Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Al- Qur‟ân adalah Kalâm Allâh yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW. melalui perantara Jibril. Kitab suci ini memiliki kekuatan luar biasa yang di luar kemampuan apapun, sebagaimana firman Allah SWT.:               “Kalau sekiranya Kami turunkan Al-Quran Ini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan ketakutannya kepada Allah.” Q.S. Al-Hasyr59:21 Untuk mengungkap dan menjelaskan itu semua, tidaklah memadai bila seseorang hanya mampu membaca dan melunakkan bacaan Al- Qur‟ân dengan baik. Namun yang diperlukan itu lebih pada kemampuan memahami dan mengungkap isi serta mengetahui prinsip-prinsip yang terkandung di dalamnya. Kemampuan seperti inilah yang disebut tafsîr. 1 Sebab dikatakan, “Tafsir adalah kunci untuk membuka gudang simpanan yang tertimbun dalam Al- Qur‟ân. 1 Kata tafsîr adalah bentuk masdar dari kata fassara, yang berarti menguraikan dan menjelaskan segala sesuatu yang dikandung Al- Qur‟ân. Tidak ada istilah atau term dalam Islam yang cukup bisa menjelaskan proses penalaran yang produktif dalam Islam selain kata tafsîr. Tafsîr, dalam pengertiannya yang lebih luas, adalah dialog antara teks Al- Qur‟ân yang memuat cakrawala makna di dalamnya, dengan horizon pengetahuan manusia dan problematika kehidupannya yang terus mengalami perubahan dan dinamika yang tidak pernah berhenti. Dengan demikian, kekayaan dan signifikansi teks Al- Qur‟ân sangat tergantung pada pencapaian pengetahuan sang penafsir. Semakin tinggi tingkat pengetahuan dan keilmuan penafsir, makin beragam dan signifikan pula makna yang dihasilkan. Lihat Abd. Muin Salim, Metodologi Ilmu Tafsir, tanpa penerbit tt, tpn, 2005, cet. Ke-1, h.5 Tanpa tafsir orang tidak akan bisa membuka gudang simpanan tersebut untuk mendapatkan mutiara dan permata yang ada di dalamnya”. 2 Di dalam Al- Qur‟ân, banyak sekali ayat-ayat yang membicarakan tentang kisah. Pemberian tempat mengenai kisah-kisah di dalam Al- Qur‟ân mempunyai tujuan agar manusia dapat mengambil pelajaran dan mengambil hikmah serta manfaat dari peristiwa tersebut. Surat al-Wâ qi‟ah merupakan salah satu surat yang turun sebelum Nabi Muhammad SAW. berhijrah ke Madinah yang berisi 96 ayat. Surat ini diawali dengan penjelasan tentang terjadinya hari kiamat dan peristiwa-peristiwa yang terjadi pada hari itu yang dilanjutkan dengan penjelasan bahwa manusia, pada hari itu, terbagi ke dalam tiga golongan. Kemudian dilengkapi dengan penjelasan rinci tentang kenikmatan dan siksaan yang sesuai dengan kadar kesalehan dan kekafiran masing-masing golongan. Ayat-ayat selanjutnya memaparkan beberapa bentuk karunia Allah, wujud nyata kekuasaan-Nya yang ada pada ciptaan-Nya seperti tanaman, air dan neraka, sehingga menjadikan- Nya pantas untuk dipuji dan disucikan. Ayat-ayat dalam surat ini juga bersumpah atas kedudukan Al- Qur‟ân yang harus disucikan dan mencela sikap- sikap orang-orang kafir yang mendustakannya. Padahal seharusnya mereka bersyukur. Sesudah itu surat ini membicarakan secara global tiga golongan yang telah disebutkan secara rinci di muka beserta kenikmatan dan siksaan yang berhak diterima oleh masing-masing. Surat ini ditutup dengan penegasan 2 M. Yunan Yusuf, Karakteristik Tafsir Al- Qur‟ân di Indonesia Abad Keduapuluh, Tanpa Penerbit tt, tnp, tth, h. 50 bahwa apa yang ada dalam surat ini merupakan keyakinan yang jelas dan kebenaran yang tetap sehingga Allah pantas untuk disucikan. 3 Ada di antara beberapa surat yang memiliki nilai fadilah atau keutamaan jika membacanya. Di antaranya surat Yâsîn, surat al-Rahmân, surat al-Mulk, termasuk salah satunya adalah surat al- Wâqi‟ah itu sendiri. Dan tidak sedikit hadis yang mendukung keutamaan beberapa surat yang terdapat di dalam Al- Qur‟ân. Ada dua hadis yang menjelaskan Keutamaan Surat al-Wâ qi‟ah, diantaranya; َ وَ ع َ دْوُعْس مَُنْبِاَ ْن َ َ لا قَُْ عَهاَ يِض ر َ: َِْي ل عَُهاَىَل صَِهاَ لْوُس رَ ُتْعِ َ َُلْوُق يَ مَل س و َ: َّلُكَ َِِِة عِقا وْلاَ ة رْوُسَ أ ر قَْن م اًد ب أًَة قا فَُْبِصُتَْ ََ ة لْ ي ل 4 Dari Ibnu M as‟ûd RA. berkata: saya mendengar Rasulullah SAW. berkata: “Barang siapa yang membaca surat al-Wâqi‟ah tiap malam maka orang itu tidak akan pernah ditimpa kefakiran selama- lamanya” َ ع َ مَل س وَِْي ل عَُهاَىَل صَِهاَ ِلْوُس رَْن عَ س ن أَْن َ: َِة عِقا وْلاَ ة رْوُسَْمُك ءا سِنَاْوُمَل ع َ هَ نِإ ف َ نِغْلاَُة رْوُسَا 5 َ Dari Anas dari Rasulullah SAW. berkata: “Ajarkanlah istri-istrimu surat al- Waqi‟ah karena sesungguhnya surat al-Waqi‟ah adalah surat kekayaan” 3 Abdussabur Syahin, Sejarah Al- Qur‟ân,Trjmh. Prof. Dr. Ahmad Bachmid, Lc., Jakarta:PT.Rehal Republika,2008,Cet.1, Jld.3 h.66 4 Muhammad bin Abdullah al-Khatîb at-Tabrîzî, Musykâtul Mashâbih, kitâb fad â‟il al- qur‟ân, Juz 1, Dârul Fikr.1991, h. 682 5 Ibn Hisân Al-Dîn Al-Hindi, Kanzun Al-Umâl, fî sunan al-aqwâl wa al- af‟âl, Juz.1, Beirut: Muassasah al-Risâlah, 1989, h. 582 Kajian fenomenal di dalam Al- Qur‟ân mengenai kiamat ةعق ول merupakan bahan wacana yang seharusnya menjadi kajian yang urgen dalam setiap rentan waktu yang tak terbatas, selain menambah kamajemukan berpikir juga merupakan wadah setiap manusia untuk meningkatkan setiap detik kesadaran religinya dan meningkatkan kepada mereka bahwa kiamat itu semakin dekat. Allah SWT. menggambarkan tentang kejadian ini di dalam surat ini Al- Wâqi‟ah, bahwa Dia merendahkan suatu kaum dan mengangkat derajat kaum yang lain. Lalu bumi ketika itu bergoncang sehingga gunung-gunung dan bangunan-bangunan yang ada di atasnya roboh. Kemudian gunung-gunung berhamburan seperti debu yang berhamburan di udara. Hingga manusia di waktu itu terbagi menjadi tiga golongan, yaitu golongan kanan, golongan kiri, dan orang-orang yang bersegera kepada kebaikan. 6 Firman Allah SWT.:                    “Dan kamu menjadi tiga golongan. Yaitu golongan kanan alangkah mulianya golongan kanan itu. Dan golongan kiri alangkah sengsaranya golongan kiri itu. Dan orang- orang yang beriman paling dahulu.” Q.S. Al- Wâqi‟ah56 :7-10 6 Ahmad Mustafa al-Marâghî, Tafsir al-Marâghî, Trjmh. Bahrun Abu Bakar, Cet. Ke- Dua, Juz.XXVII, 1989. h.231 Firman Allah SWT.:                    “Dan semua kisah dari rasul-rasul kami ceritakan kepadamu, ialah kisah- kisah yang dengannya kami teguhkan hatimu; dan dalam surat Ini Telah datang kepadamu kebenaran serta pengajaran dan peringatan bagi orang- orang yang beriman.” Q.S. Hûd11: 120 Berdasarkan ayat di atas, penulis merasa tertarik untuk mendalami kisah-kisah yang terdapat dalam Al- Qur‟ân, termasuk ayat-ayat yang mem- bahas perihal hari akhir atau kiamat. Dan kali ini penulis akan mencoba menganalisa kembali surat Al- Wâqi‟ah. Karena surat ini juga sudah tidak asing lagi ditelinga masyarakat, layaknya surat Yâsîn, al-Rahmân dan Al-Mulk yang sering dibaca pada waktu-waktu dan momen-momen tertentu. Namun penulis hanya memfokuskan sebuah kisah yang terdapat dalam surat Al-Wâqiah pada ayat 7-56, yang berkenaan dengan tiga golongan manusia pada hari kiamat. Penulis juga tertarik untuk membuat kajian analisa perbandingan terhadap Tafsir Al-Marâghî yang dikarang oleh Ahmad Mustafa Al-Marâghî dengan Tafsir Al-Misbâh yang dikarang oleh M. Quraish Shihab. Karena dalam Analisa perbandingan kedua tafsir ini, penulis akan mengetahui tentang metode penafsiran, sistematika penulisan, corak pemikiran penafsir dan hal-hal yang berkait dengan karya kedua tafsir tersebut. Penulis juga bisa mengetahui apakah tafsir mereka terpengaruh dengan pemikiran mufassir. Karena kedua mufassir ini mempunyai kecenderungan atau keistimewaan masing-masing. Alasan penulis memilih tafsir al-Marâghî karena tafsir ini mengandung hal-hal baru yang relevan dengan kebutuhan umat Islam masa sekarang, yang ditandai dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam berbagai bidang. Selain itu, argumentasi Al- Qur‟ân menurut Al-Qur‟ân mengisyaratkan luas wawasan penafsiran yang dibangun olehnya. Begitu juga tafsir ini mengambil corak sastra budaya kemasyarakatan yang memang berorientasi pada kebutu- han dan kemaslahatan masyarakat. Sedangkan penulis memilih tafsir al-Misbâh karena kitab tafsir persembahan dari M. Quraish Shihab yang sangat representatif dalam dunia tafsir kontemporer, memiliki berbagai macam disiplin ilmu serta jangkauan pemahaman yang dinamis dan lebih komprehen- sif. Sedangkan tafsir al-Misbâh itu sendiri menggunakan metode gabungan antara metode tahlili dan metode maud u‟i. 7 Melihat latar belakang permasalahan di atas, maka penulis mencoba untuk membahasnya dalam sebuah kajian skripsi yang berjudul “TIGA GOLONGAN MANUSIA DALAM SURAT AL- WÂQI’AH AYAT 7 - 56; Kajian Analisa Perbandingan Antara Tafsir Al-Marâghî dengan Tafsir Al-Misbâh ”. B. Pembatasan dan Perumusan Masalah Berdasarkan masalah-masalah yang telah diuraikan di atas, agar pembahasan terfokus dan tidak melebar, maka penulis merasa perlu memberi batasan-batasan. Pertama, tidak semua ayat dalam surat Al- Wâqi‟ah yang dibahas, tetapi hanya pada ayat 7 sampai 56 saja. Kedua, tidak semua tafsir 7 Hamdani Anwar, Telaah kritis terhadap tafsir al-Misbah karya Quraish Shihab; dalam MIMBAR AGAMA DAN BUDAYA , Vol.XIX, No.2, 2002, h.162-169 yang menjadi rujukan analisa, tapi hanya dua tafsir antara tafsir al-Marâghî dan tafsir al-Misbâh. Alasan penulis menentukan ayat-ayat tersebut adalah untuk memudah- kan penelitian dan pembahasan. Untuk melihat bagaimana ayat-ayat di atas dipahami oleh kedua ahli tafsir, maka penulis perlu menjelaskan menurut pandangan mereka. Adapun rumusan masalah yang akan dijawab dalam skripsi ini adalah sebagai berikut: 1. Apa persamaan dan perbedaan penafsiran Al-Marâghî dan Quraish Shihab mengenai “Al-Sâbiqûn Al-Sâbiqûn, Ashâb Al-Yamîn dan Ashâb Al- Syimâl” dalam surat al-Wâqi‟ah ayat 7 - 56? 2. Apa implikasinya dalam kehidupan di masyarakat?

C. Tujuan Penelitian