Laju Respirasi TINJAUAN PUSTAKA

konsumen, serta selama bahan pengemasnya masih memiliki integritas serta melindungi isi kemasan; Sampai sekarang pendinginan merupakan satu-satunya cara yang ekonomis untuk penyimpanan jangka panjang bagi buah - buahan dan sayur- sayuran. Cara - cara lain untuk pengendalian pematangan dan kerusakan, paling banyak hanya merupakan pelengkap bagi suhu yang rendah. Penyimpanan dengan cara pelapisan lilin, penggunaan kantong dan karung plastik, penggunaan sistem pengaturan komposisi O 2 dan CO 2 dalam wadah tidak dapat dianjurkan terutama di negara - negara tropis, bila cara - cara tersebut tidak dikombinasikan dengan pendinginan Pantastico, 1989. Dengan penyimpanan mentimun akan tetap segar dalam waktu yang lama. Pada penyimpanan di tempat yang bersuhu 12°C – 14°C, mentimun akan tahan sampai 14 hari Sumpena, 2002.

E. Laju Respirasi

Respirasi merupakan suatu proses metabolisme dengan menggunakan O 2 dalam pembakaran senyawa makromolekul seperti karbohidrat, protein, dan lemak yang akan menghasilkan CO 2 , air dan sejumlah besar elektron- elektron. Menurut Winarno dan Kartakusumah 1981, respirasi adalah suatu proses metabolisme dengan cara menggunakan oksigen dalam pembakaran senyawa yang lebih kompleks seperti pati, gula, protein, lemak dan asam organik, sehingga menghasilkan molekul sederhana seperti CO 2 , air serta energi dan molekul lain yang dapat digunakan oleh sel untuk reaksi sintesa. Proses respirasi dapat dibedakan menjadi tiga tingkat, yaitu 1 pemecahan polisakarida menjadi gula sederhana, 2 oksidasi gula menjadi asam piruvat, dan 3 transformasi asam piruvat dan asam-asam organik lainnya menjadi CO 2 , energi dan air. Secara sederhana proses respirasi dapat digambarkan dengan persamaan reaksi kimia berikut : C 6 H 12 O 6 + 6O 2 6CO 2 + 6H 2 O + 674 kkal energi Dari persamaan di atas dapat diketahui bahwa glukosa diperlukan untuk proses respirasi. Glukosa ini diperoleh dari cadangan makanan yang disimpan dalam bentuk buah atau umbi. Setiap respirasi 180 gr glukosa mengkonsumsi 190 gr O 2 akan menghasilkan 264 CO 2 , 108 gr air dan 674 kal energi Ryall dan Pentzer, 1982. Besar kecilnya respirasi dapat diukur dengan menentukan jumlah substrat yang hilang, O 2 yang diserap, CO 2 yang dikeluarkan, panas yang dihasilkan, dan energi yang timbul. Dalam praktek, jumlah air yang dilepas tidak ditentukan karena reaksi berlangsung dalam udara sebagai medium dan jumlah iar yang dihasilkan dalam reaksi sangat sedikit. Energi yang dikeluarkan juga tidak dapat ditentukan karena berbagai bentuk energi yang dihasilkan tidak dapat diukur hanya dengan menggunakan satu alat saja. Menurut Pantastico 1989, proses respirasi yang terjadi pada buah dan sayuran ditentukan dengan pengukuran laju penggunaan O 2 dan laju pengeluaran CO 2 . Dengan pengukuran CO 2 dan O 2 dimungkinkan untuk mengevaluasi sifat proses respirasi. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi laju respirasi antara lain konsentrasi O 2 dan CO 2 serta suhu penyimpanan. Penekanan laju respirasi dapat terjadi pada konsentrasi CO 2 tinggi. Bila konsentrasi CO 2 dalam atmosfer simpanan bertambah, jumlah CO 2 yang terlarut dalam sel atau tergabung dengan beberapa zat penyusun sel juga bertambah. Konsentrasi CO 2 dan sel tinggi mengarah ke perubahan-perubahan fisiologi, misalnya penurunan reaksi-reaksi sntesis pematangan, penghambatan beberpa kegiatan enzimatik dan penghambatan sintesis klorofil serta penghilanhan warna hijau. Penyimpanan dengan suhu rendah juga dapat menekan laju respirasi. Pengaruh suhu, konsentrasi O 2 dan CO 2 yang sesuai dapat menghambat pematangan dan respirasi. Semakin tinggi suhu penyimpanan maka akan semakin tinggi pula laju respirasi suatu bahan. Laju respirasi merupakan petunjuk yang baik untuk menduga daya simpan sayuran dan buah sesudah dipanen. Intensitas respirasi dianggap sebagai laju jalannya metabolisme, oleh karena itu sering dianggap sebagai petunjuk mengenai potensi daya simpan buah. Laju respirasi yang tinggi biasanya disertai dengan umur simpan yang pendek. Hal ini menunjukkan laju kemunduran mutu Pantastico, 1989. Klasifikasi komoditi hortikultura berdasarkan laju respirasi dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Klasifikasi komoditi hortikultura berdasarkan laju respirasinya Mitra, 1997 Kelas Kisaran pada 5 o C 41 o F mg CO 2 kg-jam Komoditi Sangat rendah 5 Kurma, kacang-kacangan. buah kering Rendah 5 - 10 Apel, jeruk, anggur Sedang 10 – 20 Apricot, pisang Tinggi 20 – 40 Strawbery, alpukat Sangat tinggi 40 – 60 Artichoke, bunga potong Sangat-sangat tinggi 60 Asparagus, brokoli, jamur, jamur, bayam, jagung manis Proses respirasi, dimana semakin banyak oksigen yang digunakan maka akan semakin aktif. Berdasarkan aktivitas respirasi tersebut, sifat hasil tanaman dapat diklasifikasikan menjadi sifat klimaterik dan non-klimaterik. Buah klimaterik adalah buah yang mengalami proses pematangan jika disimpan yang ditandai dengan perubahan warna secara fisik atau buah yang menjelang masak aktivitas respirasinya naik sedemikian rupa secara mencolok dan sangat cepat, yang selanjutnya menurun setelah lewat masak, misalnya alpukat, nangka, pisang, jambu, pepaya, sirsak, dan lain-lain. Sedangkan buah non klimaterik merupakan buah yang menjelang masak aktivitas respirasinya menurun menjelang masak optimal dan setelah lewat masak maka perubahan aktivitas respirasi berlangsung tidak mencolok, biasanya ditandai dengan proses pembusukkan, misalnya anggur, semangka, dan jeruk. Mentimun termasuk buah non-klimaterik karena menjelang masak aktifitas respirasinya menurun dan ditandai dengan proses pembusukan. Menurut Muchtadi dan Sugiono 1992, selama periode pra klimaterik laju respirasi rendah, selama periode klimaterik laju respirasi meningkat dengan cepat sampai maksimum dan pematangan buah dimulai. Pada pasca klimaterik laju respirasi mulai turun kembali, proses sintesa praktis terhenti dan proses-proses dekomposisi menjadi efektif dan buah mulai rusak.

F. Simulasi Transportasi Hasil Pertanian