubahan volum ΔV dengan volume sampel sebelum dilakukan pembakaran. susut bakar volum = 100 o s o V V V − ……..... …... 2.2 Tao Nainggolan: Pembuatan Keramik Berpori Denan aditif Cangkang Kelapa Sebagai Filter Gas Buang Kendaraan Bermotor, 2008. USU e-Repository © 2008 b. Susut bakar massa adalah perbandingan perubahan massa Δm dengan massa sampel sebelum dilakukan pembakaran mo susut bakar massa = 100 . o s o m m m − …………….. 2.3 dimana : V o = Volum sampel sebelum dibakar cm 3 V s = Volum sampel setelah dibakar cm 3 m o = Massa sampel sebelum dibakar gram m s = Massa sampel setelah dibakar gram Susut bakar umumnya terjadi akibat hilangnya air akibat penguapan dan hilangnya zat adiktif dari dalam keramik dan butiran kecil menyatu aktif terhadap butiran besar. Kekosongan yang terjadi akan diisi oleh bahan fluks pelebur, hal inilah yang mungkin dapat menyebabkan berkurangnya massa dan volume sampel.

2.7 SINTERING

Sintering adalah proses yang dilakukan pada sampel untuk mendapatkan keramik yang kuat melalui suatu tahapan pemanasan, tujuannya adalah untuk memadatkan bubuk keramik hingga permukaannya kecil, volum berkurang dan bertambah berat serta padat, karena butiran-butirannya saling menyatu membentuk ikatan yang kuat, peristiwa ini dapat terjadi karena adanya suatu mekanisme transport material diantara butir proses difusi dan sumber energi untuk mengaktifkan transport tersebut. Tao Nainggolan: Pembuatan Keramik Berpori Denan aditif Cangkang Kelapa Sebagai Filter Gas Buang Kendaraan Bermotor, 2008. USU e-Repository © 2008 pori ukuran dan bentuk Perubahan Untuk memperoleh sifat yang diperlukan, menghilangkan kandungan air yang terdapat dalam sampel, bahan yang telah dibentuk dibakar sampai suhu tertentu sehingga diperoleh bahan keramik yang kuat dan padat. Selama pembakaran, pada transformasi dari keadaan awal sampai bahan keramik kuat dan padat, terdapat dua perubahan penting yaitu perubahan bentuk pori tanpa mengalami perubahan ukuran pori dan perubahan bentuk dan ukuran pori. Secara keseluruhan, kedua perubahan tersebut menyebabkan keporian berkurang pada keramik umumnya, reaksi tersebut dapat berupa reaksi keadaan padat membentuk fase baru. Proses terjadinya kedua perubahan tersebut di atas dapat dijelaskan pada Gambar 2.2 Lo Gambar 2.2. Perubahan Bentuk dan Ukuran Pada Pori pori bentuk Perubahan a b c Δ l Tao Nainggolan: Pembuatan Keramik Berpori Denan aditif Cangkang Kelapa Sebagai Filter Gas Buang Kendaraan Bermotor, 2008. USU e-Repository © 2008 P Sebagai model untuk menggambarkan terjadinya proses sintering, pada Gambar 2.3 ditunjukkan dua buah butiran yang saling bersinggungan. Antara kedua partikel terdapat leher dengan radius kelengkungan P. Tekanan uap pada daerah leher lebih rendah dari pada tekanan uap pada permukaan butiran. Akibat perbedaan tekanan tersebut, material pada permukaan butiran cenderung pindah ke daerah leher dengan cara evaporasi kondensasi. Akibat adanya perpindahan material, maka bentuk pori semakin mendekati bentuk pola dan ukuran yang lebih kecil Gambar 2.2 C. Pembakaran keramik pada umumnya menghasilkan porositas yang kecil pada temperatur yang tinggi. Gambar 2.3. Tahap Awal Sintering dengan Cara Evaporasi dan Kondensasi Struktur pori dapat diperoleh dengan beberapa cara : a. Proses pembakaran berlangsung dengan cara yang sama. Struktur pori akan terbentuk dengan baik dengan luas permukaan yang besar b. Campuran partikel aditif berdiameter lebih dari 20 mm dicampur dengan serbuk keramik, maka setelah pembentukan dan pembakaran akan dihasilkan ukuran pori yang bersesuaian. Partikel-partikel dalam campuran serbuk keramik dengan L Tao Nainggolan: Pembuatan Keramik Berpori Denan aditif Cangkang Kelapa Sebagai Filter Gas Buang Kendaraan Bermotor, 2008. USU e-Repository © 2008 campuran aditif akan memerlukan lebih dari 20 volum bila porositasnya masih ada. c. Porositas yang tinggi dapat diamati dari banyaknya partikel yang saling terikat. Porositas yang kontiniu dan tidak kontiniu akan bersesuaian dengan komposisi binder dan sedikit perobahan pada saat pembentukan dan pembakaran. Bahan- bahan yang dihasilkan mempunyai pori yang lebar dapar dihasilkan dengan cara ini.

2.8 KEKERASAN