10
2. Identifikasi Bakteri Gram Negatif
Kriteria yang digunakan untuk mengidentifikasi bakteri secara mikroskopis didasarkan pada bentuk, ukuran, kelompok, motilitas dan reaksi
pengecatan Gram. Observasi mikroskopik dikombinasi dengan data natural environment sangat penting untuk mengidentifikasi bakteri. Bergeys Manual of
Determinative Bacteriology merupakan panduan untuk mengidentifikasi bakteri berdasarkan karakter mikroskopik dan fisiologik. Identifikasi dengan tes biokimia
digunakan untuk membedakan genus dari famili dan spesies dari genus. Galur strain dalam single species dibedakan dengan cara genetik atau imunologik.
Seseorang yang dicurigai terinfeksi bakteri dapat diambil spesimen kliniknya untuk dibiakkan dan disolasi serta diidentifikasi berdasarkan prinsip taksonomi.
Tes harus mudah dilakukan, biaya rendah dan hasilnya cepat. Metode klasik diagnostik didasarkan atas ciri morfologi dan metabolisme sedangkan saat ini
Gambar 2. Struktur Sel Prokariot E.coli Goering et al., 2005
11
telah lazim digunakan teknik biologi molekuler. Taksonomi modern merupakan metode yang kompleks mencakup analisa molekuler dan kimiawi Juwono, 2012.
Berdasarkan pewarnaan Gram, bakteri dibedakan menjadi 2 yaitu Gram positif dan negatif. Prosedur pewarnaan Gram dimulai dengan
pemberian pewarna basa, kristal violet. Larutan iodin kemudian ditambahkan; semua bakteri akan terwarnai biru pada fase ini. Sediaan kemudian diberi
alkohol. Sel Gram positif akan tetap mengikat senyawa kristal violet-iodine sehingga bewarna biru, sedangkan Gram negatif akan hilang warnanya oleh
alkohol. Sebagai langkah terakhir, counterstain misalnya safranin yang berwarna merah ditambahkan sehingga sel Gram negatif yang tidak berwarna
akan mengambil warna kontras; sedangkan sel Gram positif terlihat dalam warna biru keunguan Brooks et al., 2004. Perbedaan ini terjadi karena
perbedaan susunan peptidoglikan pada struktur dinding selnya. Lapisan peptidoglikan tersusun atas lipoprotein, membran luar dan
lipopolisakarida. Lipoprotein mengandung 57 asam amino yang merupakan ulangan sekuen 15 asam amino yang saling bertaut dengan ikatan peptida
dengan residu asam diaminopimelic dari sisi tetrapeptida rantai peptidoglikan. Lipoprotein merupakan komponen yang mendominasi dinding sel dan
berfungsi sebagai penstabil membran luar dan tempat perlekatan pada lapisan peptidoglikan. Membran luar memiliki sifat hidrofilik, namun komponen
lipid pada dinding selnya justru memberikan sifat hidrofobik. Struktur membran luar bilayer dimana lapisan dalamnya mirip dengan membran
sitoplasma, hanya saja fosfolipid pada lapisan luarnya diganti dengan molekul
12
lipopolisakarida Brooks et al., 2004. Terdapat ruang antara membran dalam dengan membran luar yang disebut ruang periplasma, terdiri dari lapisan
murein dan larutan protein mirip gel protein pengikat substrat tertentu, enzim hidrolitik, dan enzim detoksifikasi Goering et al., 2005.
Lipopolisakarida LPS dari dinding selnya terdiri dari lipid kompleks yang disebut lipid A, tempat melekatnya polisakarida dan antigen O.
Lipopolisakarida terikat pada membran luar dengan ikatan hidrofobik dan disintesis pada membran sitoplasma serta berfungsi sebagai antigen dan toxin
Goering et al., 2005. Komponen lipidnya terdiri dari diglyseride thioether yang terikat pada sistein terminal Brooks et al., 2004. Selain itu, terdapat
saluran khusus terbuat dari protein yang disebut porins yang berfungsi sebagai tempat masuknya komponen hidrofilik seperti gula dan asam amino yang
penting untuk kebutuhan nutrisi bakteri Brooks et al., 2004.
3. Escherichia coli