commit to user
kemarau, terjadi penyusutan air waduk yang cukup drastis sehingga memunculkan lahan-lahan kosong di sekitar waduk. Lahan-lahan kosong
yang merupakan lahan pasang surut Waduk Gajah Mungkur ini dapat dijumpai pada tujuh kecamatan yang mengelilingi waduk tersebut, yaitu:
Kecamatan Wonogiri, Ngadirojo, Nguntoronadi, Baturetno, Giriwoyo, Eromoko dan Wuryantoro. Lahan-lahan pasang surut di sekitar waduk
merupakan lahan yang subur sehingga banyak dimanfaatkan oleh penduduk untuk menanam tanaman pangan seperti: padi, jagung, ketela
pohon, kacang tanah, dan kedelai. Diantara tujuh kecamatan yang mengelilingi Waduk Gajah Mungkur, daerah yang memiliki lahan pasang
surut terluas dan banyak digunakan oleh penduduk untuk ditanami tanaman pangan tersebut adalah di Kecamatan Nguntoronadi
Daryanto, 2007.
B. Kerangka Berfikir
Waduk Gajah Mungkur di Kabupaten Wonogiri merupakan waduk serba guna yang salah satu fungsinya adalah untuk pengairan. Saat ini Waduk
Gajah Mungkur sudah mengalami sedimentasi, dimana sedimentasi tersebut berasal dari erosi sungai-sungai yang bermuara ke waduk, sehingga waduk
tidak dapat berfungsi secara maksimal. Agar erosi yang berasal dari sungai- sungai yang bermuara ke waduk tidak langsung masuk ke waduk, maka salah
satu upaya yang dilakukan untuk tetap menjaga kelestarian Waduk Gajah Mungkur adalah dengan mengelola lahan pasang surut dengan benar.
Pengelolaan lahan pasang surut oleh masyarakat hanya untuk kegiatan pertanian dan kegiatan tersebut harus mentaati ketentuan-ketentuan yang telah
ditetapkan guna menjaga kelangsungan fungsi utama waduk sebagai sarana pengairan.
Lahan pasang Waduk Gajah Mungkur Wonogiri berada di tujuh kecamatan, yaitu Kecamatan Wonogiri, Ngadirojo, Nguntoronadi, Baturetno,
Giriwoyo, Eromoko dan Wuryantoro. Lahan pasang surut tersebut di bawah pengelolaan Perusahaan Umum Jasa Tirta. Kecamatan Nguntoronadi
merupakan kecamatan yang mempunyai lahan pasang surut terluas yaitu
commit to user
378,2229 hektar. Lahan pasang surut terluas di Kecamatan Nguntoronadi adalah Desa Gebang yaitu 102,0000 hektar, dimana lahan tersebut dikelola
oleh masyarakat untuk kegiatan pertanian. Dalam pengelolaan lahan pasang surut untuk kegiatan pertanian terdapat ketentuan-ketentuan yang harus ditaati
oleh masyarakat. Ketentuan tersebut antara lain ketentuan daerah yang boleh ditanami, ketentuan jenis tanaman, ketentuan bagi penggarap dan ketentuan
cara penggarapan tanah. Pengelolaan lahan pasang surut yang tidak sesuai dapat menimbulkan masalah dan akan berpengaruh bagi kelestarian lahan
pasang surut, sedangkan pengelolaan lahan pasang surut untuk kegiatan pertanian yang sesuai dengan ketentuan akan memberikan manfaat terhadap
keadaan sosial dan ekonomi masyarakat serta lingkungan sekitar.
commit to user
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dibuat kerangka berfikir sebagai berikut :
Gambar 2.1. Skema Kerangka Berfikir Pengelolaan Lahan Pasang Surut Waduk Gajah Mungkur untuk Kegiatan Pertanian oleh
Masyarakat di Desa Gebang Kecamatan Nguntoronadi Kabupaten Wonogiri
Sedimentasi Waduk Gajah Mungkur
1. Pengelolaan lahan pasang surut untuk kegiatan pertanian:
a. Pengajuan permohonan pengelolaan lahan pasang surut untuk kegiatan
pertanian b. Daerah yang boleh ditanami
c. Jenis tanaman yang boleh ditanam d. Masyarakat pengelola lahan pasang
surut untuk kegiatan pertanian e. Cara penggarapan tanah
2. Permasalahan yang dihadapi dalam pengelolaan lahan pasang surut untuk
kegiatan pertanian: a. Permasalahan
dalam pengajuan
permohonan untuk mengelola lahan pasang surut
b. Permasalahan dalam pengelolaan lahan pasang surut untuk kegiatan
pertanian yang meliputi permasalahan dalam menentukan daerah yang boleh
ditanami, jenis tanaman yang boleh ditanam dan cara penggarapan tanah
Pengelolaan lahan pasang surut yang tidak memperhatikan ketentuan yang ditetapkan
Erosi sungai-sungai yang bermuara ke waduk
Manfaat pengelolaan lahan pasang surut untuk kegiatan pertanian:
a. Manfaat sosial b. Manfaat ekonomi
c. Manfaat terhadap lingkungan waduk
commit to user
C. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel