Gambaran Perilaku Pemakaian APD Dan Gejala Keracunan Pada Penyemprot Pestisida Di Afdeling V Dan VI Kebun Dolok Ilir PTPN IV Tahun 2010

(1)

SKRIPSI

GAMBARAN PERILAKU PEMAKAIAN APD DAN GEJALA KERACUNAN PADA PENYEMPROT PESTISIDA DI AFDELING V DAN VI

KEBUN DOLOK ILIR PTPN IV TAHUN 2010

OLEH:

BERNIDO RAFLO PURBA NIM : 061000117

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2011


(2)

HALAMAN PENGESAHAN Skripsi Dengan Judul:

GAMBARAN PERILAKU PEMAKAIAN APD DAN GEJALA KERACUNAN PADA PENYEMPROT PESTISIDA DI AFDELING V DAN VI

KEBUN DOLOK ILIR PTPN IV TAHUN 2010

Yang dipersiapkan dan dipertahankan oleh :

BERNIDO RAFLO PURBA NIM. 061000117

Telah Diuji dan Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Skripsi Pada Tanggal 29 Maret 2011

Dan Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima Tim Penguji

Ketua Penguji Penguji I

Dr. Ir. Gerry Silaban, M.Kes dr. Mhd Makmur Sinaga, MS NIP. 19620206 199203 1 002 NIP. 19571117 198702 1 002

Penguji II Penguji III

Ir. Kalsum, M.Kes Umi Salmah, SKM, M.Kes NIP. 19590813 199103 2 001 NIP. 19730523 200812 2 002

Medan, Maret 2011 Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara Dekan,

Dr. Drs. Surya Utama, MS NIP. 19610831 198903 1 001


(3)

ABSTRAK

Penyemprotan pestisida merupakan pekerjaan yang berisiko menimbulkan gejala keracunan pada pekerja. Hal ini dirasakan pekerja jika pekerja penyemprot pestisida tidak menggunakan APD secara lengkap ketika melakukan pekerjaan.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran perilaku pekerja penyemprot pestisida yang meliputi pengetahuan, sikap, tindakan dan gejala keracunan yang ditimbulkan di tempat kerja. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif terhadap 30 pekerja di 2 afdeling (V dan VI) di PTPN IV Kebun Dolok Ilir.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan responden tergolong baik dengan persentase sebesar 86,7%, sikap responden tergolong baik dengan persentase sebesar 86,7%, dan tindakan responden tergolong baik dengan persentase sebesar 80%. Gejala keracunan yang paling banyak dirasakan oleh pekerja adalah kulit gatal-gatal.

Disarankan kepada perusahaan supaya senantiasa memperhatikan kesehatan setiap pekerja dengan pengawasan melalui mandor-mandor lapangan yang mengawasi pekerja penyemprot pestisida dalam melakukan pekerjaannya.


(4)

ABSTRACT

The sprayer of pesticide constitute the risk operation that make the indication poisoned to the worker. It is feels by the worker if the sprayer of pesticide did not use of savety device compeletely when they work.

The purpose of this research is to know the description of behavioring the sprayer of pesticide which is consist of knowledge, attitude, action and the indication poisoned which is caused in the work’s place. The method used in this research is descriptive to 30 worker in 2 (V and VI) afdeling in PTPN IV Dolok Ilir.

The result of this research shows that the step knowledge of respondent classified is good with the percentage 86,7 %, the attitude of respondent is good with the percentage 86,7 % and the action classified is good with the percentage 80 %. The most indication poisoned was feeling by worker is the irritation of skin.

The suggestion to company is to pay attention for the health of worker with the controlling by field supervisor who is controlling the sprayer of pesticide in their activity.


(5)

RIWAYAT HIDUP PENULIS

1. Nama : Bernido Raflo Purba

2. Tempat/Tanggal Lahir : Dolok Ilir, 24 Mei 1988 3. Agama : Kristen Protestan 4. Status Perkawinan : Belum Menikah 5. Nama Ayah : J.P. Siboro 6. Nama Ibu : L. br Saragih 7. Jumlah Anggota Keluarga : 2 orang

8. Alamat Rumah : Jl. Suratin No 3 Sebelawan, Kecamatan Dolok Batu Nanggar Kabupaten Simalungun

Riwayat Pendidikan:

1. Tahun 1994 - 2000 : SD N 3 Dolok Batu Nanggar Kabupaten Simalungun 2. Tahun 2000 - 2003 : SLTP N 1 Dolok Batu Nanggar Kabupaten

Simalungun

3. Tahun 2003 - 2006 : SMA N 4 Pematang Siantar


(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul : “Gambaran Perilaku Pemakaian APD Dan Gejala Keracunan Pada Penyemprot Pestisida Di Afdeling V dan VI Kebun Dolok Ilir PTPN IV Tahun 2010”.

Selama proses penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak baik secara moril maupun materil. Untuk itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, MS, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu dr. Ria Masniari Lubis, MSi, selaku mantan Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dra. Lina Tarigan Apt, M.S selaku mantan Ketua Departemen Keselamatan dan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat.

3 Bapak Dr. Ir. Gerry Silaban, MKes, selaku Ketua Departemen Keselamatan dan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat dan Dosen Pembimbing I yang telah banyak memberikan masukan dan saran dalam penyusunan skripsi ini.

4. Bapak dr.Mhd. Makmur Sinaga, MS, selaku Dosen Pembimbing II yang telah banyak memberikan masukan dan saran dalam penyusunan skripsi ini.

5. Ibu Ir. Kalsum, M.Kes, selaku dosen penguji I yang telah banyak memberikan masukan untuk kesempurnaan penulisan skripsi ini.

6. Ibu Umi Salmah, SKM, M.Kes, selaku dosen penguji II yang telah banyak memberikan masukan untuk kesempurnaan penulisan skripsi ini.


(7)

7. Para dosen dan pegawai Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

8. PTPN IV kebun Dolok Ilir yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian.

9. Bapak (J.P. Siboro), Ibu (L.Br Saragih) dan keluarga Jef Saragih dan Kakak ku Eva Susanna Purba beserta Audric, Aurelia dan Aubert yang telah memberikan doa, dukungan dan semangat.

10. Teman-teman KTB “Serafim” (B’Jon, B’Juppa, K’Hanna, Indra, Juanda, Elisabeth, Agatha) dan adik-adikku terkasih “Kamizirabi” (Binar, Ribkha, Naomi, Fridzy) yang selalu memberikan doa dan semangat bagi penulis.

11. Teman-teman Pelayan Siswa yang selalu memberikan dukungan dan doa bagi penulis.

12. Rekan-rekan sepeminatan di Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, khususnya stambuk 2006 atas bantuan dan semangat yang telah diberikan kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari kesemppurnaan sehingga membutuhkan banyak masukan dan kritikan dari berbagai pihak yang sifatnya membangun dalam memperkaya materi skripsi ini. Namun demikian, penulis berharap semoga skripsi ini dapat menjadi sumbangan berguna bagi ilmu pengetahuan khususnya dalam Ilmu Kesehatan Masyarakat.

Medan, Maret 2011


(8)

DAFTAR ISI

Halaman Pengesahan ... i

Abstrak ... ii

Abstract ... iii

Riwayat Penulis ... iv

Daftar Isi ... v

Daftar Tabel ... viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 5

1.3. Tujuan Penelitian ... 6

1.3.1. Tujuan Umum ... 6

1.3.2. Tujuan Khusus ... 6

1.4. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8

2.1. Definisi Pestisida ... 8

2.2. Penggolongan Pestisida ... 8

2.2.1 Penggolongan Pestisida Menurut Jasad Sasaran ... 9

2.2.2 Penggolongan Menurut Asal dan Sifat Kimia ... 9

2.2.3 Pestisida menurut Toksisitas ... 9

2.3 Risiko Penggunaan Pestisida... 10

2.3.1 Risiko Bagi keselamatan Pengguna ... 10

2.3.2 Risiko Bagi Konsumen ... 11

2.3.3.Risiko Bagi Lingkungan ... 11

2.4 Metode Aplikasi Pestisida di Bidang Pertanian ... 12

2.4.1 Penyemprotan ... 12

2.4.2 Pengasapan ... 12

2.4.3 Penghembusan ... 12

2.4.4 Penaburan Pestisida Butiran ... 13

2.4.5 Fumingasi ... 13

2.4.6 Injeksi ... 14

2.4.7 Penyiraman ... 14

2.5 Pencampuran Pestisida ... 14

2.5.1 Pencampuran Pestisida yang Boleh Dilakukan ... 14


(9)

2.6 Perilaku ... 15

2.6.1 Pengertian Perilaku ... 15

2.6.2 Bentuk Perilaku ... 16

2.6.3 Pengetahuan ... 16

2.6.4 Sikap ... 18

2.6.5 Tindakan ... 19

2.7. Kerangka Konsep ... 20

2.8. Hipotesis Penelitian ... 21

BAB III METODE PENELITIAN ... 22

3.1. Jenis Penelitian ... 22

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 22

3.2.1. Lokasi Penelitian ... 22

3.2.2. Waktu Penelitian ... 22

3.3. Populasi dan Sampel ... 22

3.4. Metode Pengumpulan Data ... 23

3.4.1 Data Primer ... 23

3.4.2 Data Sekunder ... 23

3.5. Defenisi Operasional ... 23

3.6. Teknik Pengolahan Data ... 24

3.6.1 Editing ... 24

3.6.2 Coding ... 25

3.6.3 Tabulating ... 25

3.7. Pengukuran ... 25

3.7.1 Pengetahuan ... 25

3.7.2 Sikap ... 26

3.7.3 Tindakan ... 26

3.7.4 Keluhan Kesehatan... 27

3.8. Analisa Data ... 27

3.8.1 Analisa Univariat ... 27

3.8.2 Analisa Bivariat ... 27

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 29

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 29

4.1.1. Sejarah Singkat PTPN IV ... 29

4.1.2. Struktur Organisasi PTPN IV ... 30


(10)

4.2 Hasil Pengumpulan Data Primer ... 31

4.2.1. Data-Data Umum Responden ... 31

4.2.2. Pengetahuan ... 32

4.2.3. Sikap ... 35

4.2.4. Tindakan ... 37

4.2.5. Gejala Keracunan ... 39

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik Responden ... 40

5.2 Pengetahuan Responden Tentang APD ... 42

5.3 Sikap Responden Tentang APD ... 43

5.4 Tindakan Responden Tentang APD ... 46

5.5 Gejala Keracunan ... 47

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN... 45

6.1 Kesimpulan ... 49

6.2 Saran ... 50

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN :


(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Distribusi Karakteristik Responden Pekerja Penyemprot Pestisida di PTPN IV Dolok Ilir Tahun 2010 ... 33 Tabel 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Indikator Pengetahuan Responden

Pekerja Penyemprot Pestisida di PTPN IV Dolok Ilir Tahun 2010 ... 34 Tabel 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Responden

Pekerja Penyemprot Pestisida di PTPN IV Dolok Ilir Tahun 2010 ... 36 Tabel 4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Indikator Sikap Responden

Pekerja Penyemprot Pestisida di PTPN IV Dolok Ilir Tahun 2010 ... 37 Tabel 4.5 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Sikap Responden Pekerja

Penyemprot Pestisida di PTPN IV Dolok Ilir Tahun 2010 ... 37 Tabel 4.6 Distribusi Responden Berdasarkan Indikator Tingkat Tindakan

Responden Pekerja Penyemprot Pestisida di PTPN IV Dolok Ilir Tahun 2010 ... 39 Tabel 4.7 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Tindakan Responden

Pekerja Penyemprot Pestisida di PTPN IV Dolok Ilir Tahun 2010 ... 39 Tabel 4.8 Distribusi Responden Berdasarkan Gejala Keracunan Responden

Pekerja Penyemprot Pestisida di PTPN IV Dolok Ilir Tahun 2010 ... 40 Tabel 5.1 Tabel Karakteristik Responden Menurut Kelompok Umur Responden

Pekerja Penyemprot Pestisida di PTPN IV Dolok Ilir Tahun 2010 ... 41 Tabel 5.2 Tabel Karakteristik Responden Menurut Tingkat Pendidikan

Responden Pekerja Penyemprot Pestisida di PTPN IV Dolok Ilir Tahun 2010 ... 42 Tabel 5.2 Tabel Karakteristik Responden Menurut Riwayat Pekerjaan

Responden Pekerja Penyemprot Pestisida di PTPN IV Dolok Ilir Tahun 2010 ... 43 Tabel 5.4 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Responden

Pekerja Penyemprot Pestisida di PTPN IV Dolok Ilir Tahun 2010 ... 44 Tabel 5.5 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Sikap Responden Pekerja


(12)

Tabel 5.6 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Tindakan Responden Pekerja Penyemprot Pestisida di PTPN IV Dolok Ilir Tahun 2010 ... 47


(13)

ABSTRAK

Penyemprotan pestisida merupakan pekerjaan yang berisiko menimbulkan gejala keracunan pada pekerja. Hal ini dirasakan pekerja jika pekerja penyemprot pestisida tidak menggunakan APD secara lengkap ketika melakukan pekerjaan.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran perilaku pekerja penyemprot pestisida yang meliputi pengetahuan, sikap, tindakan dan gejala keracunan yang ditimbulkan di tempat kerja. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif terhadap 30 pekerja di 2 afdeling (V dan VI) di PTPN IV Kebun Dolok Ilir.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan responden tergolong baik dengan persentase sebesar 86,7%, sikap responden tergolong baik dengan persentase sebesar 86,7%, dan tindakan responden tergolong baik dengan persentase sebesar 80%. Gejala keracunan yang paling banyak dirasakan oleh pekerja adalah kulit gatal-gatal.

Disarankan kepada perusahaan supaya senantiasa memperhatikan kesehatan setiap pekerja dengan pengawasan melalui mandor-mandor lapangan yang mengawasi pekerja penyemprot pestisida dalam melakukan pekerjaannya.


(14)

ABSTRACT

The sprayer of pesticide constitute the risk operation that make the indication poisoned to the worker. It is feels by the worker if the sprayer of pesticide did not use of savety device compeletely when they work.

The purpose of this research is to know the description of behavioring the sprayer of pesticide which is consist of knowledge, attitude, action and the indication poisoned which is caused in the work’s place. The method used in this research is descriptive to 30 worker in 2 (V and VI) afdeling in PTPN IV Dolok Ilir.

The result of this research shows that the step knowledge of respondent classified is good with the percentage 86,7 %, the attitude of respondent is good with the percentage 86,7 % and the action classified is good with the percentage 80 %. The most indication poisoned was feeling by worker is the irritation of skin.

The suggestion to company is to pay attention for the health of worker with the controlling by field supervisor who is controlling the sprayer of pesticide in their activity.


(15)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pembangunan di Indonesia secara berencana, komprehensif, terpadu, terarah dan berkesinambungan terus diupayakan untuk mencapai tujuan nasional. Adapun tujuan dari pembangunan nasional adalah untuk mewujudkan suatu masyarakat adil, makmur dan merata baik secara material maupun spiritual berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 (Depkes RI,1999).

Menurut Hendrik L. Blum (1986), derajat kesehatan masyarakat dipengaruhi oleh empat faktor utama yaitu : keturunan, lingkungan, perilaku dan pelayanan kesehatan. Status kesehatan akan tercapai secara optimal, bilamana keempat faktor tersebut secara bersama-sama mempunyai kondisi yang optimal pula (Notoadmodjo, 2003).

Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan masyarakat hendaknya juga dialamatkan kepada empat faktor tersebut. Dengan kata lain intervensi atau upaya kesehatan masyarakat juga dikelompokkan menjadi 4 bagian yakni intervensi terhadap lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan dan hereditas.

Pestisida merupakan salah satu hasil teknologi modern telah terbukti mempunyai peranan yang penting dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat, karena telah menjadi unsur utama dalam meningkatkan hasil pertanian. Namun pestisida adalah bahan beracun berbahaya, bila tidak dikelola dengan baik dan bijaksana, dapat menimbulkan dampak bagi kesehatan masyarakat (Djojosumarto, 2000).


(16)

Idealnya teknologi pertanian maju tidak memakai pestisida. Tetapi sampai pada saat ini belum ada teknologi yang demikian. Pestisida masih diperlukan, bahkan penggunaannya semakin meningkat. Pengalaman di Indonesia dalam menggunakan pestisida untuk program intensifikasi, ternyata pestisida dapat membantu mengatasi masalah hama padi. Pestisida dengan cepat menurunkan populasi hama, hingga meluasnya serangan dapat dicegah, dan kehilangan hasil karena hama dapat ditekan.

Pengalaman di Amerika Latin menunjukkan bahwa dengan menggunakan pestisida dapat meningkatkan hasil 40 persen pada tanaman coklat. Di Pakistan dengan menggunakan pestisida dapat menaikkan hasil 33 persen pada tanaman tebu, dan berdasarkan catatan dari Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) penggunaan pestisida dapat menyelamatkan hasil 50 persen pada tanaman kapas.

Dengan melihat besarnya kehilangan hasil yang dapat diselamatkan berkat penggunaan pestisida, maka dapat dikatakan bahwa peranan pestisida sangat besar dan merupakan sarana penting yang sangat diperlukan dalam bidang pertanian. Usaha intensifikasi pertanian yang dilakukan dengan menerapkan berbagai teknologi maju seperti penggunaan pupuk, varietas unggul, perbaikan pengairan dan pola tanam akan menyebabkan perubahan ekosistem yang sering diikuti oleh meningkatnya problema serangan jasad pengganggu. Demikian pula usaha ekstensifikasi pertanian dengan membuka lahan pertanian baru, yang berarti melakukan perombakan ekosistem, sering kali diikuti dengan timbulnya masalah serangan jasad pengganggu. Dan tampaknya saat ini yang dapat diandalkan untuk melawan jasad pengganggu tersebut yang paling manjur hanya pestisida. Memang tersedia cara lainnya, namun tidak mudah untuk dilakukan, kadang-kadang memerlukan tenaga yang banyak, waktu dan


(17)

biaya yang besar, hanya dapat dilakukan dalam kondisi tertentu yang tidak dapat diharapkan efektifitasnya. Pestisida saat ini masih berperan besar dalam menyelamatkan kehilangan hasil yang disebabkan oleh jasad pengganggu .

Risiko bagi keselamatan pengguna adalah kontak langsung terhadap pestisida yang dapat mengakibatkan keracunan akut maupun kronis. Keracunan akut dapat menimbulkan gejala sakit kepala, mual, muntah, dan sebagainya, bahkan beberapa pestisida dapat menimbulkan iritasi kulit dan kebutaan. Keracunan kronis tidak selalu mudah dideteksi karena efeknya tidak segera dirasakan, walaupun akhirnya juga menimbulkan gangguan kesehatan.

Sangat disayangkan belum banyak penelitian tentang dampak negatif pemakaian pestisida di Indonesia. Sementara itu hasil penelitian yang telah ada kurang disosialisasikan sehingga tingkat kesadaran masyarakat terhadap masyarakat masih sangat rendah. Masih sering petani menyemprot pestisida tanpa memakai pelindung. Pemakaian pestisida sering tidak sesuai dosis dan konsentrasi yang dipakai sering ditingkatkan hingga melampaui batas yang disarankan, dengan alasan dosis yang rendah sudah tidak mampu lagi mengendalikan hama dan penyakit tanaman. Selain itu wadah pestisida sering dibuang di sembarang tempat (Novizan, 2002).

Pestisida merupakan bahan kimia beracun yang bermanfaat bagi bidang pertanian. Namun jika orang yang menggunakan pestisida tidak sesuai prosedur maka akan menyebabkan pekerja tersebut mengalami gangguan kesehatan seperti kulit gatal-gatal, mual/muntah, dan kepala pusing.


(18)

Mayoritas penduduk di sekitar PTPN IV kebun Dolok Ilir bekerja sebagai karyawan di PTPN IV kebun Dolok Ilir dengan berbagai profesi. Bagian lapangan karyawan bekerja sebagai pengegrek buah sawit, pembersih piringan kelapa sawit, penyemprot pestisida. Berdasarkan survey awal pada bulan agustus yang dilakukan terlihat bahwa hampir sekitar 20 pekerja tidak senantiasa memakai APD (Alat Pelindung Diri) secara lengkap dalam melakukan penyemprotan. Hal seperti ini akan dapat mempengaruhi status kesehatan karyawan penyemprot pestisida. Dan hal ini dapat dilihat pada saat survey awal dengan mewawancarai beberapa pekerja pada waktu istirahat. Terkadang para pekerja mengalami gangguan gatal-gatal pada kulit mereka. Gatal-gatal ini disebabkan karena pekerja itu tidak secara utuh memakai APD dan memakai APD jika mereka merasa perlu untuk menggunakannya.

Pemberian APD (Alat Pelindung Diri) seperti masker, baju tangan panjang, sarung tangan, kacamata merupakan suatu bagian yang di berikan oleh pihak perusahaan sebagai bentuk pelayanan kepada karyawan agar karyawan tidak mengalami gangguan kesehatan dalam mengerjakan tugasnya sebagai penyemprot pestisida. Walaupun dari pihak perusahaan sudah secara maksimal memberikan banyak penyuluhan akan pentingnya menggunakan APD dalam melakukan pekerjaan penyemprotan, mengingatkan karyawan untuk menggunakan APD melalui mandor yang mengawasi pekerja, namun pekerja tidak senantiasa mematuhi peraturan yang diberikan pihak perusahaan. Dengan alasan ketidaknyamanan di dalam melakukan pekerjaannya didalam melakukan penyemprotan sehingga terkadang mereka tidak memakai secara lengkap APD yang diberikan ketika melakukan pekerjaannya.


(19)

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk mengetahui bagaimana gambaran perilaku pemakaian APD dan gejala keracunan pada penyemprot pestisida di PTPN IV Dolok Ilir tahun 2010.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan permasalahan adalah bagaimana gambaran perilaku pemakaian APD dan gejala keracunan pada penyemprot pestisida di PTPN IV Dolok Ilir tahun 2010.

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran perilaku pemakaian APD dan gejala keracunan pada penyemprot pestisida di PTPN IV Dolok Ilir tahun 2010.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui karakteristik responden yaitu umur, pendidikan, dan masa kerja.

2. Untuk mengetahui pengetahuan penyemprot pestisida tentang pemakaian APD di PTPN IV Dolok Ilir.

3. Untuk mengetahui sikap penyemprot pestisida tentang pemakaian APD di PTPN IV Dolok Ilir.

4. Untuk mengetahui tindakan penyemprot pestisida tentang pemakaian APD di PTPN IV Dolok Ilir.


(20)

5. Untuk mengetahui gejala keracunan (sakit kepala, mual/muntah, dan gatal-gatal, banyak keringat, dada sesak) penyemprot pestisida di PTPN IV Dolok Ilir.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Sebagai masukan bagi PTPN IV Dolok Ilir terkait dalam hal perilaku penyemprot pestisida.

2. Sebagai masukan kepada pekerja penyemprot pestisida tentang dampak penggunaan pestisida dengan kesehatan pekerja itu sendiri.

3. Untuk menambah wawasan dan pengalaman bagi penulis tentang perilaku penggunaan APD dan gejala keracunan.

4. Sebagai masukan dan referensi bagi peneliti lain yang ingin melakukan penelitian sejenis.


(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perilaku

2.1.1 Pengertian Perilaku

Menurut Skinner (1938) yang dikutip oleh Notoadmodjo (2003), perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Respon ini meliputi respons yang ditimbulkan oleh rangsangan-rangsangan tertentu dan respon yang timbul dan berkembang kemudian diikuti oleh perangsang tertentu.

Menurut Notoadmodjo (2003), perilaku merupakan suatu kegiatan atau aktivitas organisme yang bersangkutan. Jadi pada hakikatnya perilaku manusia adalah tindakan atau aktivitas manusia itu sendiri baik yang dapat diamati maupun yang tidak dapat diamati secara langsung.

Menurut Benyamin Bloom (1908) yang dikutip oleh Notoadmodjo (2003), perilaku dibagi dalam 3 (tiga) domain yaitu kognitif (cognitive domain), afektif (affective domain) dan psikomotor (psychomotor domain).

2.1.2 Pengetahuan

Menurut Notoadmodjo (2003) pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan meliputi penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Pengetahuan merupakan bagian dari perilaku yang tidak bisa diamati secara lansung oleh orang lain karena masih terjadi di dalam diri manusia itu sendiri (covert behavior).


(22)

Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 (enam) tingkatan (Notoadmodjo, 2003) :

1. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam tingkat ini adalah mengingat kembali sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain meyebutkan, menguraikan, mendefenisikan, menyatakan dan sebagainya.

2. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketaui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.

3. Aplikasi (aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya. Aplikasi disini dapat diartikan sebagai penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

4. Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam struktur organisasi, dan masih


(23)

ada kaitannya satu sama lain. Misalnya mampu membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.

5. Sintesis (Synthesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sistesis adalah suatu kemampuan untuk menyususn formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. Misalya dapat menyusun, merencanakan, meringkaskan menyesuaikan dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.

6. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada. Misalnya, dapat membedakan antara anak yang gizi baik dengan gizi kurang.

Dalam penelitian ini pengetahuan yang ingin dilihat adalah bagian dari pengetahuan pada tingkatan aplikasi yang diberikan pekerja penyemprot pestisida.

2.1.3 Sikap

Sikap merupakan reaksi respon yang masih tertutup dari seorang terhadap suatu stimulus atau objek. Menurut Newcomb yang dikutip oleh Notoadmodjo (2003), sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap masih


(24)

merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka atau tingkah laku yang terbuka. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek.

Menurut Allport (1954) yang dikutip oleh Notoadmodjo (2003), membagi sikap ke dalam 3 (tiga) komponen pokok yaitu :

1. Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap objek. 2. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek. 3. Kecenderungan untuk bertindak.

Menurut Notoadmodjo (2003) sikap yang tercakup dalam domain afektif mempunyai 4 (empat) tingkatan yaitu :

1. Menerima (receiving)

Menerima diartikan bahwa seseorang mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan.

2. Merespon (responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, terlepas dari pekerjaan itu benar atau salah, adalah berarti bahwa orang menerima ide tersebut.

3. Menghargai (valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap. Misalnya ketika seorang ibu mengajak ibu lain untuk membawa anaknya ke posyandu.


(25)

4. Bertanggung Jawab (responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi. Dalam penelitian ini sikap yang ingin dilihat adalah bagian dari sikap pada tingkatan menerima yang diberikan pekerja penyemprot pestisida.

2.1.4 Tindakan (practice)

Suatu sikap belum tentu terwujud dalam suatu tindakan (overt behavior).Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan antara lain adalah fasilitas.

Tindakan yang tercakup dalam domain psikomotorik mempunyai 4 (empat) tingkatan (Notoadmodjo, 2003) :

1. Persepsi (perception)

Mengenal dan memilih berbagai ojek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil adalah merupakan praktek tingkat pertama. Misalnya, seorang ibu dapat memilih makanan yang bergizi tinggi bagi anaknya.

2. Respon terpimpin (guided response)

Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh adalah merupakan indikator praktek tingkat dua. Misalnya, seorang ibu dapat memasak sayur dengan benar, mulai dari mencuci, memotong, lamanya memasak, menutup pancinya dan sebagainya.


(26)

3. Mekanisme (mecanism)

Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah mencapai praktek tingkat tiga. Misalnya, seorang ibu yang sudah biasa mengimunisasikan bayi pada umur-umur terntu, tanpa menunggu perintah dari orang lain.

4. Adaptasi (adaptation)

Adaptasi adalah suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik. Seseorang sudah dapat memodifikasi tindakan tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut. Misalnya, ibu dapat mengolah makanan bergizi tinggi dengan bahan yang lebih murah.

Dalam penelitian ini tindakan yang ingin dilihat adalah bagian dari tindakan pada tingkatan mekanisme yang diberikan pekerja penyemprot pestisida.

2.2 Alat Pelindung Diri (APD) 2.2.1 Pengertian APD

Alat pelindung diri (APD) adalah peralatan keselamatan yang harus digunakan oleh personil apabila berada pada suatu tempat kerja yang berbahaya. Menurut Suma’mur (1996) alat pelindung diri adalah suatu alat yang dipakai untuk melindungi diri atau tubuh terhadap bahaya-bahaya kecelakaan kerja. Jadi alat pelindung diri adalah merupakan salah satu cara untuk mencegah kecelakaan dan secara teknis APD tidaklah sempurna dapat melindungi tubuh akan tetapi dapat mengurangi tingkat keparahan kecelakaan kerja yang terjadi (Suma’mur, 1996).


(27)

2.2.2 Syarat-Syarat APD

Menurut Siswanto (1993), ketentuan yang harus dipenuhi dalam pemilihan APD adalah :

1. Harus dapat memberikan perlindungan yang adekuat terhadap bahaya yang spesifik atau bahaya-bahaya yang dihadapi oleh tenaga kerja.

2. Berat alat hendaknya seringan mungkin dan alat tersebut tidak menyebabkan rasa ketidaknyamanan yang berlebihan.

3. Harus dapat dipakai secara fleksibel. 4. Bentuknya harus cukup menarik. 5. Tahan untuk pemakaian yang lama.

6.Tidak menimbulkan bahaya-bahaya tambahan bagi pemakainya yang dikarenakan bentuk dan bahayanya yang tidak tepat atau karena salah dalam penggunaannya. 7. Alat pelindung diri harus memenuhi standard yang telah ada.

8. Alat tersebut tidak membatasi gerakan dan persepsi sensoris pemakainya. 9. Suku cadangnya harus mudah didapat guna mempermudah pemeliharaannya. Menurut Suma’mur (1996), alat pelindung diri harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :

1. Enak dipakai

2. Tidak mengganggu kerja


(28)

2.3 Definisi Pestisida

Pestisida mencakup bahan-bahan racun yang digunakan untuk membunuh jasad hidup yang mengganggu tumbuhan, ternak dan sebagainya yang diusahakan manusia untuk kesejahteraan hidupnya. Pest artinya hama, sedangkan cide berarti membunuh (Rudi, 2000).

Menurut Peraturan Pemerintah No. 7/1973, pestisida adalah semua zat kimia dan bahan lain serta jasad renik dan virus yang dipergunakan untuk :

1. Memberantas atau mencegah hama-hama dan penyakit-penyakit yang merusak tanaman, bagian-bagian tanaman atau hasil-hasil pertanian

2. Memberantas rerumputan.

3. Mematikan daun dan mencegah pertumbuhan yang tidak diinginkan.

4. Mengatur atau merangsang pertumbuhan tanaman atau bagian-bagian tanaman tidak termasuk pupuk.

5. Memberantas atau mencegah hama-hama luar pada hewan-hewan piaraan dan ternak.

6. Memberantas atau mencegah hama-hama air.

7. Memberantas atau mencegah binatang-binatang dan jasad-jasad renik dalam rumah tangga, bangunan dan alat-alat pengangkutan.

8. Memberantas atau mencegah binatang-binatang yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia atau binatang yang perlu dilindungi dengan penggunaan pada tanaman, tanah dan air.


(29)

2.3.1 Penggolongan Pestisida

Pestisida digolongkan dalam 3 jenis yaitu jasad sasaran, asal dan sifat kimia serta menurut toksisitasnya.

1.Penggolongan pestisida menurut jasad sasaran: 1. Insektisida, racun serangga (insekta). 2. Fungisida, racun cendawan/jamur.

3. Herbisida, racun gulma/tumbuhan pengganggu. 4. Akasirida, racun tungau dan caplak (Acarina). 5. Rodentisida, racun binatang pengerat seperti tikus. 6. Nematisida, racun nematode.

2.Penggolongan menurut asal dan sifat kimia 1. Sintetik

Anorganik : garam-garam beracun seperti arsenat, flourida, tembaga sulfat dan garam merkuri.

2. Organik

a. Organoklorin misalnya : Endrin, Aldrin, Dieldrin, Toxaphene, Chlordane, Lindane, DDT.

b. Organofosfat misalnya : Dematon, Parathion, Methylparathion, Fenthion, Diazinon, Fenitrothion.

c. Carbamate misalnya : Methomyl, Propoxur, Carbaryl (Sevin). d. Bipyridyl misalnya: paraquat, diquat


(30)

f. Rodentisida dengan berbagai bentuk kimia misalnya : Thallium, Sodium fluoracetate, Zinc phoside, garam barium.

3.Pestisida menurut toksisitasnya dibagi menjadi 2 yaitu: 1. Berdasarkan toksisitas oral:

a. Highly active poisonous substances : LD50 < 50 mg/kg bb b. Highly toxic substances : LD50 50-200 mg/kg bb

c. Moderately toxic substances : LD50 200-1000 mg/kg bb d. Slighty toxic substances : LD50 > 1000 mg/kg bb

2. Berdasarkan toksisitas dermal : a. Highly toxic : LD50 < 300 mg/kg bb b. Toxic : LD50 300-1000 mg/kg bb

2.3.2 Risiko Penggunaan Pestisida

Pestisida pertanian dan pestisida pada umumnya adalah bahan kimia atau campuran bahan kimia serta bahan-bahan lain yang digunakan untuk mengendalikan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT). Karena itu senyawa pestisida bersifat bioaktif. Artinya pestisida dengan satu atau beberapa cara mempengaruhi kehidupan, misalnya menghentikan pertumbuhan, membunuh hama/penyakit, menekan hama/penyakit, membunuh/menekan gulma, mengusir hama, mempengaruhi/mengatur pertumbuhan tanaman, mengeringkan/merontokkan daun dan sebagainya (Djojosumarto, 2000).

Meskipun sebelum diproduksi secara komersial telah menjalani pengujian yang sangat ketat perihal syarat-syarat keselamatannya, namun karena bersifat


(31)

bioaktif, maka pestisida tetap merupakan racun. Setiap racun selalu mengandung risiko dalam penggunaannya, baik risiko bagi manusia maupun bagi lingkungan. Keseluruhan risiko penggunaan pestisida di bidang pertanian dapat diringkas sebagai berikut :

1. Risiko bagi Keselamatan Pengguna

Risiko bagi keselamatan pengguna adalah kontaminasi pestisida secara langsung yang dapat mengakibatkan keracunan, baik akut maupun kronis. Keracunan akut dapat menimbulkan gejala sakit kepala, pusing, mual, muntah dan sebagainya. Beberapa pestisida dapat menimbulkan iritasi kulit, bahkan dapat menimbulkan kebutaan.

Keracunan pestisida yang akut berat dapat menyebabkan penderita tidak sadarkan diri, kejang-kejang, bahkan meninggal dunia. Keracunan kronis lebih sulit di deteksi karena tidak segera terasa, tetapi dalam jangka panjang dapat menimbulkan gangguan kesehatan. Akibat yang ditimbulkan oleh keracunan kronis tidak selalu mudah diprediksi.

Beberapa gangguan kesehatan yang sering dihubungkan dengan pestisida, meskipun tidak mudah dibuktikan dengan pasti dan meyakinkan, adalah kanker, gangguan syaraf, fungsi hati dan ginjal, gangguan pernafasan, keguguran, cacat pada bayi dan sebagainya.

2. Risiko Bagi Konsumen

Risiko bagi konsumen adalah keracunan residu (sisa-sisa) pestisida yang terdapat dalam produk pertanian. Risiko bagi konsumen dapat berupa keracunan langsung karena memakan produk pertanian yang tercemar pestisida atau lewat rantai


(32)

makanan. Meskipun bukan tidak mungkin konsumen menderita keracunan akut, tetapi risiko bagi konsumen umumnya dalam bentuk keracunan kronis, tidak segera terasa, dan dalam jangka panjang mungkin menyebabkan gangguan kesehatan.

3. Risiko bagi Lingkungan

Risiko penggunaan pestisida terhadap lingkungan dapat digolongkan menjadi tiga kelompok sebagai berikut:

1. Risiko bagi orang, hewan atau tumbuhan yang berada di tempat, atau disekitar tempat pestisida digunakan. Drift pestisida misalnya, dapat diterbangkan angin dan mengenai orang yang kebetulan lewat. Pestisida dapat meracuni hewan ternak yang masuk ke kebun yang sudah disemprot pestisida.

2. Bagi lingkungan umum, pestisida dapat menyebabkan pencemaran lingkungan (tanah,udara dan air) dengan segala akibatnya, misalnya kematian hewan nontarget, penyederhanaan rantai makanan alami, penyederhanaan keanekaragaman hayati, dan sebagainya.

2.3.3 Metode Aplikasi Pestisida di Bidang Pertanian

Pestisida diaplikasikan dengan berbagai cara. Cara-cara mengaplikasikan pestisida diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Penyemprotan (Spraying)

Penyemprotan (spraying) adalah penyemprotan pestisida yang paling banyak dipakai oleh para petani. Diperkirakan, 75% penggunaan pestisida dilakukan dengan cara disemprotkan, baik penyemprotan di darat (ground spraying) maupun penyemprotan diudara (aerial spraying). Dalam penyemprotan, larutan pestisida


(33)

(pestisida ditambah air) dipecah oleh noozle (cerat, sprayer) atau atomizer yang terdapat dalam bentuk penyemprot (sprayer) menjadi butiran semprot atau droplet. Bentuk sediaan (formulasi) pestisida yang diaplikasikan dengan cara disemprotkan. Sedangkan untuk penyemprotan dengan volume ultra rendah (ultra low volume) digunakan formulasi ULV. Teknik penyemprotan ini termasuk pula pengkabutan (mist blowing).

2. Pengasapan (Fogging)

Pengasapan (fogging) adalah penyemprotan pestisida dengan volume ultra rendah dengan menggunakan ukuran droplet yang sangat halus. Perbedaan dengan cara penyemprotan biasa adalah pada fogging (thermal fogging, hot fog) campuran pestisida dan solvent (umumnya minyak) dipanaskan sehingga menjadi semacam kabut asap (fog) yang sangat halus. Fogging banyak dilakukan untuk mengendalikan hama gudang, hama tanaman perkebunan dan pengendalian vector penyakit di lingkungan.

3. Penghembusan (Dusting)

Penghembusan (dusting) adalah aplikasi produk pestisida yang di formulasi sebagai tepung hembus dengan menggunakan alat penghembus (duster).

4. Penaburan Pestisida Butiran (Granule Distibution, Broadcasting)

Penaburan pestisida butiran (granule distribution, broadcasting) adalah penaburan pestisida butiran yang merupakan khas untuk mengaplikasikan pestisida berbentuk butiran. Penaburan dapat dilakukan dengan tangan atau mesin penabur (granule broadcaster).


(34)

5. Fumingasi (Fumigation)

Fumigasi (Fumigation) adalah aplikasi pestisida fumigant, baik berbentuk padat, cair, maupun gas dalam ruangan tertutup. Fumigasi umumnya digunakan untuk melindungi hasil panen (misalnya biji-bijian) dari kerusakan karena hama atau penyakit di tempat penyiraman. Fumigant dimasukkan kedalam ruangan gudang yang selanjutnya akan membentuk gas (bagi fumigant cair atau padat) beracun untuk membunuh OPT sasaran dalam ruangan tersebut.

6. Injeksi (Injection)

Injeksi (injection) adalah penggunaan pestisida dengan cara dimasukkan kedalam batang tanaman, baik dengan alat khusus maupun dengan member batang tanaman tersebut. pestisida yang diinjeksikan diharapkan akan tersebar ke seluruh bagian tanaman melalui aliran cairan tanaman, sehingga OPT sasaran akan terkendali. Teknik injeksi juga digunakan untuk sterilisai tanah.

7. Penyiraman (Drenching, Pouring On)

Penyiraman adalah penggunaan pestisida dengan cara dituangkan di sekitar akar tanaman untuk mengendalikan hama atau penyakit di daerah perakaran atau dituangkan pada sarang semut.

2.3.4 Pencampuran Pestisida

1. Pencampuran Pestisida yang Boleh Dilakukan

Pencampuran pestisida dalam aplikasinya (tank mix) boleh dilakukan apabila : 1. Sasarannya berbeda. Misalnya, pada suatu pertanaman di saat bersamaan didapati


(35)

(untuk penyakit) dengan insektisida (untuk hama) dalam sekali penyemprotan dari pada mengaplikasikan fungisida dan pestisida sendiri-sendiri.

2. Pestisida yang dicampurkan tidak menimbulkan efek buruk. Misalnya, tidak menggumpal dan tidak membakar tanaman. Karena banyaknya pestisida yang beredar saat ini, maka sangat sulit untuk membuat daftar pestisida yang dapat atau tidak dapat dicampur. Petani pengguna pestisida harus melakukan percobaan kecil terlebih dahulu sebelum suatu campurandiaplikasikan secara luas.

3. Pencampuran dilakukan untuk menimbulkan sinergisme atau memperkuat efikasi pestisida tersebut. Misalnya, insektisida A mempunyai efikasi 40% dan insektisida B mempunyai efikasi 30%. Bila insektisida A+B dicampur dan efikasinya menjadi 90%, maka campuran ini cairan ini disebut synergist. Bila insektisida A dicampur dengan insektisida B, maka efikasinya hanya 70%. Campuran insektisida ini bukan suatu sinergisme, tetapi hanya penjumlahan biasa.

4. Pencampuran, khususnya pada fungisida atau herbisida, dapat dilakukan untuk memperluas spectrum pengendaliannya.

5. Pencampuran juga boleh dilakukan bila bertujuan untuk memecahkan OPT yang sudah resisten atau untuk mencegah/menunda resisten. Dalam hal ini, memang masih ada kontroversi pendapat. Sebagian pakar berpendapat bahwa pencampuran dapat memecahkan OPT yang sudah resisten, tetapi pihak lain juga ada yang berpendapat bahwa pencampuran justru akan merangsang cross resistentance. Penggunaa campuran untuk memecahkan atau menunda resistensi banyak dilakukan pada fungisida tetapi tidak dilakukan pada insektisida.


(36)

2. Pencampuran Pestisida yang Tidak Dianjurkan

Pencampuran pestisida dalam aplikasinya (tank mix) tidak dianjurkan apabila: 1. Sasarannya sama. Bila untuk mengendalikan hama Spodopetra litura dapat

digunakan insektisida A atau insektisida B maka kita akan memilih salah satu bukan mencampurnya.

2. Bahan aktifnya sama. Bila fungisida berbahan aktif x dan fungisida B berbahan aktif x pula, maka tidak ada gunanya mencampur keduanya. Kita harus memilih salah satunya.

3. Pencampuran itu menimbulkan efek buruk. Misalnya, fototoksik (meracuni tanaman), antagonisme (efikasinya menurun), penggumpalan dan sebagainya.

2.4 Gejala Keracunan Pestisida

Racun pestisida masuk kedalam tubuh melalui pernafasan, tertelan melalui mulut maupun diserap oleh tubuh. Gejala keracunan akan berkembang selama pemaparan atau 12 jam kontak. Pestisida yang masuk ke dalam tubuh akan mengalami perubahan secara hidrolisa di dalam hati dan jaringan-jaringan lain. Hasil dari perubahan/pembentukan ini mempunyai toksisitas rendah dan akan keluar melalui urine (Prijanto, 2009).

Adapun gejala keracunan pestisida : 1. Gejala awal

Gejala awal akan timbul : mual/rasa penuh di perut, muntah, rasa lemas, sakit kepala dan gangguan penglihatan.


(37)

2. Gejala Lanjutan

Gejala lanjutan yang ditimbulkan adalah keluar ludah yang berlebihan, pengeluaran lendir dari hidung (terutama pada keracunan melalui hidung), kejang usus dan diare, keringat berlebihan, air mata yang berlebihan, kelemahan yang disertai sesak nafas, akhirnya kelumpuhan otot rangka.

3. Gejala Sentral

Gelaja sentral yan ditimbulkan adalah, sukar bicara, kebingungan, hilangnya reflek, kejang dan koma.

4. Kematian

Apabila tidak segera di beri pertolongan berakibat kematian dikarenakan kelumpuhan otot pernafasan.

Pestisida dapat menimbulkan keracunan yang bersifat akut dengan gejala (keluhan) sebagai berikut : leher seperti tercekik, pusing-pusing, badan terasa sangat lemah, sempoyongan, pupil atau celah iris mata menyempit, pandangan kabur, tremor, terkadang kejang pada otot, gelisah dan menurunnya kesadaran, mual, muntah, kejang pada perut, mencret, mengeluakan keringat yang berlebihan, sesak dan rasa penuh di dada, pilek, batuk yang disertai dahak, mengeluarkan air liur berlebihan. Sebab baru biasanya terjadi 12 jam setelah keracunan, denyut jantung menjadi lambat dan ketidakmampuan mengendalikan buang air kecil maupun besar. (Prijanto, 2009)


(38)

2.5 Kerangka Konsep

Perilaku

1. Pengetahuan 2. Sikap

3. Tindakan

Penggunaan APD


(39)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui gambaran perilaku pemakaian APD dan gejala keracunan pada penyemprot pestisida di PTPN IV Dolok Ilir tahun 2010.

3.2 Lokasi dan Waktu penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini berlokasi di PTPN IV Dolok Ilir. Adapun alasan pemilihan lokasi ini adalah :

1. Merupakan perusahaan perkebunan yang sistem kerjanya berhubungan erat dengan pestisida.

2. Belum pernah dilakukan penelitian tentang perilaku penggunaan APD dan gejala keracunan pada penyemprotan pestisida di PTPN IV kebun Dolok Ilir.

3. Diberi izin oleh pihak perusahaan untuk melakukan penelitian ini.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan November-Desember 2010.

3.3 Populasi dan Sampel

Populasi penelitian ini adalah seluruh karyawan di PTPN IV Kebun Dolok Ilir di afdeling V dan afdeling VI bagian penyemprot pestisida pada tahun 2010 yang


(40)

berjumlah 30 karyawan. Karena jumlah populasi terbatas, maka sampel dalam penelitian ini diambil secara total sampling, yaitu 30 orang karyawan.

3.4 Metode Pengumpulan Data 3.4.1 Data Primer

Data primer diperoleh melalui wawancara langsung dengan karyawan dengan menggunakan kuesioner dan melakukan observasi langsung terhadap karyawan penyemprot pestisida.

3.4.2 Data Sekunder

Data sekunder diperoleh berupa data gambaran umum perusahaan dari kantor PTPN IV kebun Dolok Ilir.

3.5 Definisi Operasional 1. Umur

Adalah lamanya waktu hidup responden dalam tahun yang dihitung sejak responden dilahirkan.

2. Pendidikan

Adalah tingkat pendidikan terakhir pekerja penyemprot pestisida di PTPN IV kebun Dolok Ilir.

3. Masa Kerja

Adalah lama kerja dari responden dalam melakukan pekerjaannya sebagai penyemprot pestisida sampai saat dilakukan penelitian dihitung dalam tahun.


(41)

4. Pekerja Penyemprot

Adalah orang yang bekerja sebagai penyemprot pestisida di PTPN IV kebun Dolok Ilir

5. Alat Pelindung Diri

Adalah alat pengamanan yang digunakan sewaktu melakukan penyemprotan seperti topi, baju lengan panjang, celana panjang, kacamata (googles), sarung tangan, masker, sepatu boot.

6. Pengetahuan

Adalah hasil tahu responden tentang pemakaian APD yang diperoleh melalui penginderaan pengamat.

7. Sikap

Adalah hasil reaksi atau respon yang masih tertutup tentang pemakaian APD yang diperoleh melalui penginderaan pengamat.

8. Tindakan

Adalah pengerjaan tentang apa yang responden ketahui tentang pemakaian APD yang diperoleh melalui penginderaan pengamat.

9. Gejala Keracunan

Adalah masuknya pestisida ke dalam tubuh pekerja melalui organ tubuh seperti mulut, hidung dan kulit sehingga melemahkan fungsi tubuh yang lain.

3.6 Aspek Pengukuran

Untuk dapat mengetahui tingkat pengetahuan, sikap dan tindakan responden tentang perilaku pemakaian APD dilakukan wawancara langsung dengan


(42)

menggunakan daftar pertanyaan dalam kuesioner dan pemberian skor pada setiap jawaban. Untuk mengukur pengetahuan, sikap dan tindakan responden penelitian digunakan skala Likert (Usman dan Akbar PS, 1996).

1. Pengetahuan Responden

Pengetahuan dapat diukur dengan penghitungan skor terhadap seluruh jawaban dari aspek pengetahuan pada kuesioner. Terdapat 8 buah pertanyaan aspek pengetahuan, dimana untuk setiap pertanyaan jika responden menjawab ”a” diberi nilai 3, jika responden menjawab ”b” diberu nilai 2 dan jika responden menjawab ”c” diberi nilai 1. Untuk pertanyaan 3 dan 4 jika responden menjawab ”a” diberi nilai 3 dan jika responden menjawab ”b” diberi nilai 1.

 Tindakan baik apabila responden mampu menjawab pertanyaan dengan benar di atas 75 % atau memiliki skor antara 16-21.

 Tindakan sedang apabila responden mampu menjawab pertanyaan dengan benar 45-75 % atau memiliki skor antara 9-15.

 Tindakan kurang apabila responden mampu menjawab pertanyaan dengan benar di bawah 45 % atau memiliki skor antara 0-8.

2. Sikap Responden

Sikap dapat diukur dengan penghitungan skor terhadap seluruh jawaban dari aspek sikap pada kuesioner. Terdapat 10 buah pertanyaan aspek sikap, dimana untuk setiap pertanyaan jika responden menjawab ”setuju” diberi nilai 3 dan ”tidak setuju” diberi nilai 1.

 Tindakan baik apabila responden mampu menjawab pertanyaan dengan benar di atas 75 % atau memiliki skor antara 22-30.


(43)

 Tindakan sedang apabila responden mampu menjawab pertanyaan dengan benar 45-75 % atau memiliki skor antara 14-21.

 Tindakan kurang apabila responden mampu menjawab pertanyaan dengan benar di bawah 45 % atau memiliki skor antara 0-13.

3. Tindakan Responden

Tindakan dapat dilihat melalui observasi langsung. Terdapat 8 buah pertanyaan, dimana untuk setiapa pertanyaan jika responden menjawab ”Ya” diberi nilai 3 dan ”Tidak” diberi nilai 1.

 Tindakan baik apabila responden mampu menjawab pertanyaan dengan benar di atas 75 % atau memiliki skor antara 18-24.

 Tindakan sedang apabila responden mampu menjawab pertanyaan dengan benar 45-75 % atau memiliki skor antara11-17.

 Tindakan kurang apabila responden mampu menjawab pertanyaan dengan benar di bawah 45 % atau memiliki skor antara 0-10.

3.7 Teknik Pengolahan Data

Data yang diperoleh kemudian diolah dan dianalisa dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Data yang telah terkumpul diseleksi kelengkapannya

2. Data yang telah terseleksi kelengkapannya kemudian diberi penilaian sesuai dengan ketentuan penilaian.


(44)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero) 4.1.1 Sejarah singkat PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero)

PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero) merupakan Badan Usaha Milik Negara bidang perkebunan yang berkedudukan di Medan, Provinsi Sumatera Utara. Pada umumnya perusahaan-perusahaan perkebunan di Sumatera Utara memiliki sejarah panjang sejak zaman belanda.

Pada awalnya keberadaan perkebunan ini merupakan milik maskapai Belanda yang dinasionalisasi pada tahun 1959, dan selanjutnya berdasarkan kebijakan pemerintah telah mengalami beberapa kali perubahan organisasi sebelum akhirnya menjadi PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero).

Pada tahun 1985 sesuai Undang-undang Nomor 86 Tahun 1958, perusahaan-perusahaan swasta asing (Belanda) seperti HVA dan RCMA dinasionalisasikan oleh Pemetintah R.I, dan kemudian dilebur menjadi Perusahaan milik Pemerintah melalui peraturan pemerintah Nomor 19 Tahun 1959. Selanjutnya pada tahun 1967 Pemerintah melakukan pengelompokkan menjadi perusahaan Terbatas Persero, dengan nama resmi PT. Perkebunan I s.d. IX (Persero)

Pada tahun 1994 PTP VI, VII, dan VIII, digabung dalam kelompok PTP. Sumut –III, kemudian berdasarkan Peraturan Pemerintah No 9 Tahun 1996 semua PTP yang ada di Indonesia dikelompokkan kembali melalui penggabungan dan


(45)

pemisahan proyek-proyek yang melahirkan PT. Perkebunan Nusantara (PTPN-I s.d. PTPN-XIV).

Terhitung sejak 11 Maret 1996, gabungan PTP VI, VII, dan VIII diberi nama PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero), yang kini ber Kantor Pusat di Jl. Letjend Soeprapto No. 2 Medan.

4.1.2. Sruktur Organisasi PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero)

Sesuai SK Menteri Negara BUMN No. Kep-133/MBU/2006 tanggal 27 Desember 2006, terdapat perubahan struktur organisasi ditingkat direktorat yaitu penghapusan Direktorat Pemasaran dan pembentukan baru Direktorat Perencanaan dan Pengembangan Usaha.

Untuk kegiatan Operasional, perusahaan tetap mempertahankan unit-unit usaha yang ada dengan penambahan beberapa unit usaha khusus di daerah proyek pengembangan yaitu proyek pengembangan Panai Jaya (PAJ), proyek pengembangan Madina(Timur dan Balap), serta proyek pengembangan revitalisasi perkebunan di rakyat Madina (Plasma Madina).

4.1.3. Kegiatan Dan Usaha Pokok Perusahaan

PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero) mengelola 3 (tiga) budidaya perkebunan yang berupa tanaman kelapa sawit, Kakao, dan Teh dengan 31 unit kebun yang dilengkapi dengan sarana pengolahannya berupa 16 unit Pabrik Kelapa Sawit (PKS), 1 unit Pabrik Pemurnian Minyak Sawit, 1 unit Pabrik Pengolahan inti Sawit, 4


(46)

unit Pabrik Pengeringan Biji Kakao, 6 unit Pabrik Pengolahan Teh, 1 unit Perbengkelan dan 3 unit Rumah Sakit.

Kegiatan usaha Perusahaan tersebut terletak di atas lahan seluas ±175.244 Ha areal konsesi, yang tersebar di 9 (Sembilan) Kabupaten dan Kota, yaitu Kabupaten Simalungun, Serdang Bedagai, Asahan/Batu Bara, Labuhan Batu, Langkat, Toba Samosir, Tapanuli Selatan/ Padang Lawas, Mandailing Natal (Madina) dan Kota Madya Medan.

PTPN IV kebun Dolok Ilir adalah salah satu dari 27 unit usaha milik PTPN IV. PTPN IV Kebun Dolok Ilir ini terletak di Kecamatan Dolok Batu Nanggar Kabupaten Simalungun. Afdeling V dan VI adalah bagian dari 8 afdeling yang ada di PTPN IV Kebun Dolok Ilir.

4.2 Hasil Pengumpulan Data Primer 4.2.1 Data-Data Umum Responden

Data umum melalui penelitian ini meliputi data umur responden, tingkat langsung pendidikan dan masa kerja terakhir yang dikumpulkan. Berikut ini adalah distribusi data umum responden dalam tabel yang diperoleh melalui wawancara dengan responden.

Hasil penelitian menunjukkan berdasarkan kelompok umur, terdapat 10% responden berumur 30-40 tahun, 66,7% responden berumur 41-50 tahun dan 23,3% responden berumur >50 tahun. Berdasarkan tingkat pendidikan semua (100%) responden berpendidikan tamat SD. Berdasarkan masa kerja terdapat 16,7%


(47)

responden dengan masa kerja 11-20 tahun, 63,3% responden dengan masa kerja 21-30 tahun dan 20% responden dengan masa kerja >21-30 tahun.

Tabel 4.1 Distribusi Karakteristik Responden Pekerja Penyemprot Pestisida di PTPN IV Dolok Ilir Tahun 2010

No. Karakteristik Responden

Jumlah (orang)

Persentase (%)

1. Umur (tahun) 30-40 41-50 >50 3 20 7 10.0 66.7 23.3

Total 100

2. Tingkat Pendidikan

Tidak tamat sekolah/tidak tamat SD Tamat SD Tamat SLTP Tamat SLTA Perguruan Tinggi 0 30 0 0 0 0 100 0 0 0

Total 100

3. Masa Kerja (tahun) 11-20 21-30 >30 5 19 6 16.7 63.3 20.0


(48)

4.2.2 Pengetahuan

Variabel pengetahuan dalam penelitian diketahui dengan menanyakan 8 pertanyaan mengenai pengetahuan responden terhadap alat pelindung diri. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada pertanyaan tentang syarat-syarat APD mayoritas (96,7%) responden menjawab dengan tepat. Pada pertanyaan tentang manfaat APD mayoritas (90,0%) responden menjawab dengan tepat. Pada pertanyaan tentang risiko pekerjaan mayoritas (96,7%) responden mengetahui risiko pekerjaannya. Pada pertanyaan tentang pengetahuan peraturan, pedoman mayoritas (66,7%) responden mengetahui peraturan dan pedoman dalam melakukan pekerjaannya. Pada pertanyaan tentang penanggulangan gangguan kesehatan mayoritas (73,3%) responden menjawab dengan tepat cara penanggulangan gangguan kesehatan. Pada pertanyaan tentang jenis APD mayoritas (70%) responden menjawab dengan lengkap jenis-jenis APD. Pada pertanyaan tentang kegunaan APD mayoritas (60%) responden menjawab kurang tepat. Pada pertanyaan ketersediaan APD mayoritas (37,5) responden menjawab dengan tepat.

Tabel 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Idikator Pengetahuan Responden Pekerja Penyemprot Pestisida di PTPN IV Dolok Ilir Tahun 2010

No Indikator dan Jawaban Aspek Pengetahuan

Jumlah (orang)

Persentase (%)

1. Syarat-syarat APD - Tidak tahu - Kurang tepat - Tepat

0 1 29

0 3.3 96.7


(49)

2. Manfaat APD - Tidak tahu - Kurang tepat - Tepat 0 3 27 0 10.0 90.0 3. Risiko pekerjaan

- Tidak tahu - Tahu

1 29

3.3 96.7

4. Pengetahuan peraturan, pedoman - Tidak tahu

- Tahu

1 29

3.3 96.7

5. Penanggulangan gangguan kesehatan - Tidak tahu

- Kurang tepat - Tepat 0 8 22 0 26.7 73.3 6. Jenis APD

- Tidak tahu - Kurang lengkap - Lengkap 0 9 21 0 30.0 70.0 7 Kegunaan APD

- Menghindari gatal-gatal - Menghidari terhirup pestisida - Mematuhi peraturan

18 8 4 60.0 26.7 13.3 8 Ketersediaan APD

- Tidak tahu - Kurang tepat - Tepat 0 6 24 0 20.0 37.5


(50)

Berdasarkan perthitungan jumlah skor pada perhitungan tingkat pengetahuan responden, maka dapat dikategorikan baik dan kurang baik. Hasil penelitian dapat dilihat dalam tabel 4.3

Tabel 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Responden Pekerja Penyemprot Pestisida di PTPN IV Dolok Ilir Tahun 2010

No Pengetahuan Responden Jumlah (orang) Persentase (%)

1 Kurang baik 4 13.3

2 Baik 26 86.7

Total 100

4.2.3. Sikap

Hasil penelitian untuk variabel sikap diketahui dengan menggunakan 10 pertanyaan yang menanyakan bagaimana sikap responden terhadap penyemprotan pestisida dan penggunaan APD. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas (80%) responden setuju kalau pada saat cuaca panas tetap menggunakan APD. Mayoritas (96,7%) responden setuju jika harus berhati-hati dalam melakukan setiap pekerjaannya. Semua (100%) responden setuju kalau pemakaian APD dilakukan harus secara baik. Mayoritas responden (86,7%) setuju kalau penyemprotan harus mematuhi prosedur kerja. Mayoritas (93,3%) responden setuju bahwasanya perlu pengawasan ketat dalam proses pengerjaan penyemprotan. Mayoritas (90%) responden setuju bahwa tidak boleh merokok, makan dan minum dalam melakukan


(51)

pekerjaan penyemprotan. Mayoritas (90%) responden setuju bahwa perawatan pakaian pekerja harus dirawat dengan baik

oleh pekerja sendiri. Mayoritas (60%) responden setuju bahwa tetap memakai APD saat melakukan pekerjaan penyemprotan dalam waktu singkat. Mayoritas (90%) responden setuju bahwa perlu adanya teguran dari mandor ketika tidak memakai APD secara lengkap. Semua (100%) responden setuju bahwa selalu memakai APD sebagai cermin tenaga kerja yang disiplin.

Tabel 4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Indikator Sikap Responden Pekerja Penyemprot Pestisida di PTPN IV Dolok Ilir Tahun 2010

No Indikator Sikap

Jawaban Setuju Tidak

Setuju

N % N %

1 Cuaca panas tetap menggunakan APD 24 80 6 20 2 Berhati-hati selama bekerja 29 96.7 1 3.3

3 Pemakaian secara baik 30 100 0 0

4 Penyemprotan harus mematuhi prosedur kerja 26 86.7 4 13.3 5 Perlunya pengawasan yang ketat 28 93.3 2 6.7 6 Tidak boleh merokok, makan dan minum 27 90.0 3 10.0 7 Perawatan pakaian kerja dengan baik 27 90.0 3 10.0


(52)

Berdasarkan perhitungan jumlah skor pada perhitungan sikap responden, maka dapat dikategorikan baik dan kurang baik. Hasil penelitian dapat dilihat dalam tabel 4.5.

Tabel 4.5 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Sikap Responden Pekerja Penyemprot Pestisida di PTPN IV Dolok Ilir Tahun 2010

No Sikap Responden Jumlah (orang) Persentase (%)

1 Kurang baik 4 13.3

2 Baik 26 86.7

Total 100

4.2.4. Tindakan

Hasil penelitian untuk tindakan diketahui dengan menggunakan 8 pengamatan secara langsung. Dari pertanyaan yang diajukan diketahui bahwa hampir semua (96,7%) responden memakai masker saat menyemprot, semua (100%) responden memakai pakaian kerja saat menyemprot, (86,7%) memakai sarung tangan saat menyemprot, (83,3%) memakai kacamata pelindung saat menyemprot, (73,3%) tidak merokok saat menyemprot. Semua (100%) responden tidak makan dan minum saat 8 Tetap memakai APD saat bekerja dalam

waktu singkat

18 60.0 12 40.0

9 Teguran dari mandor ketika tidak memakai APD secara lengkap

27 90.0 3 10.0

10 Selalu memakai APD sebagai cermin tenaga kerja disiplin


(53)

melakukan penyemprotan, (73,3%) tidak mencuci tangan pakai sabun setelah melakukan pekerjaan penyemprotan dan mayoritas (96,7%) tidak berbicara dengan teman tanpa menggunakan masker pada saat bekerja.

Tabel 4.6 Distribusi Responden Berdasarkan Indikator Tindakan Responden Pekerja Penyemprot Pestisida di PTPN IV Dolok Ilir Tahun 2010

No Indikator Tindakan

Jawaban Ya Tidak

N % N %

1 Memakai masker saat menyemprot 29

96.7

1 3.3

2 Memakai pakaian kerja saat menyemprot 30 100 0 0 3 Memakai sarung tangan saat menyemprot 26 86.7 4 13.3 4 Memakai kacamata pelindung saat

menyemprot

25 83.3 5 16.7

5 Merokok saat menyemprot 8 26.7 22 73.3

6 Makan dan minum saat menyemprot 0 0 30 100 7 Mencuci tangan pakai sabun setelah

melakukan pekerjaan penyemprotan

8 26.7 22 73.3

8 Berbicara dengan teman tanpa menggunakan masker pada saat bekerja


(54)

Berdasarkan perhitungan jumlah skor pada perhitungan tindakan responden, maka dapat dikategorikan baik dan kurang baik. Hasil penelitian dapat dilihat dalam tabel 4.7.

Tabel 4.7 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Tindakan Responden Pekerja Penyemprot Pestisida di PTPN IV Dolok Ilir Tahun 2010

No Tindakan Responden Jumlah (orang) Persentase (%)

1 Kurang baik 6 20

2 Baik 24 80

Total 100

4.2.5 Gejala Keracunan

Hasil penelitian untuk gejala keracunan diketahui bahwa mayoritas responden sebanyak 21 orang atau 70% mengalami gejala keracunan berupa kulit gatal-gatal. Responden yang mengalami gejala keracunan berupa mual/muntah sebanyak 4 orang responden atau 13,3% dan responden yang mengalamu gejala keracunan berupa sakit kepala sebanyak 5 orang responden atau 16,7%. Sedangkan untuk gajala keracunan berupa gelisah, sakit dada dan keluar banyak keringat tidak dialami oleh responden didalam melakukan pekerjaannya yang berhubungan dengan pestisida selama 3 bulan terakhir.


(55)

Tabel 4.8 Distribusi Responden Berdasarkan Gejala Keracunan Responden Pekerja Penyemprot Pestisida di PTPN IV Dolok Ilir Tahun 2010

No Gejala Keracunan

Jawaban

Ya Tidak

N % N %

1 Kulit gatal-gatal 21 70 9 30

2 Mual/Muntah 4 13,3 26 86,7

3 Sakit Kepala 5 16,7 25 83,3

4 Gelisah 0 0 30 100

5 Sakit dada 0 0 30 100


(56)

BAB V PEMBAHASAN

5.1. Karakteristik Responden

Umur responden menyebar secara merata atau mewakili setiap kelompok umur. Dari data yang disajikan dapat dilihat bahwa kelompok umur paling banyak adalah usia 41-50 tahun sebanyak 20 orang atau 66,7% diikuti dengan usia >50 tahun sebanyak 7 orang atau 23,3%. Dan paling sedikit adalah usia 30-40 tahun sebanyak 3 orang atau 10%. Dari data yang diperoleh, 15 orang responden atau sebesar 50% merupakan usia produktif, yaitu usia 18-45 tahun, dan 15 orang lainnya atau 50% merupakan usia tidak produktif. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 5.1 Tabel Karakteristik Responden Menurut Kelompok Umur Responden Pekerja Penyemprot Pestisida di PTPN IV Dolok Ilir Tahun 2010

Karakteristik Responden (Umur/tahun)

Jumlah (orang)

Persentase (%)

30-40 41-50 >50

3 20 7

10.0 66.7 23.3


(57)

Tingkat pendidikan responden tergolong rendah. Seluruh responden adalah tamatan SD yaitu sebanyak 100%. Untuk lebih jelasnya, berikut ini adalah tabel berdasarkan distribusi pendidikan responden.

Tabel 5.2 Tabel Karakteristik Responden Menurut Tingkat Pendidikan Responden Pekerja Penyemprot Pestisida di PTPN IV Dolok Ilir Tahun 2010

Karakteristik Responden (Tingkat Pendidikan) Jumlah (orang) Persentase (%)

Tidak tamat sekolah/tidak tamat SD Tamat SD Tamat SLTP Tamat SLTA Perguruan Tinggi 0 30 0 0 0 0 100 0 0 0

Total 100

Secara umum responden sudah berpengalaman dalam melakukan pekerjaan penyemprotan. Masa kerja yang paling pendek adalah 11 tahun. Masa kerja yang paling panjang adalah 32 tahun. Masa kerja yang relatif lama tersebut membuat pekerja mempunyai pengalaman yang cukup banyak terhadap bidang pekerjaannya. Responden yang paling banyak bekerja dalam rentang waktu 21-30 tahun sebanyak 19 orang responden atau 63,3% dari keseluruhan responden. Diikuti responden yang bekerja >30 tahun sebnyak 6 orang responden atau 20% dan responden yang bekerja dalam rentang waktu 11-20 tahun yaitu sebanyak 5 orang responden atau 16,7%.


(58)

Untuk lebih jelasnya, berikut ini adalah tabel berdasarkan distribusi riwayat pekerjaan responden.

Tabel 5.3 Tabel Karakteristik Responden Menurut Riwayat Pekerjaan Responden Pekerja Penyemprot Pestisida di PTPN IV Dolok Ilir Tahun 2010

Karakteristik Responden (Masa Kerja)

Jumlah (orang)

Persentase (%)

11-20 21-30 >30

5 19 6

16.7 63.3 20.0

Total 100

5.2 Pengetahuan Responden Tentang APD

Baik buruknya tingkat pengetahuan seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Beberapa diantaranya adalah : tingkat kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin dan lingkungan. (Notoadmodjo, 2003)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari data yang diperoleh semua (100%) responden berpendidikan SD, namun mayoritas responden memiliki pengetahuan yang baik dalam penggunaan APD dalam pekerjaannya. Tingkat pendidikan rendah belum tentu membuat seseorang memiliki pengetahuan yang kurang baik dibandingkan seseorang yang memiliki tingkat pendidikan lebih tinggi. Pengetahuan baik yang dimiliki responden tidak terlepas karena mayoritas responden memiliki riwayat pekerjaan yang relatif lama dalam bidangnya. Ada (63,3%) responden memiliki masa kerja antara 21-30 tahun. Hal ini menandakan pengalaman yang


(59)

dimiliki oleh pekerja menolong mereka untuk memiliki pengetahuan yang baik dalam penggunaan APD dalam pekerjaannya. Mereka memiliki pengetahuan yang baik karena mereka selalu melakukannya sehingga hal tersebut dalam jangka waktu yang lama menjadi suatu pengingat bagi mereka didalam melakukan pekerjaannya, tanpa harus mengingatnya dalam waktu yang relatif singkat.

Tabel 5.4 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Responden Pekerja Penyemprot Pestisida di PTPN IV Dolok Ilir Tahun 2010

No Pengetahuan Responden Jumlah (orang) Persentase (%)

1 Kurang baik 4 13.3

2 Baik 26 86.7

Total 100

5.3 Sikap Responden Tentang APD

Sikap adalah reaksi yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek dilingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap stimulus. (Notoadmodjo, 2003)

Melalui hasil penelitian, diketahui bahwa sikap responden tergolong baik. Secara keseluruhan atau rata-rata sebanyak 26 orang (86,7%) setuju akan adanya APD dalam pekerjaan mereka.

Jumlah pekerja yang menyetujui bahwa dalam kondisi cuaca yang panas pekerja harus tetap menggunakan APD dalam melakukan pekerjaannya adalah


(60)

sebesar 80% atau 24 orang dan 6 orang lainnya atau sebesar 20% tidak setuju dengan alasan tidak nyaman karena keringat di tubuh akibat cuaca panas tersebut.

Dari keseluruhan responden sebanyak 29 orang (96,7%) setuju harus berhati-hati dalam melakukan pekerjaannya karena mempunyai efek yang baik terhadap kesehatan dan mencegah risiko pekerjaan. Responden yang tidak setuju adalah 1 orang (3,3%).

Dalam hal pemakaian APD secara baik semua (100%) setuju untuk dilakukan karena dinilai sangat penting untuk menjaga keselamatan dan kesehatan kerja para pekerja itu sendiri. Responden sebanyak 26 orang (86,7%) setuju aturan dan prosedur kerja dalam penyemprotan harus dipatuhi oleh pekerja. Responden yang tidak setuju sebanyak 4 orang (13,3%) tidak setuju dengan alasan terlalu kaku dalam melakukan pekerjaan.

Dalam hal pengawasan kerja yang ketat guna melindungi pekerja dari risiko pekerjaannya sebanyak 28 orang (93,3%) setuju untuk dipatuhi. Sedangkan responden yang tidak setuju dengan hal tersebut sebanyak 2 orang (6,7%).

Terdapat 27 orang (90%) setuju bahwa didalam melakukan pekerjaan penyemprotan tidak diperbolehkan utuk merokok, makan dan minum karena dapat mengganggu pekerjaan dan dapat mengakibatkan keracunan pada pekerja yang melakukannya. Sedangkan responden yang tidak setuju sebanyak 3 orang (10%) akan hal tersebut.

Terdapat 27 orang (90%) setuju bahwa didalam kepemilikan pakaian kerja yang dipercayakan perusahaan kepada pekerja, pekerja harus merawat pakaian pekerjaan dengan baik, dengan mencuci pakaian kerja setelah selesai memakai


(61)

pakaian kerja, sehingga untuk pemakaian berikutnya pakaian tersebut bersih dan juga pekerja takut untuk menyimpan pakaian kerja yang belum di cuci dengan alasan keracunan pada diri mereka yang akan merugikan diri mereka sendiri. Sedangkan responden yang tidak setuju sebanyak 3 orang (10%) dengan alasan tidak sempat untuk mencuci pakaian kerja setelah memakai pakaian kerja karena ada hal lain yang harus dikerjakan setiap harinya setelah melakukan pekerjaan rutinnya sebagai penyemprot.

Terdapat 18 orang (60%) setuju bahwa pada saat melakukan pekerjaan yang singkat, pekerja harus tetap memakai APD. Sedangkan 12 orang (40%) tidak setuju jika harus memakai APD ketika melakukan pekerjaan penyemprotan dalam waktu yang relatif singkat dengan alasan repot harus memasang secara lengkap semua APD yang ada.

Mayoritas (90%) atau 27 responden setuju jika pekerja tidak memakai APD secara lengkap mendapatkan teguran dari mandor. Sedangkan 3 orang (10%) tidak setuju kalau mendapat teguran dari mandor ketika tidak memakai APD secara lengkap dengan alasan dapat mengganggu kinerja mereka ketika melakukan pekerjaan karena merasa tidak bisa menjaga diri.

Semua pekerja (100%) atau 30 orang setuju kalau dalam pemakaian APD sebagai cermin tenaga kerja yang disiplin.


(62)

Tabel 5.5 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Sikap Responden Pekerja Penyemprot Pestisida di PTPN IV Dolok Ilir Tahun 2010

No Sikap Responden Jumlah (orang) Persentase (%)

1 Kurang baik 4 13.3

2 Baik 26 86.7

Total 100

5.4 Tindakan Responden Tentang APD

Selama pelaksanaan penyemprotan oleh pekerja, seluruh APD yang telah disediakan oleh pihak perusahaan harus dipakai dan dimanfaatkan. Hal tersebut harus dilaksanakan untuk kepentingan pekerja itu sendiri agar terhindar dari penyakit akibat kerja yang ditimbulkan dari paparan pestisida yang ada.

Dari hasil penelitian, penggunaan APD yang dilakukan oleh pekerja adalah baik. Hampir keseluruhan pekerja mengggunakan seluruh alat pelindung diri secara lengkap. Mereka merasa sudah terbiasa untuk melakukan tindakan memakai APD secara lengkap, karena menurut mereka hal tersebut membuat mereka merasa terlindungi dari bahaya pestisida dan dapat dengan nyaman melakukan pekerjaan penyemprotan. Kenyamanan dalam melakukan pekerjaan dapat terlihat ketika dalam melakukan penyemprotan dengan perubahan arah angin yang tiba-tiba, mereka merasa tidak terganggu. Karena jika tidak memakai APD secara lengkap, pekerja harus senantisa menghindar dari paparan pestisida ketika melakukan penyemprotan apalagi ketika arah angin berubah dari keadaan awalnya.


(63)

Tabel 5.6 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Tindakan Responden Pekerja Penyemprot Pestisida di PTPN IV Dolok Ilir Tahun 2010

No Tindakan Responden Jumlah (orang) Persentase (%)

1 Kurang baik 6 20

2 Baik 24 80

Total 100

5.5 Gejala Keracunan

Dari hasil penelitian diketahui bahwa ada sebanyak 21 orang atau 70% mengalami gejala keracunan berupa kulit gatal-gatal. Hal ini disebabkan karena kebanyakan dari responden pekerja memakai baju kerja yang tidak terlalu tebal, sehingga memungkinkan pestisida meresap kedalam pakaian kerja, sehingga mengenai kulit pekerja yang mengakibatkan kulit gatal-gatal. Tetapi itu tidak terlalu mempengaruhi pekerja dalam melakukan pekerjaannya, karena mereka merasa terbiasa untuk merasakan hal seperti itu.

Terdapat 4 orang responden atau 13,3% mengalami gejala keracunan berupa mual/muntah. Hal ini disebabkan adanya aktifitas merokok (dikarenakan rokok yang dihisap terkontaminasi oleh cairan pestisida) yang dilakukan pekerja sambil melakukan pekerjaannya sehingga memungkinkan responden tersebut mengalami gejala keracunan berupa mual/muntah. Sedangkan 26 orang responden atau 86,7% tidak mengalami gejala keracunan berupa mual/muntah karena tidak melakukan aktifitas merokok ketika sedang melakukan pekerjaannya.


(64)

Terdapat 5 orang responden atau 16,7% mengalami gejala keracunan berupa sakit kepala. Hal ini disebabkan karena adanya pekerja yang tidak senantiasa memakai masker saat melakukan pekerjaannya sehingga memungkinkan pestisida terhirup oleh pekeja tersebut dan mengalami sakit kepala. Sedangkan 25 orang responden atau 83,3% tidak mengalami gejala keracunan berupa sakit kepala karena mereka senantiasa memakai masker saat melakukan pekerjaannya.

Untuk gejala keracunan berupa gelisah, sakit dada dan keluar banyak keringat tidak dialami oleh pekerja penyemprot pestisida. Pekerja penyemprot tidak mengalami gejala keracunan seperti ini karena dari pihak perusahaan PTPN IV itu sendiri melakukan pemerikasaan kesehatan rutin kepada pekerja penyemprot pestisida. Pemeriksaan ini dapat berupa cek darah ataupun cek kondisi kesehatan jika pekerja mengalami kesakitan dalam dirinya. Pemerikasaan ini tidak dikenakan biaya oleh pihak perusahaan jika pekerja melakukan pemeriksaan kesehatan ke rumah sakit yang dimiliki perusahan.

Pengetahuan, sikap dan tindakan yang baik tetapi tetap menimbulkan gejala keracunan bagi para pekerja. Menurut pengamatan peneliti hal ini disebabkan karena sifat dari pestisida itu sendiri yang bersifat toksik (racun). Jika cairan pestisida tersebut terpapar pada pekerja, akan langsung menimbulkan dampak yang sangat signifikan bagi pekerja itu. Jika cairan tersebut terkena kulit akan langsung terasa dampak gatal-gatal bagi pekerja. Jika cairan pestisida tersebut secara tidak sengaja masuk ke dalam tubuh walaupun dalam jumlah yang sedikit, maka akan dapat berakibat mual/muntah dan sakit kepala pada pekerja tersebut.


(65)

(66)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di afdeling V dan VI PTPN IV Dolok Ilir Kabupaten Simalungun mengenai gambaran perilaku pemakaian APD dan gejala keracunan maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

1. Karakteristik umum responden adalah responden yang memiliki umur produktif (18-45tahun) sebesar 70% dan yang memiliki umur tidak produktif (>45tahun) sebesar 30%. Persentase responden yang memiliki tingkat pendidikan tinggi tidak ada. Keseluruhan responden 100% memiliki tingkat pendidikan rendah. 2. Responden yang memiliki pengetahuan baik sebesar 86,7%.

3. Responden yang memiliki sikap yang baik sebesar 86,7%. 4. Responden yang memiliki tindakan yang baik sebesar 80%.

5. Responden yang mengalami gejala keracunan kulit gatal-gatal sebesar 70%, mual/muntah sebesar 13,3% dan sakit kepala sebesar 16,7%. Sedangkan untuk gejala keracunan berupa gelisah, sakit dada dan keluar banyak keringat tidak dialami oleh responden.

6.2 Saran

1. Pihak perusahaan baiknya senantiasa memperhatikan kesehatan setiap pekerja penyemprotan, untuk mengetahui kondisi kesehatan pekerja penyemprot pestisida.


(67)

2. Mandor lapangan selalu memperhatikan setiap pekerjaan yang dikerjakan oleh pekerja penyemprot, untuk menjaga kesehatan para pekerja dan terhindar dari penyakit akibat kerja yang ditimbulkan melalui penyemprotan pestisida.

3. Semua pekerja hendaknya membiasakan diri mencuci tangan dengan sabun setelah melakukan pekerjaan penyemprotan, agar mengurangi dampak gatal-gatal yang ditimbulkan oleh ketika terpapar pestisida.

4. Pekerja hendaknya memakai APD secara lengkap dengan tidak melakukan aktifitas lainnya diluar penyemprotan yang dapat mengganggu kesehatan pekerja itu sendiri.


(68)

DAFTAR PUSTAKA

Afrianto, 2008. Kajian Keracunan Pestisida pada Petani Penyemprot Cabe di Desa Candi Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang. Diakses pada tanggal 1 Oktober 2010.

Djojosumarto, P. 2000. Teknik Aplikasi Pestisida Tanaman. Penerbit Kanisius, Yogyakarta.

http://episentrum.com/search/Arti%20Definisi%20/%20Pengertian%20masa%20Kerj a/page. Diakses tanggal 9 Oktober 2010

2010.

14_pestisides.pdf. Diakses tanggal 2 Oktober 2010.

2010.

Notoatmodjo, S, 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta, Jakarta. Novizan, 2002. Membuat dan Memanfaatkan Pestisida Ramah Lingkungan.

Argo Media Pustaka, Jakarta.

Peraturan Pemerintah No.7 Tahun 1973 tentang Pengawasan Atas Peredaran, Penyimpanan dan Penggunaan Pestisida.


(1)

2. Mandor lapangan selalu memperhatikan setiap pekerjaan yang dikerjakan oleh pekerja penyemprot, untuk menjaga kesehatan para pekerja dan terhindar dari penyakit akibat kerja yang ditimbulkan melalui penyemprotan pestisida.

3. Semua pekerja hendaknya membiasakan diri mencuci tangan dengan sabun setelah melakukan pekerjaan penyemprotan, agar mengurangi dampak gatal-gatal yang ditimbulkan oleh ketika terpapar pestisida.

4. Pekerja hendaknya memakai APD secara lengkap dengan tidak melakukan aktifitas lainnya diluar penyemprotan yang dapat mengganggu kesehatan pekerja itu sendiri.


(2)

DAFTAR PUSTAKA

Afrianto, 2008. Kajian Keracunan Pestisida pada Petani Penyemprot Cabe di Desa Candi Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang. Diakses pada tanggal 1 Oktober 2010.

Djojosumarto, P. 2000. Teknik Aplikasi Pestisida Tanaman. Penerbit Kanisius, Yogyakarta.

http://episentrum.com/search/Arti%20Definisi%20/%20Pengertian%20masa%20Kerj a/page. Diakses tanggal 9 Oktober 2010

2010.

14_pestisides.pdf. Diakses tanggal 2 Oktober 2010.

2010.

Notoatmodjo, S, 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta, Jakarta. Novizan, 2002. Membuat dan Memanfaatkan Pestisida Ramah Lingkungan.

Argo Media Pustaka, Jakarta.

Peraturan Pemerintah No.7 Tahun 1973 tentang Pengawasan Atas Peredaran, Penyimpanan dan Penggunaan Pestisida.


(3)

Prijanto, T, 2009. Analisis Faktor Risiko Keracunan Pestisida Pada Keluarga Petani Holtikultura. Lingkungan, Semarang. Diakses tanggal 20 November 2010.

Siswanto, A, 1999. tentang Alat Pelindung Diri. Majalah Hiperkes dan Keselamatan Kerja. Vol XVI No.4 Oktober-Desember, Jakarta.

Suma’mur, 1996. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Toko Gunung Agung, Jakarta.

Rudi, 2000. Pemeriksaan Pada Keracunan Pestisida, Koleksi Majalah Hiperkes dan Keselamatan Kerja oleh Pusat Hiperkes DEPNAKER RI, edisi IV, Jakarta, 1973.

Usman, Husaini dan Akbar PS, 2000. Metodologi Penelitian Sosial. Bumi Aksara, Jakarta.

Wudianto, R, 1999. Petunjuk Penggunaan Pestisida. Penebar Swadaya, Jakarta. Runia, Y, 2008. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Keracunan Pestisida

Organofosfat, Karbamat, dan Kejadian Anemia pada Petani Holtikultura di Desa Tejosari Kecamatan Ngablak Kabupaten Magelang. tanggal 6 Oktober 2010.


(4)

KUESIONER PENELITIAN

GAMBARAN PERILAKU PEMAKAIAN APD DAN GEJALA KERACUNAN PADA PENYEMPROT PESTISIDA DI AFDELING V DAN VI

KEBUN DOLOK ILIR PTPN IV TAHUN 2010

IDENTITAS RESPONDEN

1. Nomor Responden :

2. Nama :

3. Jenis Kelamin :

4. Umur :

5. Masa kerja : 6. Pendidikan Terakhir : a. Tidak sekolah/tidak tamat SD b. Tamat SD

c. Tamat SLTP d. Tamat SLTA e. Perguruan Tinggi

PENGETAHUAN

1. Menurut Saudara, apa saja syarat-syarat APD (Alat Pelindung Diri)?

a. Nyaman dipakai, tidak mengganggu sewaktu bekerja dan memberikan perlindungan yang efektif

b. Nyaman dipakai dan enak dipandang orang c. Tidak tahu

2. Menurut Saudara, manfaat apa yang saudara peroleh dengan memakai alat pelindung diri?

a. Menghindari diri dari gangguan kesehatan seperti kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja.

b. Mematuhi peraturan sehingga tidak mendapat teguran dari atasan. c. Tidak tahu

3. Pekerjaan sebagai penyemprot pestisida merupakan pekerjaan : a. Berisiko

b. Kurang Berisiko c. Tidak Berisiko

4. Yang berhubungan dengan pekerjaan saudara adalah a. Peraturan, Pedoman dan Prosedur


(5)

b. Peraturan, Pedoman c. Peraturan

5. Menurut Saudara, bagaimana menanggulangi/mencegah agar tidak terjadi gangguan kesehatan?

a. Dengan mematuhi pedoman, peraturan, dan prosedur kerja. b. Dengan memakai APD

c. Tidak tahu

6. Sebutkan berbagai jenis alat pelindung diri yang saudara ketahui yang dibutuhkan untuk pekerjaan saudara ini.

a. Pakaian kerja, sarung tangan, sepatu boot, masker, kacamata pelindung. b. Pakaian kerja, sepatu boot, masker.

c. Tidak tahu

7. Menurut Saudara, untuk apa harus memakai alat pelindung diri sewaktu bekerja? a. Agar kulit tidak kontak dengan pestisida (gatal-gatal)

b. Untuk menghindari terhirupnya pestisida c. Memenuhi peraturan perusahaan

8. Apakah APD tersebut disediakan oleh pihak perusahaan? a. Ya

b. Sebagian c. Tidak tahu SIKAP

1. Saat bekerja dalam cuaca yang sangat panas, saudara tetap harus menggunakan APD secara baik dan benar.

a. Setuju b. Tidak setuju

2. Berhati-hati dan waspada selama bekerja mempunyai efek yang baik terhadap kesehatan dan mencegah risiko pekerjaan.

a. Setuju b. Tidak setuju

3. Pemakaian APD secara baik sangat penting untuk menjaga keselamatan dan kesehatan kerja.

a. Setuju b. Tidak setuju

4. Setiap pekerja penyemprotan harus mematuhi aturan dan prosedur kerja. a. Setuju b. Tidak setuju

5. Pengaturan kerja dan kewajiban menggunakan APD serta pengawasan yang ketat sangat perlu dalam melindungi pekerjaan penyemprotan dari resiko pekerjaaannya.

a. Setuju b. Tidak setuju

6. Selama melaksanakan pekerjaan tidak dibenarkan sama sekali merokok, makan, atau minum.

a. Setuju b. Tidak setuju

7. Setiap pekerja harus memelihara dan merawat semua perlengkapan kerja yang menjadi tanggung jawabnya.


(6)

a. Setuju b. Tidak setuju

8. Bila saudara melakukan pekerjaan dalam waktu yang singkat, maka APD harus tetap dipakai.

a. Setuju b. Tidak setuju

9. Bagaimana menurut saudara jika mandor menegur saudara bekerja tidak memakai APD?

a. Setuju b. Tidak setuju

10. Selalu memakai APD selama bekerja adalah cermin tenaga kerja yang disiplin. a. Setuju b. Tidak setuju

TINDAKAN (OBSERVASI)

No Tindakan Ya Tidak

1 Memakai masker saat menyemprot 2 Memakai pakaian kerja saat menyemprot 3 Memakai sarung tangan saat menyemprot 4 Memakai kacamata pelindung saat menyemprot 5 Merokok saat menyemprot

6 Makan dan minum saat menyemprot

7 Mencuci tangan pakai sabun setelah melakukan pekerjaan 8 Berbicara dengan teman tanpa menggunakan masker pada

saat bekerja

GEJALA KERACUNAN

Apakah saudara mengalami gejala keracunan selama melakukan pekerjaannya? (3 bulan terakhir)

a. Ya b. Tidak

Jika ya, sebutkan : 1. Kulit gatal-gatal 2. Mual/muntah 3. Sakit kepala 4. Gelisah 5. Sakit dada


Dokumen yang terkait

Hubungan Pemakaian Alat Pelindung Diri dengan Gejala Keracunan Pada Penyemprot Pestisida di Perkebunan Kelapa Sawit Tanjung Garbus Pagar Merbau Tahun 2015

7 108 119

Hubungan Promosi Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3) Dengan Perilaku Aman (Safe Behavior) Pada Karyawan Bagian Produksi Pengolahan Minyak Sawit Di PTPN IV Kebun Dolok Ilir

81 412 124

Analisis Kinerja Mutu Teh Hitam di PTPN IV Kebun Bah Butong

16 129 72

Studi Pemeliharaan Mesin Genset PTPN III Kebun Rambutan

4 47 64

GAMBARAN PERILAKU PENGGUNAAN PESTISIDA DAN GEJALA KERACUNAN YANG DITIMBULKAN PADA PETANI PENYEMPROT SAYUR DI DESA SIDOMUKTI KECAMATAN BANDUNGAN KABUPATEN SEMARANG

0 8 78

I. Identitas Pekerja penyemprot - Hubungan Pemakaian Alat Pelindung Diri dengan Gejala Keracunan Pada Penyemprot Pestisida di Perkebunan Kelapa Sawit Tanjung Garbus Pagar Merbau Tahun 2015

0 0 22

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pestisida 2.1.1 Pengertian Pestisida - Hubungan Pemakaian Alat Pelindung Diri dengan Gejala Keracunan Pada Penyemprot Pestisida di Perkebunan Kelapa Sawit Tanjung Garbus Pagar Merbau Tahun 2015

0 0 40

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Hubungan Pemakaian Alat Pelindung Diri dengan Gejala Keracunan Pada Penyemprot Pestisida di Perkebunan Kelapa Sawit Tanjung Garbus Pagar Merbau Tahun 2015

0 1 7

HUBUNGAN PEMAKAIAN ALAT PELINDUNG DIRI DENGAN GEJALA KERACUNAN PADA PENYEMPROT PESTISIDA DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT TANJUNG GARBUS PAGAR MERBAU PTPN II TAHUN 2015

0 2 16

Hubungan Promosi Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3) Dengan Perilaku Aman (Safe Behavior) Pada Karyawan Bagian Produksi Pengolahan Minyak Sawit Di PTPN IV Kebun Dolok Ilir

3 6 25