c Prestasi atau objek kredit tidak hanya dalam bentuk uang, tetapi juga dalam bentuk barang dan jasa.
d Tingkat resiko yang akan dihadapi sebagai akibat dari adanya jangka waktu yang memisahkan antara pemberian prestasi dengan kontraprestasi yang akan
diterima di kemudian hari. Semakin lama kredit diberikan akan semakin besar resikonya karena adanya ketidakpastian di masa yang akan datang.
Kuntjoro 1983, kredit mempunyai peranan yang sangat penting dalam memacu perkembangan usaha terutama dalam pembentukan modal capital
formation. Kredit juga sangat penting untuk meningkatkan likuiditas usaha walaupun dapat menimbulkan resiko apabila usaha tersebut gagal memberikan
penerimaan yang lebih tinggi dari biaya yang dikeluarkan.
2.3. Usaha Kecil dan Menengah UKM
Menurut Rudjito 2003 Usaha Kecil dan Menengah UKM di Indonesia yang memiliki peranan yang penting dalam perekonomian Indonesia, baik ditinjau
dari segi jumlah usaha maupun dari segi penciptaan lapangan kerja. Definisi UKM yang diberikan oleh beberapa lembaga, yaitu:
1. UU No. 9 Tahun 1995. Usaha kecil adalah usaha yang memiliki kekayaan bersih paling banyak
Rp. 200 juta, tidak termasuk tanah dan bangunan atau yang memiliki omzet paling banyak Rp. 1 milyar per tahun dan milik Warga Negara Indonesia.
2. Instruksi Presiden Nomor 10 Tahun 1999. Usaha menengah adalah usaha yang memiliki kekayaan bersih lebih besar
dari Rp. 200 juta sampai dengan paling banyak Rp. 10 milyar, tidak termasuk tanah dan bangunan, milik Warga Negara Indonesia, bukan merupakan cabang
perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau berfaliasi baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha besar, berbentuk usaha perorangan, badan usaha yang
tidak berbadan hukum, dan atau badan usaha yang berbadan hukum. 3. Surat Edaran Bank Indonesia kepada semua Bank Umum di Indonesia
No.39BKr, Tanggal 17 Mei 2007 Usaha kecil adalah usaha yang memiliki kekayaan bersih paling banyak
Rp. 200 juta tidak termasuk tanah dan bangunan, memiliki omzet paling banyak Rp. 1 milyar per tahun, milik Warga Negara Indonesia, bukan merupakan anak
perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau berfaliasi baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha besar, berbentuk usaha
perorangan, badan usaha yang tidak berbadan hukum, dan atau badan usaha yang berbadan hukum, termasuk koperasi.
2.4. Penelitian terdahulu
Sebagaimana sudah dikemukakan, bahwa masalah yang dihadapi oleh Bank dan Lembaga Keuangan lainnya adalah dalam hal pengembalian kredit yang
dipinjamkan pada pengusaha kecil sebagai modal dalam menjalankan usahanya. Penelitian Kuntjoro 1983, mengidentifikasi faktor- faktor yang mempengaruhi
pembayaran kembali kredit Bimas Padi dengan melakukan studi kasus di Kabupaten Subang, Jawa Barat. Faktor- faktor yang mempengaruhi pengembalian
kredit diklasifikasikan menjadi empat faktor yaitu faktor pribadi petani yang meliputi umur, pendidikan, jumlah jiwa dalam keluarga dan pengalaman
berusahatani; faktor situasi penunjang yang meliputi tagihan langsung dan status garapan; faktor situasi ekonomi yang meliputi luas sawah garapan; faktor kondisi
finansial seperti besarnya rasio pinjaman dengan penerimaan, rasio penerimaan dengan pengeluaran. Kesimpulan yang diperoleh adalah faktor-faktor yang
berpengaruh positif pada pengembalian kredit terdiri dari lama petani mengikuti program Bimas, adanya tagihan aktif dari petugas kredit, adanya tambahan
penerimaan petani serta adanya status bagi hasil. Sedangkan faktor- faktor yang berpengaruh negatif adalah tingginya pengeluaran konsumsi keluarga dan makin
besarnya jumlah kredit Bimas yang diperoleh. Penelitian
Prasetyo 1996, mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi pengembalian kredit pada usaha kecil dengan melakukan studi
kasus pada nasabah BPR Batuceper, Tangerang. Faktor- faktor yang mempengaruhi pengembalian kredit dalam studinya yaitu, penghasilan bersih,
pengalaman usaha, frekuensi pembinaan, agunan, suku bunga, umur, pendidikan dan jumlah tanggungan keluarga. Dari hasil studinya kesimpulan yang diperoleh
adalah bahwa hampir semua variabel yang mempengaruhi pengembalian kredit berpengaruh positif terhadap pengembalian kredit, kecuali variabel jumlah
tanggungan keluarga. Dalam studi Renggani 1998, mengidentifikasi faktor-faktor yang
mempengaruhi pengembalian kredit dengan melakukan studi kasus pada BMT Ulil Albaab, Bogor. Faktor- faktor yang mempengaruhi penge mbalian kredit
dalam studinya yaitu jumlah pinjaman, jumlah selisih pendapatan dan pengeluaran keluarga, biaya transportasi, borrowing cost, tingkat pendidikan formal, intensitas
hubungan dengan pengurus, jangka waktu pengembalian kredit, dan juga variabel dummy berupa penggunaan kredit. Berdasarkan nilai koefisien regresi yang
diperoleh diketahui bahwa variabel yang berpengaruh positif terhadap tingkat pengembalian kredit adalah jumlah selisih pendapatan dan pengeluaran keluarga,
borrowing cost, tingkat pendidikan dan jenis penggunaan kredit. Sedangkan variabel yang berpengaruh negatif adalah jumlah pinjaman, biaya transportasi,
intensitas hubungan dengan pengurus, serta jangka waktu pengembalian kredit. Dalam penelitian Hidayati 2003, menganalisis perilaku pengusaha kecil
dan menengah dalam menggunakan dan mengembalikan kredit dengan melakukan studi kasus pada pengusaha kecil menengah yang mengambil kredit umum
pedesaan di BRI unit pasar Blok A Kebayoran Baru, Jakarta. Dalam studinya dijelaskan bahwa yang mempengaruhi penggunaan dan pengembalian kredit
pengusaha kecil dilihat dari karakteristik pengusaha dan karakteristik usaha. Karakteristik pengusaha tersebut terdiri dari umur, pendidikan, sikap terhadap
kredit, dan jumlah tanggungan keluarga. Sedangkan karakteristik usaha terdiri dari pengalaman usaha, lama ambil kredit, skala usaha dan jenis usaha. Dari hasil
studinya khususnya mengenai pola pengembalian kredit disimpulkan bahwa yang berpengaruh nyata dengan tingkat pengembalian kredit adalah faktor umur yang
terdapat dalam karakteristik individu dan pengalaman mengambil kredit yang terdapat dalam karateristik usaha.
Dalam studi Priarnani 2005, menganalisis faktor- faktor yang mempengaruhi pola pengembalian kredit Pembinaan Peningkatan Pendapatan
Petani-Nelayan Kecil P4K dengan melakukan studi kasus di Kabupaten Tuban, Jawa Timur. Faktor- faktor yang mempengaruhi pengembalian kredit dalam
studinya yaitu, pengalaman usaha, pengalaman ketua Kelompok Petani Kecil KPK, umur anggota KPK, frekuensi angsuran, frekuensi pembinaan, pendapatan
kotor usaha bersama, keterlambatan realisasi kredit, jumlah tanggungan kredit, dan tingkat pendidikan ketua KPK. Sedangkan variabel dummy yang digunakan
adalah tabungan sukarela KPK, jenis usaha bersama, bencana, pengalaman kredit, dan pendapatan sampingan. Dari hasil studinya disimpulkan bahwa faktor- faktor
yang berpengaruh nyata terhadap pengembalian kredit P4K adalah pengalaman usaha, frekuensi pembinaan dan pengalaman kelompok mengambil kredit,
frekuensi angsuran dan keterlambatan realisasi kredit. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu penelitian ini
menganalisis faktor- faktor yang mempengaruhi pengembalian kredit pada pengusaha kecil yang menjadi Mitra Binaan PT. Telkom Divre II Jakarta.
Pemberia n kredit yang diberikan oleh PT. Telkom Divre II Jakarta kepada pengusaha kecil melalui program kemitraan CSR, hal ini dilakukan oleh PT.
Telkom Divre II Jakarta dalam rangka membantu permodalan pengusaha kecil dalam menjalankan usahanya. Adapun faktor- faktor yang mempengaruhi
pengembalian kredit pengusaha kecil pada program kemitraan CSR PT. Telkom Divre II Jakarta yaitu jumlah pinjaman, tingkat suku bunga, penghasilan bersih
usaha, pengalaman usaha, usia, jumlah tanggungan keluarga, pendidikan, dummy bencana force major, dan dummy penghasilan di luar usaha.
2.5. Kerangka Pemikiran