Persamaan Dan Perbedaan Pengertian Umum Ayat 7 - 56

66

BAB III ANALISA PERBANDINGAN DAN IMPLIKASINYA

A. Pengertian Umum Ayat 7 - 56

1. Persamaan Dan Perbedaan

Ada benang merah yang dapat ditarik diantara keduanya, baik itu penafsiran Al-Marâghî maupun penafsiran Quraish Shihab, yaitu bahwa kajian fenomenal tentang surat al- Wâqi‟ah mengenai tiga golongan manusia ketika hari kiamat merupakan bahan wacana yang seharusnya menjadi kajian yang urgen dalam setiap rentan waktu yang tak terbatas. Selain menambah kamajemukan berpikir juga merupakan wadah setiap manusia untuk meningkatkan setiap detik kesadaran religinya dan meningkatkan kepada mereka bahwa kiamat itu semakin dekat. Penafsiran surat al- Wâqi‟ah yang menggambarkan tentang tiga golongan ini, di antara keduanya – baik penafsiran al-Marâghî maupun Quraish Shihab – tidak jauh berbeda secara global, bahwa Allah SWT. merendahkan suatu kaum dan mengangkat derajat kaum yang lain. Dan bumi ketika itu bergoncang sehingga gunung-gunung dan bangunan-bangunan yang ada di atasnya roboh. Kemudian gunung-gunung berhamburan seperti debu yang berhamburan di udara. Lalu manusia di waktu itu terbagi menjadi tiga golongan, yaitu golongan kanan, golongan kiri, dan orang-orang yang bersegera kepada kebaikan. Kemudian di ikuti dengan penjelasan rinci tentang kenikmatan dan siksaan yang sesuai dengan kadar kesalehan dan kekafiran masing-masing golongan. Adapun perbedaannya itu hanya terdapat dari segi penafsiran dan keterangan redaksi pada sebagian ayat-ayat tertentu saja, tetapi tidak jauh berbeda secara maksud dan tujuannya. Perbedaan latar belakang juga berpengaruh terhadap penafsiran di antara keduanya, sehingga penulis perlu menggarisbawahi setidaknya ada enam perbedaan maupun persamaan penafsiran perihal tiga golongan manusia ini sebagai berikut; Pertama, Makna Al-Sâbiqûn al-Sâbiqûn pada ayat 10 dalam surat al- Wâqi‟ah, al-Marâghî menafsirkannya dengan orang-orang yang mempunyai pangkat dan kemuliaan di sisi Tuhan mereka. Dengan penegasan bahwa mereka adalah orang-orang yang mendahului lainnya kepada ketaatan atau bersegera untuk melakukan kebaikan selama di dunia. 1 Sedangkan Quraish Shihab hanya sedikit berbeda dari redaksi penafsir sebelumnya. Dalam memahami ayat tersebut, beliau Quraish menafsirkan kata Al-Sâbiqûn al-Sâbiqûn yang disebutkan dua kali dengan memisahkan makna keduanya. Kata Al-Sâbiqûn yang pertama adalah mereka yang bergegas dalam melaksanakan kebajikan. Sedangkan makna Al-Sâbiqûn yang kedua adalah mereka yang mendahului yang lain masuk ke surga. 2 Menurut penulis, berkenaan dengan kedua penafsiran tersebut bila disatukan maknanya bahwa Al-Sâbiqûn al-Sâbiqûn adalah golongan yang paling dulu sampai di hadapan Allah SWT. Mereka inilah yang paling khusus, 1 Ahmad Mustafa al-Marâghî, Tafsîr al-Marâghî, Mesir:1973, Juz.27, h.131 2 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah; Pesan, Kesan dan Keserasian al- Qur‟ân, Jakarta :Lentera Hati, 2000, cet. Ke-1, Vol.13, h.548 lebih terhormat, dan lebih dekat daripada orang-orang yang berada di sebelah kanan yang merupakan pemuka mereka semua. Sebab di antara mereka adalah para Rasul, para Nabi, orang-orang yang benar al-Siddîqûn, dan para Syuhada yang jumlahnya lebih sedikit dari Ashâb al-Yamîn. Merujuk kepada sabda Rasulullah SAW. mengenai kriteria orang-orang yang paling dulu sampai kepada naungan Allah pada hari Kiamat kelak adalah mereka yang jika diberi kebenaran, mereka segera menyambutnya, dan jika diminta, mereka segera memberikannya, serta memberikan keputusan kepada orang lain layaknya memberi keputusan untuk diri mereka sendiri. Kedua, pada ayat 13 dan 14, al-Marâghî menafsirkan makna Tsullah min al-awwalîn dengan segolongan besar umat-umat terdahulu, dan makna wa qalîl min al-âkhirîn ialah sedikit dari umat Muhammad SAW. Sedangkan Quraish Shihab dalam menafsirkan ayat ini dengan uraian, bahwa orang-orang yang mendahului siapa pun memasuki surga adalah mereka sekelompok besar dari umat yang terdahulu bersama Nabi mereka masing-masing, dan sedikit dari umat yang kemudian dari umat Nabi Muhammad SAW. Sedikit penulis mengambil referensi penafsiran di luar kedua mufassir di atas, dari kitab Lubâb al-Tafsîr min Ibn Katsîr. 3 Setidaknya bisa dijadikan perbandingan dalam memahami ayat ini. Allah berfirman seraya menjelaskan tentang orang-orang yang paling dulu masuk Surga dan didekatkan kepada- Nya, bahwa mereka adalah sekelompok besar dari orang-orang terdahulu dan sebagian kecil dari orang-orang yang hidup terakhir. Para ulama telah berbeda 3 „Abdullah bin Muhmmad Alu Syaikh, Lubâb al-Tafsîr min Ibni Katsîr, trjmh. M.Abdul Ghoffar, Bogor:Pustaka Imam Syafi‟i, 2007, Cet.Ke-4, jld.8, h.7 pendapat tentang maksud firman Allah : يلوأ dan يرخآ . Pertama, pendapat yang mengatakan bahwa yang dimaksud dengan يلوأ adalah umat-umat terdahulu, dan يرخآ adalah umat yang ada sekarang ini. Pendapat kedua lebih kuat mengenai hal di atas, bahwa yang dimaksud dengan firman Allah نيلوأا نم ة ث “Segolongan besar dari orang-orang yang terdahulu.” adalah generasi pertama dari umat ini. Kemudian نيرخآا نم لي قو “Dan segolongan kecil dari orang-orang yang kemudian,” adalah dari kalangan umat ini juga. 4 Penulis berpendapat bahwa ayat tersebut bersifat umum meliputi seluruh umat – umat-umat terdahulu maupun umat Nabi Muhammad SAW. –, yang masing-masing mempunyai kedudukan tersediri. Tidak diragukan lagi bahwa orang-orang yang pertama dari suatu umat selalu lebih baik dari pada mereka yang terakhir dari umat yang sama. Berpegang kepada sabda Rasulullah SAW.: َيِنا وْلُلْاَّيِل عَُنْبَُن س لْاَِِْ ثَد ح َ: َُناَمَسلاَ دْع سَُنْبَُر ْز أَا ثَد ح ََِِّلاَِن عَهاَِدْب عَْن عَ، ة دْي بُعَ ْن عَ، مْيِا رْ بِإَ ْن عَ، نْو عَِنْباَْن ع َ لا قَمَل س وَِْي ل عَُهاَىَل ص َ: َِساَلْاَُرْ ي خ َ َِْنْر ق ،َ ََُُ َْمُه نْوُل يَ نْيِذَلا ،َ ََُُ َْمُه نْوُل يَ نْيِذَلا 5 َ ... َ ثْيِد لْاَِرِخآَىإ َ al-H asan bin „Ali al-Hulwâniy berkata: Azhar bin Sa‟ad al-Sammân dari Ibn „Aun berkata, dari Ibrâhîm, dari „Ubaidah, dari Abdillâh dari Nabi SAW. Bersabda: “Sebaik-baik manusia adalah kurunku, kemudian kurun setelahnya, dan kemudian kurun setelahnya”. Sampai hadis selengkapnya. 4 Alu Syaikh, Lubâb al-Tafsîr min Ibni Katsîr, jld.8, h.7 5 Abi al-Husain Muslim bin al-Hajjâj al-Naisâbûry, Sahih Muslim, fad â‟il al-Sahâbah, Riyâd: Dâr al-Salâm,1998, hadis ke-6472, h. 1111 Dan umat ini merupakan umat yang paling baik seperti yang ditegaskan didalam nas Al- Qur‟an, sehingga sangat jauh sekali jika yang dimaksud dengan orang-orang yang didekatkan oleh Allah itu sebagian besar bukan dari umat Muhammad ini. Kecuali jika yang dimaksudkan itu adalah perbandingan antara umat terdahulu dengan umat ini. Yang jelas, bahwa orang-orang yang didekatkan dari umat ini lebih banyak daripada umat-umat sebelumnya. Ketiga, makna Al-Maimanah pada ayat 8, secara bahasa al-Marâghî menafsirkannya dengan “sebelah kanan”. Dengan penjelasan bahwa golongan kanan adalah yang mengambil buku catatan amal ibadahnya selama di dunia dengan tangan kanan mereka, dalam keadaan bahagia seraya berada dalam kondisi yang sangat baik dan sempurna. 6 Namun Quraish Shihab dalam menafsirkan kata ةنميملا al-Maimanah itu serupa dengan kata نيميلا al-Yamîn yakni kanan. Ia terambil dari kata نمي Yumn yang berarti keberkatan. Dengan keterangan selanjutnya bahwa arah kanan biasa digunakan sebagai isyarat tentang kebaikan dan kebahagiaan. 7 Keempat, al-Marâghî dalam menafsirkan makna Ashâb Al-Yamîn pada ayat 27 dengan keterangan, bahwa golongan kanan adalah mereka yang berada dalam puncak kemegahan dan derajat tinggi, serta berkedudukan luhur. 8 Sedangkan Quraish Shihab dalam menafsirkan ayat ini dengan uraian, bahwa kelompok ini merupakan penghuni surga yang kedudukannya lebih rendah dibandingkan dengan kelompok yang lalu Al-Sâbiqûn al-Sâbiqûn. Namun, itu bukan berarti kenikmatan yang mereka raih tidak sempurna. 6 Al-Marâghî, Tafsîr al-Marâghî, h.131 7 M. Quraish Shihab, Tafsîr al-Misbâh, h.546 8 Al-Marâghî, Tafsîr al-Marâghî, h.139 Dengan penekanan ayat Mâ Ashâb Al-Yamîn yakni alangkah bahagianya mereka itu, tidak terbayang betapa kenikmatan yang diraih oleh golongan kanan.” 9 Kelima, al-Marâghî menafsirkan makna Al- Masy‟amah pada ayat 9 secara bahasa adalah sebelah kiri. Kemudian dalam menafsirkan Ashâb al- Masy‟amah pada ayat ini sebagai golongan yang diseret ke kiri masuk ke neraka, dengan keterangan, bahwa mereka mencapai keadaan yang paling buruk. Sedangkan dalam tafsir al-Misbâh, kata ةم شملا al- Masy‟amah terambil dari kata ش Syu‟um yang merupakan antonim dari Yumn. Arah kiri biasa digunakan sebagai isyarat tentang kesialan dan kesengsaraan. Gaya pertanyaan yang diajukan di atas serta pengulangannya pada masing-masing kelompok antara Ashâb al-Maimanah dan Ashab al- Masy‟amah mengandung isyarat tentang kedudukan mereka yang sangat mengagumkan bagi kelompok kanan dan memprihatinkan bagi kelompok kiri. 10 Keenam, Mustafa al-Marâghî dalam menafsirkan Ashâb Al-Syimâl pada ayat 41 bahwa golongan kiri itu berada dalam keadaan yang tidak bisa digambarkan dan tidak bisa dikira-kira tentang kesengsaraan, penderitaan dan nasib mereka yang buruk. 11 Sedangkan Quraish Shihab dalam menafsirkan ayat ini dengan uraian, bahwa kelompok ketiga yang akan hadir di hari kemudian adalah golongan kiri dalam keadaan sangat buruk dan mengerikan apa yang dialami oleh golongan itu. 12 9 M. Quraish Shihab, Tafsîr al-Misbâh, h.554 10 M. Quraish Shihab, Tafsîr al-Misbâh, v.13, h.546 11 Mustafa Al-Marâghî, Tafsîr al-Marâghî, Juz.27, h.141 12 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbâh, h.558 Penulis perlu menggaris bawahi bahwa pada ayat yang menjelaskan antara Ashâb al-Yamîn dan Ashâb al-Syimâl, dari segi maksud keadaan kedua golongan ini. Antara kedua penafsir itu tidak jauh berbeda, hanya saja yang membedakan adalah dari segi redaksi penafsiran. Menurut al-Marâghî, bagi Ashâb al-Yamîn, mereka akan menerima catatan buku amalnya dengan tangan kanannya. Dan akan pada saatnya nanti mereka akan dikumpulkan bersama kaum yang berada di barisan kanan, yakni kedalam Surga. Sedang bagi Ashâb al-Syimâl adalah sebaliknya. Dan menurut Quraish Shihab, kedua golongan ini berada pada golongannya masing-masing. Bagi Ashâb al-Yamîn adalah keberkatan dan kenikmatan yang mereka raih. Dan bagi Ashâb al-Syimâl adalah kesengsaraan dan penderitaan yang mereka peroleh.

2. Balasan Bagi Ketiga Golongan