Latar Belakang Gambaran Perilaku Pemakaian APD Dan Gejala Keracunan Pada Penyemprot Pestisida Di Afdeling V Dan VI Kebun Dolok Ilir PTPN IV Tahun 2010

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pembangunan di Indonesia secara berencana, komprehensif, terpadu, terarah dan berkesinambungan terus diupayakan untuk mencapai tujuan nasional. Adapun tujuan dari pembangunan nasional adalah untuk mewujudkan suatu masyarakat adil, makmur dan merata baik secara material maupun spiritual berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 Depkes RI,1999. Menurut Hendrik L. Blum 1986, derajat kesehatan masyarakat dipengaruhi oleh empat faktor utama yaitu : keturunan, lingkungan, perilaku dan pelayanan kesehatan. Status kesehatan akan tercapai secara optimal, bilamana keempat faktor tersebut secara bersama-sama mempunyai kondisi yang optimal pula Notoadmodjo, 2003. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan masyarakat hendaknya juga dialamatkan kepada empat faktor tersebut. Dengan kata lain intervensi atau upaya kesehatan masyarakat juga dikelompokkan menjadi 4 bagian yakni intervensi terhadap lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan dan hereditas. Pestisida merupakan salah satu hasil teknologi modern telah terbukti mempunyai peranan yang penting dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat, karena telah menjadi unsur utama dalam meningkatkan hasil pertanian. Namun pestisida adalah bahan beracun berbahaya, bila tidak dikelola dengan baik dan bijaksana, dapat menimbulkan dampak bagi kesehatan masyarakat Djojosumarto, 2000. Idealnya teknologi pertanian maju tidak memakai pestisida. Tetapi sampai pada saat ini belum ada teknologi yang demikian. Pestisida masih diperlukan, bahkan penggunaannya semakin meningkat. Pengalaman di Indonesia dalam menggunakan pestisida untuk program intensifikasi, ternyata pestisida dapat membantu mengatasi masalah hama padi. Pestisida dengan cepat menurunkan populasi hama, hingga meluasnya serangan dapat dicegah, dan kehilangan hasil karena hama dapat ditekan. Pengalaman di Amerika Latin menunjukkan bahwa dengan menggunakan pestisida dapat meningkatkan hasil 40 persen pada tanaman coklat. Di Pakistan dengan menggunakan pestisida dapat menaikkan hasil 33 persen pada tanaman tebu, dan berdasarkan catatan dari Organisasi Pangan dan Pertanian FAO penggunaan pestisida dapat menyelamatkan hasil 50 persen pada tanaman kapas. Dengan melihat besarnya kehilangan hasil yang dapat diselamatkan berkat penggunaan pestisida, maka dapat dikatakan bahwa peranan pestisida sangat besar dan merupakan sarana penting yang sangat diperlukan dalam bidang pertanian. Usaha intensifikasi pertanian yang dilakukan dengan menerapkan berbagai teknologi maju seperti penggunaan pupuk, varietas unggul, perbaikan pengairan dan pola tanam akan menyebabkan perubahan ekosistem yang sering diikuti oleh meningkatnya problema serangan jasad pengganggu. Demikian pula usaha ekstensifikasi pertanian dengan membuka lahan pertanian baru, yang berarti melakukan perombakan ekosistem, sering kali diikuti dengan timbulnya masalah serangan jasad pengganggu. Dan tampaknya saat ini yang dapat diandalkan untuk melawan jasad pengganggu tersebut yang paling manjur hanya pestisida. Memang tersedia cara lainnya, namun tidak mudah untuk dilakukan, kadang-kadang memerlukan tenaga yang banyak, waktu dan biaya yang besar, hanya dapat dilakukan dalam kondisi tertentu yang tidak dapat diharapkan efektifitasnya. Pestisida saat ini masih berperan besar dalam menyelamatkan kehilangan hasil yang disebabkan oleh jasad pengganggu . Risiko bagi keselamatan pengguna adalah kontak langsung terhadap pestisida yang dapat mengakibatkan keracunan akut maupun kronis. Keracunan akut dapat menimbulkan gejala sakit kepala, mual, muntah, dan sebagainya, bahkan beberapa pestisida dapat menimbulkan iritasi kulit dan kebutaan. Keracunan kronis tidak selalu mudah dideteksi karena efeknya tidak segera dirasakan, walaupun akhirnya juga menimbulkan gangguan kesehatan. Sangat disayangkan belum banyak penelitian tentang dampak negatif pemakaian pestisida di Indonesia. Sementara itu hasil penelitian yang telah ada kurang disosialisasikan sehingga tingkat kesadaran masyarakat terhadap masyarakat masih sangat rendah. Masih sering petani menyemprot pestisida tanpa memakai pelindung. Pemakaian pestisida sering tidak sesuai dosis dan konsentrasi yang dipakai sering ditingkatkan hingga melampaui batas yang disarankan, dengan alasan dosis yang rendah sudah tidak mampu lagi mengendalikan hama dan penyakit tanaman. Selain itu wadah pestisida sering dibuang di sembarang tempat Novizan, 2002. Pestisida merupakan bahan kimia beracun yang bermanfaat bagi bidang pertanian. Namun jika orang yang menggunakan pestisida tidak sesuai prosedur maka akan menyebabkan pekerja tersebut mengalami gangguan kesehatan seperti kulit gatal-gatal, mualmuntah, dan kepala pusing. Mayoritas penduduk di sekitar PTPN IV kebun Dolok Ilir bekerja sebagai karyawan di PTPN IV kebun Dolok Ilir dengan berbagai profesi. Bagian lapangan karyawan bekerja sebagai pengegrek buah sawit, pembersih piringan kelapa sawit, penyemprot pestisida. Berdasarkan survey awal pada bulan agustus yang dilakukan terlihat bahwa hampir sekitar 20 pekerja tidak senantiasa memakai APD Alat Pelindung Diri secara lengkap dalam melakukan penyemprotan. Hal seperti ini akan dapat mempengaruhi status kesehatan karyawan penyemprot pestisida. Dan hal ini dapat dilihat pada saat survey awal dengan mewawancarai beberapa pekerja pada waktu istirahat. Terkadang para pekerja mengalami gangguan gatal-gatal pada kulit mereka. Gatal-gatal ini disebabkan karena pekerja itu tidak secara utuh memakai APD dan memakai APD jika mereka merasa perlu untuk menggunakannya. Pemberian APD Alat Pelindung Diri seperti masker, baju tangan panjang, sarung tangan, kacamata merupakan suatu bagian yang di berikan oleh pihak perusahaan sebagai bentuk pelayanan kepada karyawan agar karyawan tidak mengalami gangguan kesehatan dalam mengerjakan tugasnya sebagai penyemprot pestisida. Walaupun dari pihak perusahaan sudah secara maksimal memberikan banyak penyuluhan akan pentingnya menggunakan APD dalam melakukan pekerjaan penyemprotan, mengingatkan karyawan untuk menggunakan APD melalui mandor yang mengawasi pekerja, namun pekerja tidak senantiasa mematuhi peraturan yang diberikan pihak perusahaan. Dengan alasan ketidaknyamanan di dalam melakukan pekerjaannya didalam melakukan penyemprotan sehingga terkadang mereka tidak memakai secara lengkap APD yang diberikan ketika melakukan pekerjaannya. Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk mengetahui bagaimana gambaran perilaku pemakaian APD dan gejala keracunan pada penyemprot pestisida di PTPN IV Dolok Ilir tahun 2010.

1.2 Perumusan Masalah

Dokumen yang terkait

Hubungan Pemakaian Alat Pelindung Diri dengan Gejala Keracunan Pada Penyemprot Pestisida di Perkebunan Kelapa Sawit Tanjung Garbus Pagar Merbau Tahun 2015

7 108 119

Hubungan Promosi Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3) Dengan Perilaku Aman (Safe Behavior) Pada Karyawan Bagian Produksi Pengolahan Minyak Sawit Di PTPN IV Kebun Dolok Ilir

81 412 124

Analisis Kinerja Mutu Teh Hitam di PTPN IV Kebun Bah Butong

16 129 72

Studi Pemeliharaan Mesin Genset PTPN III Kebun Rambutan

4 47 64

GAMBARAN PERILAKU PENGGUNAAN PESTISIDA DAN GEJALA KERACUNAN YANG DITIMBULKAN PADA PETANI PENYEMPROT SAYUR DI DESA SIDOMUKTI KECAMATAN BANDUNGAN KABUPATEN SEMARANG

0 8 78

I. Identitas Pekerja penyemprot - Hubungan Pemakaian Alat Pelindung Diri dengan Gejala Keracunan Pada Penyemprot Pestisida di Perkebunan Kelapa Sawit Tanjung Garbus Pagar Merbau Tahun 2015

0 0 22

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pestisida 2.1.1 Pengertian Pestisida - Hubungan Pemakaian Alat Pelindung Diri dengan Gejala Keracunan Pada Penyemprot Pestisida di Perkebunan Kelapa Sawit Tanjung Garbus Pagar Merbau Tahun 2015

0 0 40

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Hubungan Pemakaian Alat Pelindung Diri dengan Gejala Keracunan Pada Penyemprot Pestisida di Perkebunan Kelapa Sawit Tanjung Garbus Pagar Merbau Tahun 2015

0 1 7

HUBUNGAN PEMAKAIAN ALAT PELINDUNG DIRI DENGAN GEJALA KERACUNAN PADA PENYEMPROT PESTISIDA DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT TANJUNG GARBUS PAGAR MERBAU PTPN II TAHUN 2015

0 2 16

Hubungan Promosi Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3) Dengan Perilaku Aman (Safe Behavior) Pada Karyawan Bagian Produksi Pengolahan Minyak Sawit Di PTPN IV Kebun Dolok Ilir

3 6 25