Ashâb Al-Yamîn Ayat 8, 27 - 40

b. Ashâb Al-Yamîn Ayat 8, 27 - 40

Surat al- Wâqi‟ah ayat 8  َ  َ  َ  َ  َ  َ “Yaitu golongan kanan. alangkah mulianya golongan kanan itu.” Ayat 8 menjelaskan golongan yang kedua, yakni golongan kanan. Al-Marâghî menafsirkan ayat ini, bahwa golongan kanan adalah yang mengambil buku-buku catatan mereka dengan tangan kanan mereka. Betapakah keadaan, sifat dan kebahagiaan mereka. Maksudnya, bahwa mereka berada dalam keadaan yang sangat baik dan sempurna. 63 Surat al- Wâqi‟ah ayat 27 - 34  َ  َ  َ  َ  َ  َ  َ  َ  َ  َ  َ  َ  َ  َ  َ  َ  َ  َ  َ  َ  َ  َ  َ  َ  َ  َ  َ  َ  َ  َ “Dan golongan kanan, alangkah bahagianya golongan kanan itu. Berada di antara pohon bidara yang tak berduri, Dan pohon pisang yang bersusun-susun buahnya, Dan naungan yang terbentang luas, Dan air yang tercurah, Dan buah-buahan yang banyak, Yang tidak berhenti berbuah dan tidak terlarang mengambilnya. Dan kasur-kasur yang tebal lagi empuk. ” Al-Marâghî menafsirkan ayat 27 ini, bahwa golongan kanan adalah mereka yang berada dalam puncak kemegahan dan berderajat tinggi, serta berkedudukan luhur. 64 Uslub seperti ini terdapat dalam bahasa arab untuk memberi pengertian Mubalâghah bersangatan dalam memuji ataupun 63 Al-Marâghî, Tafsîr Al-Marâghî, h.133 64 Al-Marâghî, Tafsîr Al-Marâghî, h.138 mengecam. Orang Arab mengatakan Fulan mâ fulan si fulan, siapakah fulan itu?. 65 Selanjutnya Allah SWT. menerangkan lebih lanjut tentang hal ihwal Ashâbu al-Yamîn yang tadi dinyatakan secara mubham. Ayat 28 sampai 33 ditafsirkan oleh al-Marâghî secara rinci bahwa mereka menikmati surga-surga yang di dalamnya terdapat pohon bidara yang tiada berduri lagi, tidak seperti pohon bidara liar di dunia. Di sana terdapat pohon pisang yang penuh dengan buah, sehingga tampaknya tidak mempunyai batang buah. Dan terdapat pula naungan rindang yang melindungi mereka dari sengatan panas dan deraan matahari. Kemudian terdapat air yang tercurah bagi penghuni surga agar tidak perlu bersusah payah memperolehnya. Ada pula di sana bermacam-macam buah-buahan yang tiada terputus buat selama-lamanya, dan tidak terlarang bagi mereka, kapan saja mereka menginginkan dan menghendakinya. Ayat 34, kata furusy شرف diterjemahkan dengan kasur, yakni bentuk jama‟ dari firasy. Beliau menafsirkan ayat ini, bahwa mereka duduk di atas kasur-kasur empuk yang tersusun tinggi, tidak melelahkan orang yang duduk di atasnya. 66 Surat al- Wâqi‟ah ayat 35 - 40  َ  َ  َ  َ  َ  َ  َ  َ  َ  َ  َ  َ  َ  َ  َ  َ  َ  َ  َ  َ  َ “ Sesungguhnya kami menciptakan mereka Bidadari-bidadari dengan langsung, Dan kami jadikan mereka gadis-gadis perawan. 65 Al-Marâghî, Tafsîr Al-Marâghî, h.138 66 Al-Marâghî, Tafsîr Al-Marâghî, h.139 Penuh cinta lagi sebaya umurnya. Kami ciptakan mereka untuk golongan kanan, yaitu segolongan besar dari orang-orang yang terdahulu. Dan segolongan besar pula dari orang-orang yang kemudian. ” Makna „uruban برع – pada ayat 37 – merupakan bentuk jama‟ dari „urub yang berarti penuh cinta. Al-Marâghî menafsirkan ayat 35 sampai 38 bahwa, sesungguhnya Allah telah menyediakan bidadari-bidadari itu sebagai wanita-wanita gadis, perawan yang dicintai oleh suami mereka. Karena mereka melayani suami mereka dengan baik. Mereka semua sebaya umurnya, yang satu tidak berbeda dari yang lain. Dan kami berikan bidadari-bidadari itu untuk golongan kanan Ashâb al-Yamîn. Pada ayat 38 terjadi pengulangan kata Ashâb al-Yamîn نيميلا حصأ yang artinya untuk golongan kanan. Menurut penafsiran al-Marâghî, penyebutan Ashâb al-Yamîn di sini diulangi sebagai penguat dan pernyataan, bahwa hal itu benar-benar akan terjadi tahqîq. 67 Lalu ayat 39 dan 40 menjelaskan bahwa Ashâb al-Yamîn adalah segolongan besar dari kaum mukminin dari umat terdahulu dan segolongan besar dari kaum mukminin umat Muhammad SAW. Kemudian al-Marâghî menambahkan bahwa Allah tidak menyatakan tentang Ashâb al-Yamîn itu Jazâ‟an bimâ kânû ya‟malûn, seperti halnya yang dikatakan tentang para Sâbiqûn pada ayat 24. Hal itu tak lain sebagai isyarat bahwa amal dari Ashâb al-Yamîn, belumlah apa-apa jika dibanding dengan amal para Sâbiqûn. 68 67 Al-Marâghî, Tafsîr Al-Marâghî, h.139 68 Al-Marâghî, Tafsîr Al-Marâghî, h.139

c. Ashâb Al-Syimâl Ayat 9, 41 - 56