commit to user
teknik budidaya secara vegetatif yang banyak digunakan karena dirasa lebih cepat memberikan hasil. Pemilihan media tanam dan penggunaan bahan stek
yang tepat merupakan salah satu faktor keberhasilan perbanyakan vegetatif dengan stek. Media tanam berfungsi untuk menyediakan kebutuhan hara dan
menjaga kelembaban bagi tanaman serta membantu pertumbuhan akar agar dapat tumbuh dan berkembang secara optimal sehingga dapat membantu
mencukupi kebutuhan hara bagi tanaman. Sedangkan panjang pendeknya stek bahan tanam untuk mengetahui efisiensi penggunaan bahan tanam stek kepuh
dimana panjang bahan tanam stek berhubungan dengan ketersediaan cadangan makanan bagi tanaman. Dengan demukian diharapkan tanaman kepuh lebih
mudah dibudidayakan dan lebih cepat memberikan hasil.
B. Rumusan Masalah
Penggunaan media tanam yang tepat dapat membantu pertumbuhan tanaman, terlebih pada budidaya tanaman secara vegetatif dimana media
memiliki peran yang besar dalam keberhasilan budidayanya yaitu sebagai penyedia unsur hara. Selain media yang tepat, penggunaan bahan tanam yang
tepat panjang pendeknya stek juga menentukan keberhasilan pertumbuhan suatu tanaman.
Berdasarkan uraian diatas, maka masalah yang diangkat dalam penelitian adalah :
a. Media yang tepat dalam pertumbuhan tunas tanaman kepuh b. Panjang bahan tanam stek yang tepat dalam budidaya tanaman kepuh
c. Kombinasi macam media dan panjang bahan tanam stek terhadap pertumbuhan tunas tanaman kepuh
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini antara lain: 1. Mengetahui pengaruh media dalam pertumbuhan tunas tanaman kepuh
2. Mengetahui pengaruh panjang bahan tanam stek terhadap pertumbuhan tunas tanaman kepuh
commit to user
3. Mengetahui pengaruh kombinasi perlakuan media dan panjang bahan tanam stek terhadap pertumbuhan tunas tanaman kepuh
commit to user
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Kepuh
Tanaman Kepuh memiliki klasifikasi sebagai berikut : Kingdom
: Plantae Tumbuhan Divisi
: Magnoliophyta Kelas
: Magnoliopsida Ordo
: Malvales Famili
: Sterculiaceae Genus
: Sterculia Spesies
: Sterculia foetida L. Anonim, 2010
b
Sterculia foetida L. merupakan salah satu jenis dari Sterculia yang memiliki wilayah penyebaran paling luas di asia tenggara. Jenis ini tersebar di
seluruh Nusantara meliputi Sumatera, Jawa, Bali Lombok, Sumbawa, Flores, Timor, Kalimantan, Sulawesi, Maluku dan Irian Jaya, Malaysia, Philipina,
Afrika Timur, India, Srilanka, Thailand, Australia Utara dan Kepulauan Hawaii.
Sterculia foetida L. umumnya disebut Java zaitun dalam bahasa Inggris dan badam Jangli atau Pinari dalam bahasa Hindi yang artinya
pohon besar biasanya ditemukan di bagian barat dan bagian selatan India Sharma dan Sanjappa, 1993.
Penyebaran kepuh di seluruh dunia terbatas pada daerah tropis dan sub tropis pada 30° LU - 35° LS, kecuali itu juga dapat ditemui di padang pasir
dan pulau-pulau di Lautan Pasifik. Di Australia dan kepulauan Pasifik Barat jenis ini hanya sedikit, sedangkan daerah yang paling banyak jenisnya
termasuk jenis yang endemik adalah di Kalimantan dan Irian Barat. Di Jawa kepuh dapat ditemui pada daerah yang mempunyai ketinggian di bawah 500
mdpl dan terletak di bagian timur pulau ini Heyne, 1987. Sementara di Malaysia, hampir semua spesies yang ada penyebarannya
terbatas pada hutan hujan di tanah kering dan rawa-rawa, yaitu pada
4
commit to user
ketinggian sekitar 0 – 1.400 mdpl, sementara Sterculia foetida dapat tumbuh pada ketinggian mulai dari 0 – 1000 mdpl Herdiana, 2005. Menurut
Yuniastuti 2008, untuk mendapatkan tanaman kepuh yang banyak buahnya, maka penanaman tanaman kepuh memerlukan ketinggian antara 300 – 600 m
dpl. Pada dataran tinggi diatas 750 kepuh dapat tumbuh dengan baik tetapi buah yang dihasilkan sangat jarang. Pertumbuhan yang terjadi mengarah pada
pertumbuhan vegetatifnya. Sterculia foetida Linn. Kepuh merupakan tumbuhan berupa pohon
dengan tinggi mencapai 30 - 40 m dan diameter antara 90-120 cm. Menurut Herdiana 2005, kepuh mempunyai bentuk pohon yang tinggi. Batangnya
lurus, bercabang banyak dan bentuk percabangannya simpodial seperti halnya karakter dari genus-genus pohon tropis lainnya.
Yuniastuti 2008 menyatakan bahwa tanaman ini berupa pohon yang cukup besar dengan diameter batang dapat mencapai antara 13 - 226 cm,
berbentuk berkayu, tidak membulat, membulat berdiri tegak, miring dan berlubang. Batang memiliki ciri khas tegak dengan kulit mengelupas dan
sering dijumpai memiliki batang kembar. Warna batang luar abu-abu, coklat muda sampai tua. Sedang warna kulit batang dalam coklat tua.
Kayu kepuh merupakan jenis substitusi yang paling baik untuk menggantikan kayu ramin, sehingga beberapa perusahaan di Purbalingga
berusaha untuk mencoba membudidayakannya. Kayu kepuh mempunyai warna yang hampir sama dengan ramin, berat jenisnya sekitar 0,64, kelas kuat
antara II – III dan kelas awetnya III. Sedangkan berat jenis ramin adalah sekitar 0,63, kelas kuat II – III dan kelas awet V Herdiana, 2005.
Daun tumbuh berumpun pada penghujung dahan-dahan, merupakan daun majemuk dengan tulang daun nervatio or venation berbentuk
menjarimenyirip penninervis dengan 7 - 9 anak daun foliolum. Foliolum berbentuk lanset, panjang helaian daun lamina antara 5 - 21 cm, lebar daun
antara 3 - 9 cm dengan warna permukaan atas daun hijau sampai hijau tua dengan tekstur agak kasar sampai kasar karena tidak memiliki lapisan lilin.
Tangkai daun petiolus relatif pendek dengan ukuran 12,5 - 37 cm. Panjang
commit to user
daun dapat mencapai 5 - 22 cm dengan ketebalan antara 0,025 - 0,06 cm Yuniastuti, 2008.
Suku Sterculiaceae biasanya mempunyai bunga banci atau berkelamin tunggal, berumah 1, aktinomorf, jarang dengan berkedudukan terminal,
seringkali pada batang atau kauliflor Tjitrosoepomo, 2004. Menurut Tantra 1976 dalam Herdiana, 2005, bunganya bewarna merah dan terdapat pada
tangkai dengan dengan bentuk yang sederhana dan muncul diantara daun- daunnya. Dalam hal pembuahan dibantu oleh serangga, seperti lalat atau
kumbang, karena secara umum jenis sterculia mengeluarkan bau harum, sedangkan kepuh mengeluarkan bau yang busuk.
Buah Kepuh mempunyai ukuran yang relatif besar, buah yang masih muda berwarna hijau dan setelah matang berubah menjadi merah dan kadang-
kadang menjadi hitam dan membuka, ukuran buahnya dapat mencapai diameter 7 mm atau lebih, mempunyai pericarp yang tebal 7 – 8 mm,
berkayu dan folikelnya berbentuk orbikular. Tingkat kematangan buah tergantung spesiesnya, tetapi biasanya memerlukan waktu 4 – 6 bulan.
Bijinya berbentuk elipsoid atau elipsoid-oblong, dengan ukuran panjang ± 2 cm, berwarna hitam, licin dan mengkilat dengan hilum yang berwarna putih
serta karpelnya berwarna merah atau merah tua Herdiana, 2005. Tanaman Kepuh ini memiliki banyak manfaat dalam berbagai hal.
Sifat sebagai tanaman obat yang dimilikinya telah menarik perhatian banyak peneliti Nair et al., 1977.,. Daun tanamannya dapat digunakan sebagai obat
herbal pencuci perut, diuretic dan penangkal nyamuk Chopra et al., 1992. Dari pengamatan morfologi, secara garis besar tanaman pranajiwa
yang ditemukan dapat digolongkan menjadi 2 jenis yaitu berbuah besar dengan berbuah kecil. Dari dua jenis ini sebenarnya juga masih dapat kita
kelompokkan lagi berdasarkan ukuran bijinya menjadi biji kecil dan biji besar, Pengelompokkan biji berdasarkan berat rata-rata 10 biji tua antara 1,5 – 2,0
gram biji besar dan 1,0 – 1,5 gram biji kecil Yuniastuti, 2010. Biji kepuh mengandung minyak khas, karena testanya juga
mengandung minyak, selain pada embrio. Sebagaimana dicatat oleh Heyne
commit to user
1987, inti bijinya mengandung 70 minyak kuning muda yang tak mengering. Biji-biji ini disangrai untuk dimakan atau dibuat sambal. Biji
kepuh dulu juga acap dikempa untuk diambil minyaknya, yang berguna sebagai minyak lampu, minyak goreng, atau, di Kangean, sebagai malam
untuk membatik. Mengandung senyawa racun, biji ini juga dimanfaatkan sebagai obat bahan jamu.
Tanaman Kepuh dikenal sebagai tanaman obat. Seduhan biji kepuh dengan kemukus dipakai terhadap batuk dan minyaknya diurapkan pada
borok. Daunnya digunakan untuk mengobati tangan yang patah ataupun sendi- sendi yang terkilir dan untuk luka dalam yang disebabkan karena jatuh dengan
cara melumatkan daunnya. Kulit pohon dan daun dapat digunakan sebagai obat untuk beberapa penyakit antara lain rheumatic, diuretic, dan diaphoretic.
Kulit buah Kepuh juga dapat digunakan sebagai bahan ramuan untuk membuat kue dan bijinya dapat dimakan. Kayu pohonnya dapat digunakan
sebagai konstruksi bangunan rumah, bahan pembuat kapal, kotak kontainer, dan kertas pulp Yuniastuti, 2010.
Kepuh sebagai tanaman penghasil energi alternatif memiliki beberapa kelebihan dibandingkan tanaman energi alternatif yang lain, misalnya kelapa
sawit, tebu, kelapa, ubi jalar, dan ubi kayu. Tanaman kepuh kegunaannya tidak berkompetisi sebagai tanaman konsumsi, sedangkan tanaman kelapa
sawit, tebu, kelapa, ubi jalar ataupun ubi kayu memiliki fungsi utama untuk konsumsi. Selain itu dibandingkan dengan tanaman energi alternatif yang lain,
tanaman kepuh memiliki rendemen hasil minyak yang cukup tinggi yaitu lebih besar dari 40 , bahkan dari penelitian yang dilakukan dengan pemurnian eter
rendemen minyak dapat mencapai lebih dari 70 . Sedangkan dengan pemrosesan langsung compoun rendemen minyak rata-rata mencapai 45 .
Sebagai Bahan bakar Nabati BBN, biji tanaman kepuh diambil dan diekstrak dan selanjutnya dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku minyak pelumas bio-
oil Yuniastuti, 2010.
commit to user
B. Perbanyakan Tanaman