tidak memahami konsep, maka mereka akan kesulitan menyelesaikan masalah dengan tepat. Menurut Parreren sebagaimana dikutip Qohar, dkk 2007, aktivitas pemecahan masalah
dikategorikan dalam belajar berpikir, yang merupakan bentuk belajar kognitif tingkat tinggi . Masalah harus dipecahkan melalui operasi mental, khususnya dengan konsep, kaidah, dan
metode-metode kerja tertentu, dengan kata lain peserta didik akan mampu memecahkan masalah hanya jika mereka memahami konsep dengan baik.
4.2.2 Kemampuan Pemecahan Masalah
Dengan mencermati perolehan nilai rata-rata peserta didik untuk setiap leveltingkat soal dapat dikemukakan beberapa hal sebagai berikut.
1. Dari 30 peserta didik, perolehan nilai rata-rata untuk soal pemecahan masalah
leveltingkat multistruktural sebesar 32.67. 2.
Dari 30 peserta didik, perolehan nilai rata-rata untuk soal pemecahan masalah leveltingkat relasional sebesar 32.33.
3. Dari 30 peserta didik, perolehan nilai rata-rata untuk soal pemecahan masalah
leveltingkat abstrak diperluas sebesar 37.33. Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kemampuan pemecahan masalah peserta
didik masih rendah. Menurut Rochmana 2007, ada beberapa faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar peserta didik salah satunya adalah faktor psikologis yang meliputi
perhatian, pengamatan, ingatan, berpikir, dan motif. Pada saat penelitian berlangsung, peserta didik sedang melaksanakan ujian tengah semester. Di SMP IT Bina Amal ujian tengah
semester diselenggarakan bersamaan dengan pembelajaran. Pengaturan waktu ujian tengah semester dari pagi sampai siang, setelah dhuhur dilanjutkan dengan pembelajaran seperti
biasa. Kondisi ini menjadi faktor perhatian subjek penelitian terhadap materi pembelajaran sangat rendah, sehingga hal ini mempengaruhi kemampuan peserta didik dalam menyerap
materi pembelajaran. Dalam penelitian ini, model pembelajaran yang digunakan adalah Problem based
Learning PBL atau Pembelajaran berbasis masalah PBM. Berdasarkan penelitian Arends
sebagaimana dikutip oleh Qohar, dkk 2007, PBL mampu membantu peserta didik mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan kemampuan pemecahan masalah serta
melatih peserta didik menjadi pembelajar yang mandiri. Senada dengan itu, hasil penelitian Mahanal, dkk. 2007 menyebutkan penerapan pembelajaran berdasarkan masalah dengan
strategi kooperatif model STAD dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis kelas V MIJS Malang, namun hasil dalam penelitian ini menunjukkan hasil yang berbeda. Hasil
perolehan skor rata-rata untuk masing-masing level soal masih rendah. Selain karena faktor psikologis yang dialami peserta didik, faktor lain yang mempengaruhi hasil kemampuan
pemecahan masalah juga karena bentuk soal dalam penelitian ini yang berupa uraian. Hal ini membuat subjek penelitian tidak memiliki banyak kesempatan untuk berspekulasi atau
untung-untungan Arikunto, 2006: 59, sehingga dari respon subjek penelitian, tidak sedikit peserta didik yang tidak merespon soalpertanyaan yang diberikan oleh peneliti.
44
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Dari hasil penelitian dan pembahasan peneliti dapat menarik kesimpulan sebagai berikut.
1. Dari keseluruhan kesalahan yang paling banyak dilakukan peserta didik, kesalahan
yang paling menonjol adalah kesalahan data tidak tepat id, prosedur tidak tepat ip, dan hierarki keterampilan shp. Kesalahan tersebut secara umum disebabkan oleh
ketidakmampuan peserta didik memahami konsep pada lingkaran, tidak memiliki keterampilan menyelesaikan masalah matematika, dan tidak dimiliki keterampilan
manipulasi numerik dan operasi hitung. 2.
Kemampuan pemecahan masalah peserta didik kelas VIII SMP IT Bina Amal pada masing-masing leveltingkat pertanyaan sangat rendah, hal ini dapat dilihat dari
perolehan nilai rata-rata masing-masing level soal. Pada soal pemecahan masalah level multistruktural perolehan nilai rata-rata peserta didik sebesar 32.67, soal
pemecahan masalah relasional nilai rata-rata peserta didik sebesar 32.33, sedangkan soal pemecahan masalah level abstrak diperluas sebesar 37.33. Hal ini terjadi karena
pada saat proses pembelajaran, peserta didik sedang menjalani ujian tengah semester, sehingga secara psikologis hal ini berpengaruh pada perhatian peserta didik saat
pembelajaran berlangsung. 3.
Pada masing-masing level soal pemecahan masalah, dapat disimpulkan bahwa kecenderungan kesalahan pada soal pemecahan masalah level Multistruktural adalah
kesalahan id, ip, um,dan shp. Kecenderungan penyebab kesalahan subjek penelitian beragam diantaranya karena tidak memiliki keterampilan manipulasi numerik, tidak
ingat rumus, belum memiliki keterampilan menggunakan informasi yang ada untuk menyusun rencana penyelesaian masalah yang tepat, tidak memahami konsep
lingkaran beserta aplikasinya pada soal. Pada soal pemecahan masalah level Relasional kecenderungan kesalahan diantaranya id, ip, od, rlc, shp, dan ao. Secara
umum penyebab kesalahan karena tidak memahami konsep lingkaran dengan baik,