Tata letak Layout URAIAN TEORETIS

Freddy Donal NWT Samosir : Analisis Pengaruh Antara Layout Tata Letak Terhadap Pembelian Impulsif Pada Outlet Indomaret Jamin Ginting Medan, 2009. USU Repository © 2009 20 Menurut Schiffman dan Kanuk dalam Tjiptono 2003:40, Perilaku konsumen adalah perilaku yang ditunjukkan oleh konsumen dalam mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi dan menghentikan konsumsi produk, jasa dan gagasan. Sehingga dapat dikatakan bahwa perilaku konsumen menyangkut perilaku seseorang dalam mendapatkan dan menghabiskan produk atau jasa termasuk proses pengambilan keputusannya. Perilaku konsumen menurut Kotler 2003 : 203 dapat dipahami melalui rangsangan pemasaran dan lingkungan yang masuk ke kesadaran pembeli serta karakteristik pembeli dan proses pengambilan keputusannya yang kemudian menghasilkan keputusan pembelian tertentu. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen tersebut adalah faktor sosial, budaya, pribadi dan kekuatan psikologis, dimana faktor budaya dikatakan mempunyai pengaruh yang paling luas dan paling dalam.

C. Tata letak Layout

Menurut Amir 2004:106 dalam merancang tata letak, harus dengan mempertimbangkan seluruh aspek terkait yang bersifat terintegratif. Dengan mempertimbangkan beberapa hal yaitu pertama, apakah sudah sesuai dengan target pasar. Kedua, bagaimana kesesuaian toko dengan barang yang dijajakan,apa sajakah barang yang ada, kelancaran arus keluar masuknya barang, pelaksanaan kebersihannya, bagaimana dengan klasifikasi barang, apakah semuanya sudah saling mendukung. Layout toko dapat mempengaruhi berapa lama konsumen tinggal di toko, berapa banyak produk yang dilihat lewat kontak visual dan route yang mesti Freddy Donal NWT Samosir : Analisis Pengaruh Antara Layout Tata Letak Terhadap Pembelian Impulsif Pada Outlet Indomaret Jamin Ginting Medan, 2009. USU Repository © 2009 21 dijalani konsumen. Faktor-faktor itu mempengaruhi produk apa saja dan berapa banyak yang dibeli. Satu prinsip mendasar dalam layout toko ialah pengelompokan kelas-kelas produk pelengkap. Dalam toko swalayan misalnya, shampo akan berada di dekat bagian semir rambut dan tonik rambut. Di toko busana, atasan gaun wanita akan dekat dengan rok-rok. Ada berbagai jenis dan variasi layout toko; dua tipe dasar ialah grid layout dan free-flow layout. 1. Grid layout Pada Grid layout, tata letak toko dibuat berlajur-lajur. Lajurnya terdiri atas lorong-lorong, dimana disetiap lorong diletakkan barang khusus. Jenis ini sudah umum digunakan di toko dan supermarket. Dengan konsep tata letak grid ini diharapkan barang yang bisa dipajang cukup banyak, tapi cukup memberikan keleluasaan bagi pelanggan untuk bergerak. Yang harus dipertimbangkan dalam metode ini adalah barang-barang mana yang harus kita tampilkan di lorong utama, biasanya adalah barang-barang yang paling laris. Denah dalam ruangan umumnya adalah semua counter dan fixture berada pada sudut kanan untuk masing-masing counter lainnya dan menyerupai suatu maze, dengan counter-counter barang yang berfungsi sebagai perintang terhadap arus lalu lintas. Layout ini dirancang guna meningkatkan jumlah produk yang dilihat ke konsumen lewat kontak visual, sehingga menambah probabilitas pembelian. Desain grid membantu mengarahkan konsumen ke bagian penyimpanan produk-produk yang lebih menguntungkan. Teknik-teknik grid layout mendongkrak probabilitas kembalinya konsumen ke toko tersebut dan memungkinkan ‘pola lalu lintas’ yang sama pada kunjungan berikutnya. Freddy Donal NWT Samosir : Analisis Pengaruh Antara Layout Tata Letak Terhadap Pembelian Impulsif Pada Outlet Indomaret Jamin Ginting Medan, 2009. USU Repository © 2009 22 2. Free-flow Layout Tata letak alur-bebas Pada sistem ini, barang-barang diletakkan secara mengelompok dengan pola yang memudahkan pelanggan leluasa hilir mudik. Meskipun agak tidak teratur, pelanggan bebas untuk melihat kelompok-kelompok barang. Diharapkan dengan tata letak seperti ini para pelanggan dapat melihat-lihat, memilih lebih banyak pilihan barang dari satu tempat ke tempat lain. Dalam suatu layout alur-bebas, barang dan peralatan tetap dikelompokkan ke dalam pola-pola yang mengikuti aliran yang tidak terstruktur dari lalu lintas konsumen. Barang dibagi atas dasar fixture dan tanda-tanda penunjuk, dan konsumen dapat masuk ke dalam kontak visual dengan semua departemen dari titik-titik di dalam toko tersebut. Manajemen alur-bebas terutama bermanfaat untuk mendorong belanja rileks dan mendorong pembelian impulsif. Dibandingkan dengan sistem grid, metode free- flow ini menuntut biaya yang lebih tinggi karena konsekuensinya adalah penyediaan barang yang lebih luas. Dalam pengelolaan visual merchandise, unsur kreatif sangat diperlukan. Perusahaan ritel basar biasanya memiliki bagian khusus yang menangani hal ini. Banyak yang bisa dibuat oleh pelaku ritel bila selalu mengembangkan daya kreativitasnya. Salah satu diantaranya adalah dengan mempelajari, bagaimana perusahaan komunikasi secara kreatif mengembangkan berbagai fasilitas untuk mengelola visual merchandise toko. Salah satu aspek penting lagi dalam tata letak adalah keterkaitan antara barang yang satu dengan barang yang lainnya. Misalnya, barang-barang seperti perlengkapan bayi tidak dijual disisi buah-buahan. Sehingga dapat terlihat jelas pengelompokan barang berdasarkan klasifikasi dan jenisnya. Freddy Donal NWT Samosir : Analisis Pengaruh Antara Layout Tata Letak Terhadap Pembelian Impulsif Pada Outlet Indomaret Jamin Ginting Medan, 2009.