Merah mencerminkan: Keuletan dan ketegasan serta keberanian dalam

dan konsep kemitraan dengan pihak ketiga. Pola kemitraan dalam bidang minyak dan gas berupa JOB-EOR Joint Operation Body for Enhanced Oil Recovery, JOB-PSC Joint Operating Body for Production Sharing Contract, TAC Technical Assistance Contract, BOB Badan Operasi Bersama, Penyertaan berupa IP Indonesian Participation dan PPI Pertamina Participating Interest, serta proyek pinjaman; sedangkan pengusahaan panas bumi berbentuk JOC Joint Operating Contract . Pengusahaan minyak dan gas melalui operasi sendiri dilakukan di 7 tujuh Daerah Operasi Hulu DOH. Ketujuh daerah operasi tersebut adalah: 1. DOH Nanggroe Aceh Darussalam NAD Sumatera Bagian Utara yang berpusat di Rantau Parapat, 2. DOH Sumatera Bagian Tengah berpusat di Jambi, 3. DOH Sumatera Bagian Selatan berpusat di Prabumulih, 4. DOH Jawa Bagian Timur berpusat di Cepu, 5. DOH Jawa Bagian Barat berpusat di Cirebon, 6. DOH Kalimantan berpusat di Balikpapan 7. DOH Papua berpusat di Sorong. Pengusahaan bidang panas bumi dilakukan di 4 empat area panas bumi dengan total kapisitas terpasang sebesar 402 MW. Keempat area panas bumi tersebut adalah : 1. Area Komajang – Jawa Barat 200 MW, 2. Lahendong – Sulawesi Utara 80MW, 3. Sibayak – Sumatera Utara 12MW, 4. Ulubelu – Lampung 110MW. Sampai akhir tahun 2004 jumlah kontrak pengusahaan migas bersama dengan mitra sebanyak 92 kontrak yang terdiri dari 6 JOB-EOR, 15 JOB-PSC, 44 TAC, 27 IPPPI termasuk BOB-CPP dan 5 proyek loan. Sedangkan untuk bidang panas bumi terdapat 8 JOC. Dalam hal pengembangan usaha, Pertamina telah mulai mengembangkan usahanya baik di dalam dan di luar negeri melalui aliansi strategis dengan mitra. Pertamina juga memiliki usaha yang prospektif di bidang jasa pemboran minyak dan gas melalui Pertamina Drilling Services PDS yang memiliki 7 rig pemboran. Dalam kegiatan transmisi gas, Pertamina memiliki jaringan pipa gas dengan panjang total 3800 km dan 64 stasiun kompresor. Kegiatan usaha Pertamina Hilir meliputi pengilahan, pemasaran niaga dan perkapalan serta distribusi produk Hilir baik di dalam maupun keluar negeri yang berasal dari kilang Pertamina maupun impor yang didukung oleh sarana transportasi darat dan laut. Usaha hilir merupakan integrasi Usaha Pengolahan, Usaha Pemasaran, Usaha Niaga dan Usaha Perkapalan. Bidang Pengolahan mempunyai 7 tujuh unit kilang dengan kapasitas total 1.041,20 Ribu Barel. Beberapa kilang minyak terintegrasi dengan kilang petrokimia dan memproduksi NBBM. Di samping kilang minyak, Pertamina Hilir juga mempunyai kilang LNG di Arun dan di Bontang. Kilang LNG Arun dengan 6 train dan kilang LNG Badak di Bontang dengan 8 train. Kapasitas LNG Arun sebesar 12,5 Juta Ton sedangkan LNG Badak 18,5 Juta Ton per tahun. Beberapa kilang tersebut juga menghasilkan LPG, seperti di Pangkalan Berandan, Dumai, Musi, Cilacap, Balikpapan, Balongan dan Mundu. Kilang Cilacap adalah satu-satunya penghasil lube base oil dengan HVI-60, HVI-95, HVI-160 S, dan HVI-650. Produksi lube base oil ini disalurkan ke Lube Oil Blending Plant LOBP untuk diproduksi menjadi produk pelumas dan kelebihannya diekspor. 34 BAB III PEMBAHASAN

A. Kinerja Keuangan 1. Pengertian Kinerja Keuangan

Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia 2000 : 332 istilah kinerja seringkali dikaitkan dengan kondisi keuangan perusahaan yang harus dicapai setiap perusahaan. Kinerja merupakan hal penting yang harus dimiliki setiap perusahaan. Menurut Sugiyarso dan Winarni 2005 : 111, Kinerja adalah tingkat pencapaian dan tujuan perusahaan, tingkat pencapaian misi perusahaan, tingkat pencapaian pelaksanaan tugas secara aktual. Kinerja juga dapat diartikan sebagai prestasi yang dicapai perusahaan dalam suatu periode tertentu yang mencerminkan tingkat kesehatan perusahaan tersebut. Berdasarkan pendapat beberapa ahli di atas, maka dapat diartikan Kinerja Keuangan adalah suatu kegiatan yang dilakukan perusahaan dalam mengukur prestasi perusahaan dan menggunakan modal secara efektif dan efesien demi tercapainya tujuan perusahaan.

2. Tujuan Kinerja Perusahaan

Tujuan penilaian kinerja perusahaan menurut Munawir 2000:31, adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui tingkat likuiditas, yaitu kemampuan perusahaan untuk memperoleh kewajiban keuangannya yang harus segera dipenuhi atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi keuangannya pada saat ditagih. 2. Untuk mengetahui tingkat solvabilitas, yaitu kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya apabila perusahaan tersebut dilikuidasi baik kewajiban keuangan jangka pendek maupun jangka panjang. 3. Untuk mengetahui tingkat rentabilitas atau profitabilitas, yaitu menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu. 4. Untuk mengetahui tingkat stabilitas usaha, yaitu kemampuan perusahaan untuk melakukan usahanya dengan stabil, yang diukur dengan mempertimbangkan kemampuan perusahaan untuk membayar beban bunga atas hutang-hutangnya termasuk membayar kembali pokok hutangnya tepat pada waktunya serta kemampuan membayar deviden secara teratur kepada para pemegang saham tanpa mengalami hambatan atau krisis keuangan.

3. Manfaat Penilaian Kinerja Keuangan

Menurut Sucipto 2003 penilaian kinerja keuangan dimanfaatkan oleh manajemen untuk hal-hal sebagai berikut : 1. Mengelola operasi organisasi secara efektif dan efesien melalui pemotivasian karyawan maksimum. 2. Membantu pengambilan keputusan yang bersangkutan dengan karyawan seperti promosi, transfer dan pemberhentian berdasarkan penilaian kinerja.