Mekanisme Resistensi Fluorokuinolon ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GEN RESISTENSI CIPROFLOXACIN PADA ISOLAT ESCHERICHIA COLI MULTIDRUGS RESISTANCE DARI PENDERITA INFEKSI SALURAN KEMIH DI RSUD ABDOEL MOELOEK PROVINSI LAMPUNG

19

3. Mekanisme Resistensi Fluorokuinolon

Sampai saat ini, 2 dua mekanisme telah ditemukan untuk menentukan resistensi terhadap fluorokuinolon kuinolon, karena dalam hampir semua kasus organisme yang resisten terhadap fluorokuinolon juga resisten terhadap kuinolon. Yang paling penting dari mekanisme ini di Enterobacteriaceae adalah mutasi pada enzim bakteri yang ditargetkan oleh fluorokuinolon : DNA girase dan DNA topoisomerase IV. Kuinolon fluorokuinolon mengikat enzim tersebut dan menstabilkan kompleks enzim – antibiotika akibatnya DNA tidak dapat bereplikasi sehingga menyebabkan kematian sel akibat patahnya untai ganda DNA yang menumpuk dan tak dapat diperbaiki. Setiap enzim target yang dikode gen gyrA dan gyrB untuk DNA gyrase, dan parC dan parE untuk topoisomerase IV memiliki daerah penentu resistensi kuinolon QRDRs, yaitu bagian permukaan pengikatan DNA dari enzim di mana substitusi asam amino dapat mengurangi pengikatan kuinolon. Umumnya, beberapa mutasi diperlukan untuk mencapai resistensi yang penting secara klinis di dalam Enterobacteriaceae; kuman yang resisten kuinolon hampir selalu ditemukan memiliki satu atau lebih mutasi Kocsis, 2012. Resistensi terhadap fluorokuinolon terutama disebabkan oleh perubahan dalam target enzim DNA girase dan topoisomerase IV, penurunan permeabilitas membran luar sel bakteri atau pengembangan mekanisme efflux. Akibatnya terjadi satu atau lebih mutasi titik di daerah pengikatan florokuinolon pada enzim target topoisomerase II atau IV atau dari perubahan permeabilitas membran luar 20 sel bakteri. Resistensi terhadap florokuinolon juga dapat berkembang karena pengembangan mekanisme resistensi pompa efflux Kohanski et al., 2010. Pada bakteri Enterobacteriaceae mekanisme resistensi florokuinolon meliputi satu atau dua dari mekanisme berikut : 1 Perubahan pada Enzim Target Mekanisme ini berhubungan dengan mutasi kromosom yang menyebabkan perubahan gen baik di gyrA maupun gyrB yang merupakan target utama dari antibiotik di dalam bakteri. Di dalam mutan yang resisten terhadap florokuinolon, kedua mutasi pada gen gyrA dan gyrB adalah penyebabnya Jaktaji et al., 2012. Florokuinolon menghambat sintesis DNA dengan menargetkan 2 topoisomerase type II, yaitu : DNA girase Topo II dan topoisomerase IV Topo IV. Interaksi florokuinolon dengan kompleks DNA girase atau topoisomerase IV dapat menghambat sintesis DNA dengan menstabilkan pembelahan DNA bakteri selama proses replikasi DNA dan berakibat pada kematian sel. Topoisomerase II berfungsi menimbulkan relaksasi pada DNA yang mengalami positive supercoiling pilinan positif yang berlebihan pada waktu transkipsi dalam proses replikasi DNA. Topoisomerase IV berfungsi untuk memisahkan DNA yang baru terbentuk setelah proses replikasi DNA bakteri selesai Bourque, 2010; McDowall, 2006. Langkah pertama resistensi karena perubahan enzim target biasanya melalui perubahan asam amino pada enzim target primer, dengan peningkatan KHM MIC pada sel yang ditentukan oleh efek mutasi. Derajat resistensi yang 21 lebih tinggi dapat terjadi melalui langkah mutasi kedua, dimana perubahan asam amino terjadi pada enzim target sekunder. Mutasi lebih lanjut mengakibatkan tambahan perubahan asam amino di salah satu enzim Setiabudi, 2007. 2 Perubahan pada Penetrasi Obat Untuk mencapai target pada sitoplasma sel, florokuinolon harus melewati membran sitoplasma dan juga membran luar sel bakteri. Molekul florokuinolon cukup kecil dan memiliki karakterisitik yang memungkinkan untuk melewati membran luar melalui protein porin. Resistensi flurokuinolon pada bakteri Gram negatif dikaitkan dengan reduksi porin dan penurunan akumulasi obat pada bakteri, tetapi pengukuran angka difusi menyatakan bahwa reduksi porin sendiri secara umum tidak cukup untuk mengakibatkan resistensi Jacoby, 2005. Resistensi yang disebabkan oleh pengurangan akumulasi membutuhkan adanya suatu sistem effluks endogen yang secara aktif memompa obat dari sitoplasma Jacoby, 2005. Pada bakteri Gram negatif, sistem ini secara khas memiliki 3 komponen : pompa efluks yang berlokasi di membran sitoplasma, protein membran luar TolC dan protein fusi membran AcrA yang menyatukan keduanya. Obat ini secara aktif dikeluarkan dari sitoplasma atau membran sitoplasma melewati periplasma dan membran luar ke lingkungan luar sel. Sistem efluks ini secara khas mampu menyebabkan resistensi terhadap gabungan dari berbagai jenis struktur sehingga dikenal dengan istilah pompa multi drug resistance MDR pumps. Pompa ini ditemukan pada banyak bakteri. 22 Di antara bakteri patogen, Escherichia coli, Pseudomonas aeruginosa, Staphylococcus aureus dan Streptococcus pneumoniae merupakan yang paling banyak dipelajari dalam hal sistem efluks yang menyebabkan resistensi florokuinolon Jacoby, 2005. 3 Mekanisme Resistensi Lainnya Penjelasan mekanisme resistensi lainnya adalah penurunan akumulasi obat di dalam sel oleh kenaikan pengaturan pompa efflux native mis AcrAB-TolC di E. coli dan atau penurunan ekspresi membran outer porins Kocsis, 2012. Beberapa spesies Enterobacteriaceae memiliki kromosom native pompa efflux AcrAB-TolC yang termasuk keluarga RND resistance-nodulasi division. AcrA adalah protein fusi membran, AcrB adalah pompa inner-membrane dan TolC adalah protein outer-membrane , ke-3 membangun sebuah pompa efflux yang berlebihan sehingga menyebabkan resistensi tingkat tinggi fluorokuinolon di dalam kuman E.coli dan Klebsiella spp Kocsis, 2012. Permeabilitas dinding sel Gram-negatif terhadap fluorokuinolon dapat dijelaskan; lapisan lipopolisakarida LPS kasar dari Salmonella typhimurium memiliki MIC untuk antibiotik hidrofobik misalnya asam nalidiksat 2 – 4 x lebih rendah dibandingkan dengan lapisan LPS halus, tetapi MIC untuk antibiotik hidrofilik misalnya ciprofloxacin dan norfloksasin tidak terpengaruh. Dalam kasus mutan OmpF di E. coli, peningkatan 2 kali lipat dalam MIC asam nalidiksat, norfloksasin dan ciprofloxacin pada kisaran resistensi tingkat rendah. Mekanisme resistensi ini bersifat mutasi, yang timbul dalam organisme individu dan kemudian diturunkan secara vertikal untuk keturunan yang masih 23 hidup. Tak satu pun dari mekanisme yang disebutkan di atas mentransfer unsur genetiknya Kocsis, 2012. Resistensi florokuinolon yang diperantarai plasmid pernah dilaporkan pada isolat klinis Klebsiella pneumoniae, yang dapat ditransfer pada E.coli di laboratorium Nordmann et al., 2005; Robicsek et al., 2006 . Beberapa mekanisme lain juga berpengaruh terhadap resistensi florokuinolon misalnya penurunan penyerapan obat karena hilangnya porin yang terikat membran, ekstrusi obat melalui pompa efflux beberapa obat mungkin memiliki spesifisitas substrat yang luas, atau penelitian yang baru-baru ini menggambarkan mekanisme gen resistensi kuinolon yang diperantarai plasmid plasmid mediated quinolone-resistance, disingkat gen PMQR Karczmarczyk et al., 2012; Hopkins et al., 2005. Resistensi terhadap florokuinolon muncul bersamaan dengan penggunaannya secara luas. Infeksi yang sebelumnya direspon dengan baik oleh florokuinolon, sekarang ini telah meningkatkan risiko kegagalan pengobatan Karczmarczyk et al., 2012; Gagliotti et al., 2008; Hopkins et al., 2005. Pada E.coli, target utama florokuinolon adalah enzim DNA gyrase atau topoisomerase II dan topoisomerase IV Karczmarczyk et al., 2012; Jaktaji et al., 2010. Di dalam isolat yang resisten florokuinolon ini, mutasi utama terletak di daerah yang disebut sebagai the quinolone resistance-determining regions QRDRs dari gen gyrA, parC maupun gyrB Karczmarczyk et al., 2012; Liu et al., 2012. 24

D. Gen-gen Plasmid

Keberadaan gen PMQR misalnya qnrA, qnrB, qnrS, qnrC, qnrD, oqxA, oqxB qepA dan aac6’-Ib-cr hanya memberikan resistensi level rendah terhadap florokuinolon, tetapi mereka dapat menyebarkan secara horizontal di antara bakteri enterik lainnya dan memfasilitasi seleksi mutan resisten setelah paparan ciprofloxacin Karczmarczyk et al., 2012; Robicsek et al., 2006. Penelitian lain juga menyatakan bahwa resistensi florokuinolon tingkat rendah dapat juga diperantarai plasmid pMG252 yang menyandi gen qnr di dalam plasmid E.coli Pereira et al., 2007. Pengertian resistensi level rendah dapat dijelaskan dalam grafik di bawah ini Penunjukan Gambar 7. Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa breakpoint klinis dari resistensi Gambar 7. Distribusi isolat klinis E. coli di dalam rentang nilai MIC Ciprofloxacin yang rentan sensitif dan resisten Kocsis, 2012. 25 ciprofloxacin untuk E.coli adalah S ≤ 0,5 mgL garis biru dan R  1 mgL garis merah. Distribusi E.coli didalam nilai MIC ciprofloxacin berbeda-beda dan resistansi tingkat rendah adalah dari 0,06 – 0,5 µgml dilingkari. Gen qnr ini dapat meningkatkan frekuensi mutasi pada populasi heterogen E.coli yang tidak selalu memiliki substitusi asam amino di dalam enzim DNA gyrase atau topoisomerase IV, dan akan memfasilitasi pemilihan resistensi tingkat tinggi diantara kuman lainnya Kocsis, 2012. Jadi jika ditemukan ada gen qnr ini di dalam kuman E.coli, meskipun kuman itu terpapar oleh dosis rendah antibiotika ciprofloxacin, maka kuman E.coli tersebut akan menjadi resisten. Protein OqxAB Penunjukan Gambar 8 termasuk keluarga RND resistance-nodulasi division adalah salah satu gen plasmid pertama yang ditularkan melalui pompa efflux. Gen oqxA mengkode untuk protein fusi membran AcrA, sedangkan oqxB mengkode untuk protein OqxB yang mengandung 12-transmembran α-heliks untuk pompa inner-membrane AcrB. Sistem ini membutuhkan protein outer-membran TolC untuk fungsi sepenuhnya. Ini adalah mekanisme resistensi genetik yang teridentifikasi pertama kali terhadap olaquindox, suatu agen yang digunakan sebagai penambah pertumbuhan pada babi. Gen ini dapat dideteksi pada kuman Enterobacteriaceae yang resisten terhadap kloramfenikol, asam nalidixat, norfloksasin dan ciprofloxacin Kocsis, 2012. . 26

E. Gen-gen Kromosom

Di dalam sel terdapat enzim yang berperan untuk membuat DNA menjadi rileks atau superkoil yaitu enzim DNA topoisomerase. Superkoil DNA ini mirip dengan gulungan kabel telefon. Keadaan dimana DNA double helix menggulung pada sumbunya disebut superkoil DNA sedangkan jika tidak menggulung disebut DNA rileks. Bentuk DNA dalam keadaan rileks atau dalam keadaan superkoil ini disebut topoisomer Penunjukan Gambar 9. Gambar 9. Dua bentuk superkoil DNA Bourque, 2010 Gambar 8. Struktur dari pompa efflux OqxAB sebagai pompa efflux tipe RND Kocsis, 2012. 27 Peran enzim topoisomerase sangat penting pada replikasi, transkripsi dan rekombinasi DNA dengan cara memotong dan menyambungkan untai tunggal atau untai ganda DNA Bourque, 2010. Topoisomerase DNA ini dapat ditemukan dimana-mana, di dalam semua jenis sel, mulai dari virus sampai kepada manusia dan dapat dibagi menjadi 2 kelompok yaitu McDowall, 2006 : a Topoisomerase tipe I :  Terdiri dari topoisomerase I, III dan V.  Terutama bertanggung jawab untuk mengendurkan merelaksasi superkoil positif belitan di atas dan atau superkoil negatif belitan di bawah dari DNA, sedangkan girase sebaliknya dapat memasukkan superkoil positif ke dalam DNA.  Memainkan peran penting dalam replikasi DNA dan transkripsi topoisomerase I, dan rekombinasi topoisomerase III. b Topoisomerase tipe II :  Terdiri dari topoisomerase II dikode oleh gen gyrA dan gyrB, topoisomerase IV dikode oleh gen parC dan parE dan topoisomerase VI.  Bertanggung jawab untuk mengendurkan spiral DNA topoisomerase IV, serta mengadakan superkoil negatif dan positif topoisomerase II.  Berperan penting dalam kondensasi kromosom topoisomerase II dan pemisahan kromosom anak selama pembelahan sel topoisomerase IV. Enzim DNA Gyrase Penunjukan Gambar 10 di dalam Escherichia coli merupakan holoenzim yang heterotetramer dan terdiri dari 2 sub-unit A yaitu Gyrase A dikode gen gyrA, 97 kDa dan 2 sub-unit B yaitu Gyrase B dikode 28 oleh gen gyrB, 90 kDa Jaktaji and Mohiti, 2010. Enzim DNA gyrase adalah salah satu dari enzim topoisomerase tipe II yang pertama diisolasi dari E. coli. Enzim ini mempunyai fungsi dalam pengubahan topologi DNA melalui breaking and rejoining pematahan dan penggabungan kembali untai ganda DNA. Enzim DNA gyrase memiliki kemampuan untuk memotong kedua untai ganda DNA double-stranded, melewati bagian lain dari potongan untai DNA tersebut dan menyambung kembali potongan tersebut dengan memanfaatkan ATP Lodish et al., 2000. Gambar 10. Dimer gyrase A dari heterotetramer DNA gyrase Saíz-Urraa et al., 2011. Pada bakteri enterik, mekanisme utama resistensi terhadap florokuinolon melibatkan mutasi gen kromosom penyandi enzim DNA girase danatau Topoisomerase IV, mutasi gen yang mengatur ekspresi pompa efflux Hooper, 1999 dan penurunan permeabilitas dinding sel bakteri Nikaido, 2003, semuanya diperantarai secara kromosom. 29 Di dalam isolat yang menunjukkan resistensi florokuinolon, DNA gyrase topoisomerase II yaitu target utama di dalam bakteri Gram-negatif, umumnya menunjukkan substitusi asam amino pada posisi Ser 83 danatau Asp 87 dari sub- unit gyrA, sedangkan substitusi pada residu Ser 80 dan Glu 84 umumnya teridentifikasi di dalam sub-unit parC dari topoisomerase IV Karczmarczyk et al., 2012; Heisig, 1996; Oram et al., 1991; Yoshida, 1990 Lihat Tabel 2 dan . Tabel 2. Mutasi Akibat Resistensi Kuinolon di dalam Gen gyrA dari E.coli KL16 STRAIN E.coli a MIC µgml b MUTASI NA PPA NFLX ENX OFLX CPFX KL16 3,13 1,56 0,05 0,1 0,05 0,0125 Wild type N-112 400 25 0,78 1,56 0,78 0,39 Ser-83 TCG  Leu UTG N-118 400 25 0,78 1,56 0,78 0,39 Ser-83 TCG  Leu TTG N-119 400 25 0,78 1,56 0,78 0,39 Ser-83 TCG  Leu TTG N-51 400 25 0,78 1,56 0,78 0,39 Ser-83 TCG  Leu TTG P-18 400 25 0,78 1,56 0,78 0,39 Ser-83 TCG  Trp TGG N-113 200 25 0,39 1,56 0,78 0,2 Asp-87 GAC  Asn AAC N-97 50 12,5 0,39 0,78 0,39 0,1 Gly-81 GGT  Cys TGT P-5 25 12,5 0,39 0,78 0,39 0,1 Ala-84 GCG  Pro CCG P-10 25 6,25 0,2 0,39 0,2 0,05 Ala-67 GCC  Ser TCC N-89 12,5 6,25 0,2 0,2 0,1 0,05 Gln-106 CAG  His CAT Sumber : Yoshida et al., 1990 Keterangan : a N-112, N-118, N-119, N-51, N-113, N-97 dan N-89 diuji dengan antibiotik asam nalidiksat; P-18, P-5 dan P-10 diuji dengan antibiotik asam pipemidat. b NA nalidixic acid, PPA pipemidic acid, NFLX norfloxacin, ENX enoxacin, OFLX ofloxacin dan CPFX ciprofloxacin. 30 Tabel 3. Mutasi di dalam Gen gyrA dan parC STRAIN E.coli MUTASI gyrA MUTASI parC Posisi Nukleotida Perubahan Nukleotida Peru- bahan Asam Amino Posisi Nukleotida Perubahan Nukleotida Peru- bahan Asam Amino Wild type MI, MII, 4469 248 TCG TTG S83L 3204917 248 TCG TGG S83W 233 GGC GAC G78D MIII, MIVb, R17 248 TCG TTG S83L 239 AGT ATT S80I 260 GAC GGC D87G 129801 248 TCG TGG S83L 250 GAA AAA E84K 259 GAC AAC D87N 133700 248 TCG TTG S83L 239 AGC ATC S80I 259 GAC AAC D87N HP24704- 1 248 TCG TTG S83L 240 AGCT A GA S80R 259 GAC AAC D87N 130162 248 TCG TTG S83L 239 AGC ATC S80I 259 GAC TAC D87Y 205096 248 TCG TTG S83L 250 GAA AAA E84K 260 GAC GGC D87G U12987, 136437 248 TCG TTG S83L 239 AGC ATC S801 259 GAC AAC D87N 251 GAA GGA E84G Sumber : Heisig, 1996 E.coli telah semakin memperoleh resistensi terhadap florokuinolon melalui beberapa mekanisme yang mencakup mutasi kromosom pada gen yang 31 mengkode topoisomerase II gyrA dan gyrB dan IV parC dan parE Zayed et al., 2015. Resistensi terhadap florokuinolon muncul sebagai akibat dari mutasi missense di wilayah tertentu yang dinamakan the quinolone resistance determining region QRDR dari sub-unit enzim target. Substitusi asam amino dalam QRDR yang terlibat dalam pengembangan resistensi florokuinolon di E. coli dijelaskan dalam Tabel 4 berikut. Tabel 4. Substitusi Asam Amino di dalam QRDR Isolat E.coli Resisten Fluorokuinolon KODON a ASAM AMINO ASAL WILD BERMUTASI MENJADI KODON a ASAM AMINO ASAL WILD BERMUTASI MENJADI gyrA parC 50 b Tyr Phe 78 Gly Asp 51 b Ala Val 80 Ser Ile, Arg 67 b Ala Ser 84 Glu Lys, Val, Gly 81 Gly Cys, Asp a Mutasi pada kodon-kodon lain, perannya dalam pengembangan resistensi terhadap kuinolon fluorokuinolon masih belum jelas. b Hanya dijelaskan dalam mutan yang diperoleh in vitro. 82 b Asp Gly 83 Ser Leu, Trp, Ala, Val 84 Ala Pro, Val 87 Asp Asn, Gly, Val, Tyr, His 106 b Gln Arg, His 119 b Ala Glu gyrB parE 426 Asp Asn 445 Leu His 447 Lys Glu 458 Ser Pro, Trp Sumber : Zayed et al., 2015 32 Mutasi pada posisi 83 atau 87 untuk subunit gyrA dari DNA gyrase dan posisi 78, 80 atau 84 untuk subunit ParC dari topoisomerase IV secara khusus menyebabkan kompleks enzim-DNA dari mutan memiliki afinitas rendah terhadap antibiotik florokuinolon tersebut. Menurut Zayed et al 2015, mutasi ketiga yang baru terletak di luar QRDR konvensional dari subunit gyrA; R237H hanya ditemukan di isolat E. coli yang sangat resisten dengan MIC ≥ 16 mg ml. Mutasi ini berhubungan kuat dengan fenotip resistensi yang tinggi P=0,007. Mutasi baru, bersama dengan acrR-V29G mutasi baru dalam protein AcrR, memerlukan penelitian lebih lanjut untuk mengungkap peran mereka yang mungkin dalam resistensi. Mutasi-mutasi ini berhubungan dengan isolat E.coli yang sangat resisten dan dapat meningkatkan kemampuan tingkat resistensi Zayed et al., 2015. Penelitian tentang hubungan antara nilai MIC antibiotik golongan kuinolon fluorokuinolon dengan terjadinya subtitusi asam amino di dalam Enterobacteriaceae telah banyak dilakukan orang, diantaranya adalah penelitian Kocsis 2012, seperti terlihat pada Tabel 5 di bawah ini. 33 Tabel 5. Hubungan Nilai MIC Ciprofloxacin dengan Substitusi Asam Amino yang Menyebabkan Mutasi di dalam Gen gyrA dan parC. Sumber : Kocsis, 2012

F. Polymerase Chain Reaction PCR

PCR merupakan teknik pengandaan DNA yang ditemukan oleh Kary Mullis yang digunakan untuk sintesis dan penggandaan DNA secara in vitro dalam waktu relatif singkat dengan bantuan enzim DNA polimerase dan bahan- bahan lain. Prinsip dasar dari mesin PCR adalah pengontrolan suhu pada sampel, dengan rentang suhu 4 – 90 o C Wicaksono, 2015. Nama PCR berasal dari Polymerase Chain Reaction yang digunakan untuk menggandakan bagian DNA dengan menggunakan replikasi enzim secara in vitro. Proses ini dikenal sebagai 34 reaksi rantai karena template DNA diperbanyak secara eksponensial di setiap siklusnya WHO, 2011. Metode PCR telah dimodifikasi dan digunakan di berbagai bidang ilmu. Setiap pemeriksaan bakteri atau virus dengan menggunakan PCR memiliki protokol tersendiri, protokol ini berisi prosedur dalam melakukan reaksi dan parameter yang perlu diatur pada sampel suhu, jumlah dan jenis reagen serta durasi suhu. Real-time PCR merupakan modifikasi terbaru yang menggabungkan deteksi fluoresence dengan metode PCR konvensional. Real-time PCR memungkinkan deteksi dan penghitungan jumlah molekul dari target DNA yang telah dihasilkan. Modifikasi ini telah diterima secara luas karena risiko kontaminasinya yang rendah; serta memiliki sensitivitas dan kecepatan proses yang tinggi. Oleh karena itu Real-time PCR diakui sebagai gold standar untuk diagnosis beberapa penyakit yang disebabkan oleh bakteri, virus dan menghitung jumlah virus pada sampel klinis Wicaksono, 2015.

1. Tiga Tahap Proses Penggandaan DNA

Dokumen yang terkait

Pola Resistensi Antimikroba pada Infeksi Saluran Kemih yang disebabkan Bakteri Penghasil ESBL dan Non-ESBL

4 91 159

Distribusi Bakteri Aerob Penyebab Infeksi Saluran Kemih pada Pasien Rawat Jalan dan Rawat Inap di RSUP H. Adam Malik Medan Periode Januari 2013 – Juni 2013

1 65 60

Prevalensi Infeksi Saluran Kemih Pada Wanita Yang Menderita Diabetes Melitus Tipe II Yang Dirawat Inap Dan Dirawat Jalan Di Subbagian Endokrinologi, Bagian Penyakit Dalam Di RSUP H.Adam Malik Pada Tahun 2009

1 62 72

Kajian Uji Resistensi dan Sensitivitas Antibiotik Ceftriaxone dan Ciprofloxacin Pada Penderita Infeksi Saluran Kemih di RSUP Fatmawati

2 40 77

POLA RESISTENSI ANTIBIOTIK DAN PROFIL PLASMID ISOLAT Pseudomonas aeruginosa DI RSUD ABDUL MOELOEK PROVINSI LAMPUNG

2 8 64

Keragaman Genetik Isolat Escherichia coli dari Rongga Mulut Biawak (Varanus) dan Kloning Gen Penyandi Resistensi Ampisilin

0 10 34

POLA RESISTENSI BAKTERI TERHADAP ANTIBIOTIK PADA PENDERITA INFEKSI SALURAN KEMIH (ISK) Pola Resistensi Bakteri terhadap Antibiotik pada Penderita Infeksi Saluran Kemih (ISK) di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten Periode Januari 2013-September 2015.

0 2 14

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Infeksi saluran kemih - SENSITIVITAS Escherichia coli DARI ISOLAT URIN PENDERITA ISK DI RSUD Prof. Dr. MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO TERHADAP BEBERAPA ANTIBIOTIK - repository perpustakaan

0 0 8

SENSITIFITAS BAKTERI Escherichia coli HASIL ISOLAT URIN DARI PENDERITA INFEKSI SALURAN KEMIH TERHADAP CIPROFLOKSASIN DI PUSKESMAS BOBOTSARI KABUPATEN PURBALINGGA

0 0 16

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - SENSITIFITAS BAKTERI Escherichia coli HASIL ISOLAT URIN DARI PENDERITA INFEKSI SALURAN KEMIH TERHADAP CIPROFLOKSASIN DI PUSKESMAS BOBOTSARI KABUPATEN PURBALINGGA - repository perpustakaan

0 0 9