Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

Rahayu Yulistia, 2013 Upaya Meningkatkan Kemampuan Menulis Cerita Pendek Melalui Teknik Peta Pemikiran Thinking Maps Penelitian Tindakan Kelas Siswa Kelas X-2 SMA Langlangbuana Tahun Ajaran 20122013 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Bahasa merupakan alat komunikasi manusia yang memegang peranan sangat penting. Manusia mampu mengungkapkan pikiran, ide, gagasan, dan perasaannya kepada orang lain melalui bahasa. Oleh karena itu, setiap manusia dituntut untuk terampil berbahasa, baik secara lisan, maupun tulisan. Kosasih 2002: 21 mengungkapkan bahasa merupakan suatu alat untuk berpikir dan belajar. Ungkapan tersebut, mengandung makna bahwa bahasa memungkinkan kita dapat berpikir secara abstrak. Contohnya, kita dapat memikirkan suatu objek meskipun objek tersebut tidak berada di dekat kita. Keterampilan berbahasa memiliki keterkaitan dengan salah satu tujuan pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah, yaitu siswa mampu berbahasa, baik secara lisan, maupun tulisan dengan menggunakan bahasa yang baik dan benar. Ada empat aspek dalam keterampilan berbahasa, yaitu 1 menyimak, 2 berbicara, 3 membaca, dan 4 menulis. Menulis merupakan salah satu aspek dari keempat keterampilan berbahasa yang harus dikuasai dalam pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah. Berdasarkan hasil observasi awal yang dilakukan terhadap siswa pada hari Rabu tanggal 8 Agustus 2012, keterampilan menulis merupakan keterampilan yang kurang diminati oleh siswa kelas X di SMA Langlangbuana dibandingkan tiga keterampilan bahasa lainnya. Pengamatan awal di SMA Langlangbuana, khususnya siswa kelas X-2 lebih menyukai pembelajaran menyimak, berbicara, dan membaca. Hal tersebut dapat dibuktikan pada saat pembelajaran menyimak dan membaca, siswa mampu mengungkapkan kembali apa yang disimak dan dibaca. Begitu juga pembelajaran berbicara, siswa mampu mengungkapkan hal- hal menarik dari yang telah disimak atau dibacanya. Sementara dalam pembelajaran menulis, siswa cenderung merasa kesulitan. 2 Rahayu Yulistia, 2013 Upaya Meningkatkan Kemampuan Menulis Cerita Pendek Melalui Teknik Peta Pemikiran Thinking Maps Penelitian Tindakan Kelas Siswa Kelas X-2 SMA Langlangbuana Tahun Ajaran 20122013 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Siswa kelas X-2 sering merasa kesulitan ketika harus mengekspresikan pikirannya ke dalam sebuah tulisan. Mereka beranggapan bahwa menulis adalah hal yang sangat sulit. Hasil karya berupa cerita pendek dari beberapa siswa yang diambil sebagai sampel dan penguat data menunjukkan bahwa mereka kesulitan menuangkan gagasan dan pikiran ke dalam sebuah tulisan, seperti kesulitan merumuskan judul, menentukan tema, kurang dalam penguasaan diksi, dan kurang tepat dalam ejaan. Kesulitan itulah yang mematahkan hasrat mereka untuk menulis. Dengan demikian, guru bahasa Indonesia dituntut untuk memperbaiki dan meningkatkan pembelajaran bahasa Indonesia salah satunya dalam keterampilan menulis. Guru harus mampu dan sanggup menjalankan perannya sebagai pengajar, pendidik, pembimbing, fasilitator, evaluator, dan pembina ilmu. Salah satu segi pembinaan kemampuan guru, yaitu menguasai metodologi dan media pendidikan untuk kepentingan anak didiknya sehingga mereka berkembang secara optimal sesuai dengan tujuan pendidikan. Peran penting guru adalah secara sadar dan terencana mewujudkan suasana belajar yang menyenangkan agar siswa aktif mengembangkan potensinya sendiri melalui proses pembelajaran Dananjaya, 2010: 35. Sementara itu, hasil wawancara dengan Lia Yuliana, S.Pd. guru bahasa Indonesia di SMA Langlangbuana pada hari Jumat tanggal 10 Agustus 2012, sama persis dengan hasil observasi awal, yaitu siswa lebih antusias ketika ditugaskan membaca dan mengapresiasi cerita pendek. Dengan demikian, perlu adanya sebuah teknik yang diterapkan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam pembelajaran menulis, khususnya dalam pembelajaran menulis cerita pendek. Cerita pendek merupakan bagian dari pembelajaran sastra dan pembelajaran sastra dikatakan berhasil jika dapat memberikan sumbangan yang maksimal bagi pendidikan secara utuh. Berdasarkan hasil pengamatan peneliti, penelitian yang berkaitan dengan pembelajaran menulis cerita pendek pernah dilakukan oleh Cristine 2009 dalam skripsinya yang berjudul “Keefektifan Media VCD Pementasan Drama dalam Pembelajaran Menulis Cerpen pada Siswa Kelas X SMA Negeri 5 Cimahi Tahun 3 Rahayu Yulistia, 2013 Upaya Meningkatkan Kemampuan Menulis Cerita Pendek Melalui Teknik Peta Pemikiran Thinking Maps Penelitian Tindakan Kelas Siswa Kelas X-2 SMA Langlangbuana Tahun Ajaran 20122013 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Ajaran 20082009”. Pada penelitian tersebut dijelaskan bahwa penggunaan media pementasan drama bertujuan untuk menumbuhkan motivasi siswa dalam menulis cerita pendek. Media ini ditampilkan secara audio visual. Penggunan media ini efektif dan optimal dalam pembelajaran menulis cerita pendek. Hal tersebut terlihat dari hasil cerita pendek karya siswa mengalami peningkatan dan pembelajaran di kelas semakain baik dari sebelumnya. Penelitian berikutnya dilaksanakan oleh Febianti 2010 juga cukup berhasil dengan judul skripsi “Penggunaan Strategi TOK Tiru, Olah, Kembangkan dalam Pembelajaran Menulis Cerita Pendek Sebagai Upaya Meningkatkan Keterampilan Menulis di Kelas X SMAN 11 Bandung Tahun Ajaran 20092010”. Penelitian ini berhasil meningkatkan kemampuan menulis cerita pendek melalui tiga tahap, yaitu meniru sebuah model dengan mengganti dua unsur tema dan latar, tahap olah yaitu mengolah unsur tema, alur, dan latar. Tahap mengembangkan tema baru mengganti tokoh baru dan mengembangkan peristiwa baru serta unsur-unsur cerita pendek lainnya. Berdasarkan hasil observasi awal, yaitu wawancara dan penyebaran angket terhadap guru bahasa Indonesia dan siswa kelas X SMA Langlangbuana, serta melihat hasil penelitian sebelumnya, penulis tertarik untuk melakukan pembaharuan dalam penelitian yang serupa. Pembaharuan yang dimaksud adalah penggunaan suatu teknik yang belum pernah digunakan sebelumnya, yaitu teknik peta pemikiran untuk mengatasi kesulitan siswa dalam menuangkan gagasan dan pikiran ke dalam sebuah tulisan seperti kesulitan merumuskan judul, menentukan tema, kurang dalam penguasaan diksi, dan kurang tepat dalam ejaan. Hal tersebut, berlandaskan pada kegiatan menulis cerita pendek yang menantang peneliti untuk memanfaatkan teknik yang belum digunakan dalam penelitian sebelumnya, yaitu pemanfaatan teknik peta pemikiran atau yang lebih dikenal dengan thinking maps dalam pembelajaran menulis cerita pendek. Pemanfaatan teknik tersebut bertujuan untuk mengarahkan energi mental dan emosional, serta menciptakan suasana belajar yang menggairahkan dan penuh makna. Mengacu pada standar proses pembelajaran, pembelajaran harus diselenggarakan secara interaktif, memberikan inspirasi, menyenangkan, 4 Rahayu Yulistia, 2013 Upaya Meningkatkan Kemampuan Menulis Cerita Pendek Melalui Teknik Peta Pemikiran Thinking Maps Penelitian Tindakan Kelas Siswa Kelas X-2 SMA Langlangbuana Tahun Ajaran 20122013 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu menantang, dan memberi kebebasan untuk tumbuh-kembangnya prakarsa, kreativitas, dan kemandirian. Hal tersebut merupakan sebuah aktivitas yang menggambarkan dominasi pembelajaran Dananjaya, 2010: 35. Pada dasarnya, teknik pembelajaran yang bersangkutan dengan pemikiran dapat menggambarkan apa yang disebut dengan berpikir thinking, yaitu suatu proses yang digunakan agar berfungsi pada representasinya. Representasi dari proses tersebut adalah mengembangkan konsep, memecahkan masalah, menyimpulkan, dan mengantisipasi apa yang terjadi. Hal tersebut merupakan bagian dari karakteristik berpikir. Adapun aspek lain dari berpikir adalah pemelajaran, memori, kreativitas, komunikasi, logika, dan penyederhanaan Sousa, 2012: 291. Lewin dalam Sousa, 2012: 291 mengatakan bahwa anak-anak terlalu sering diberi jawaban untuk dihafalkan, bukan diberi berbagai masalah untuk dipecahkan. Dengan demikian, dalam penggunaan teknik peta pemikiran, guru tidak perlu mengajarkan bagaimana otak berpikir, melainkan guru dapat membantu siswa menyusun konten pemelajaran untuk mendorong timbulnya proses berpikir yang lebih kompleks. Peta pemikiran didasarkan pada delapan alam raya kognitif atau proses pemikiran yang digunakan otak setiap hari: mengurutkan, klasifikasi hierarkis, bagian keseluruhan, sebab-akibat, membandingkan dan membedakan, menggambarkan, analogi, dan menjelaskan dalam konteks Hyerle dan Alper, 2012: 18. Teknik peta pemikiran memiliki kecocokan dengan kegiatan menulis cerita pendek. Hal tersebut berlandaskan pada kegiatan menulis cerita pendek yang memerlukan delapan alam raya kognitif untuk membangun unsur-unsur yang terdapat di dalamnya. Unsur-unsur tersebut adalah alur pengenalan situasi cerita, pengungkapan peristiwa, menuju pada adanya konflik, puncak konflik, dan penyelesaian, penokohan Teknik analitik atau penggambaran langsung, penggambaran fisik dan prilaku tokoh, penggambaran lingkungan kehidupan tokoh, penggambaran tata kebahasaan tokoh, dan pengungkapan jalan pikiran tokoh, latar latar tempat dan latar waktu, tema melalui alur cerita, melalui tokoh cerita, dan melalui perkataan yang dipergunakan pengarang, dan amanat Kosasih, 2012: 34-41. 5 Rahayu Yulistia, 2013 Upaya Meningkatkan Kemampuan Menulis Cerita Pendek Melalui Teknik Peta Pemikiran Thinking Maps Penelitian Tindakan Kelas Siswa Kelas X-2 SMA Langlangbuana Tahun Ajaran 20122013 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Dengan menggunakan teknik peta pemikiran, terlebih dahulu siswa diarahkan kepada manfaat, keuntungan, dan kegunaan keterampilan menulis di masa yang akan datang. Inti dari kegiatan awal ini adalah menstimulus siswa untuk senang menulis cerita pendek. Pada pelaksanaannya, teknik peta pemikiran dikombinasikan dengan media berupa peta gambar. Penggunaan media ini sebagai upaya untuk menstimulus inspirasi siswa dalam menulis cerita pendek. Penggunaan teknik peta pemikiran mengajarkan siswa untuk menggunakan proses imajinasi yang menghubungkan suatu benda visual dengan otak sehingga menghasilkan sebuah karya berupa tulisan. Otak mengingat apa yang telah dilihat karena manusia secara intrinsik adalah makhluk visual. Mata mengandung hampir 70 dari penerima rangsang tubuh dan mengirimkan jutaan sinyal setiap detik melalui saraf optis ke pusat pengolahan visual di otak. Tidak mengherankan jika komponen visual dari memori sangat kuat. Hal berikut, dapat dibuktikan ketika guru menggunakan alat bantu visual untuk menampilkan sebuah konsep, siswa dapat lebih lama mengingat konsep tersebut Hyerle dan Alper, 2012: xiii. Benda visual berupa gambar tidak hanya berfungsi sebagai alat bantu belajar yang kuat, melainkan untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap pembelajaran yang dilaksanakan. Berdasarkan fakta di atas, peneliti akan melakukan penelitian dengan judul “Upaya Meningkatkan Kemampuan Menulis Cerita Pendek Melalui Teknik Peta Pemikiran Thinking Maps Penelitian Tindakan Kelas Siswa Kelas X-2 SMA Langlangbuana Tahun Ajaran 20122013”. Penelitian ini mencoba untuk menerapkan teknik peta pemikiran dalam pembelajaran menulis cerita pendek. Dengan mensugestikan bahwa pembelajaran menulis merupakan kegiatan yang mudah dan menyenangkan. Selama ini teknik yang digunakan guru bahasa Indonesia di SMA Langlangbuana adalah pemberian contoh cerita pendek, kemudian siswa ditugaskan untuk menulis cerita pendek sesuai contoh yang diberikan. Kendala dari pemberian contoh tersebut, yaitu siswa tidak sepenuhnya memahami bagaimana penulisan cerita pendek dan hanya terfokus pada contoh sehingga kegiatan berpikirnya tidak berkembang. Melalui pemanfaatan teknik peta pemikiran dalam pembelajaran menulis cerita pendek, 6 Rahayu Yulistia, 2013 Upaya Meningkatkan Kemampuan Menulis Cerita Pendek Melalui Teknik Peta Pemikiran Thinking Maps Penelitian Tindakan Kelas Siswa Kelas X-2 SMA Langlangbuana Tahun Ajaran 20122013 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu siswa diharapkan dapat mengerti dan memahami secara baik bahwa teknik ini sangat bermanfaat bagi perkembangan imajinasinya.

1.2 Identifikasi Masalah