Produktivitas Kelapa Perilaku Produksi

produktivitas jagung. Namun karena keterbatasan budget, produktivitas jagung tidak responsif terhadap perubahan permintaan tenaga kerja sewa. Pendapatan yang diperoleh rumahtangga sebagian juga dialokasikan untuk kebutuhan pokok rumahtangga. Kondisi inilah yang menyebabkan produktivitas jagung tidak responsif terhadap pendapatan dari penjualan ternak sapi. Semua pendapatan yang diperoleh rumahtangga termasuk pendapatan luar usahatani dialokasikan untuk kebutuhan pokok. Pendapatan luar usahatani cukup berpengaruh terhadap peningkatan produktivitas jagung. Walaupun demikian produktivitas jagung tidak responsif terhadap pendapatan luar usahatani. Hal ini disebabkan semua pendapatan yang diperoleh rumahtangga dialokasikan juga untuk usaha jagung.

7.1.4. Produktivitas Kelapa

Dalam penelitian ini produksi kelapa dipelajari dari perilaku produktivitas kelapa di Bolaang Mongondow. Perilaku penggunaan lahan untuk kelapa tidak dipelajari karena dalam jangka waktu pendek dianggap rumahtangga tidak melakukan ekspansi lahan kelapa. Dalam melakukan ekspansi memerlukan modal besar. Berbeda dengan penelitian Bakir 2007 yang mempelajari perilaku produktivitas kelapa sawit dan luas arealnya. Produktivitas kelapa PRODK secara bersama-sama dipengaruhi harga bayangan kopra HKOB, jumlah pohon kelapa JPK, jumlah pupuk urea untuk kelapa JPUK, tenaga kerja sewa TKLK dan tenaga kerja ternak sapi untuk usaha kelapa TKSK. Harga bayangan kopra merupakan selisih antara harga kopra dengan biaya transaksi penjualan kopra. Hasil estimasi pada Tabel 37 menunjukkan semua tanda estimasi untuk peubah yang mempengaruhi peubah endogen produktivitas kelapa telah sesuai kriteria ekonomi. Tanda positif menunjukkan peningkatan masing-masing peubah harga bayangan kopra, jumlah pohon kelapa, jumlah pupuk urea untuk kelapa, tenaga kerja sewa dan tenaga kerja ternak sapi untuk usaha kelapa menyebabkan terjadinya peningkatan produktivitas kelapa sebesar nilai estimasi parameternya. Hasil estimasi juga menunjukkan harga bayangan kopra, jumlah pohon kelapa, jumlah urea untuk kelapa dan tenaga kerja sewa untuk kelapa masing- masing berpengaruh nyata terhadap produktivitas kelapa pada taraf nyata 15 persen. Sedangkan tenaga kerja ternak sapi untuk kelapa berpengaruh tidak nyata. Semakin tinggi biaya transaksi menyebabkan harga yang diterima rumahtangga semakin kecil akibatnya ada kecenderungan penurunan produktivitas kelapa. Biaya transaksi dihitung berdasarkan biaya transpor penjualan kopra yang ditanggung rumahtangga dan biaya penyimpanan kopra. Biaya-biaya tersebut ditentukan oleh pedagang. Brithal et al. 2006 mengkuantitatifkan biaya transaksi pada tingkat produsen termasuk biaya penyimpanan dan penurunan kualitas suatu produk. Peningkatan biaya transaksi tersebut pengaruhnya cukup besar terhadap penurunan produktivitas kelapa. Disisi lain rumahtangga membutuhkan penerimaan yang lebih tinggi untuk menanggulangi kebutuhan mendesak. Rumahtangga menyewakan pohon kelapanya ke pedagang untuk mengatasi kebutuhan yang mendesak tersebut. Walaupun produktivitas kelapa tidak responsif terhadap biaya transaksi. Pendapatan rumahtangga bersumber dari berbagai kegiatan yang menghasilkan uang, sehingga produktivitas kelapa tidak responsif terhadap naiknya biaya transaksi. Jumlah pohon kelapa berpengaruh sangat nyata terhadap produktivitas kelapa. Semakin banyak pohon kelapa yang dimiliki atau yang dikelola rumahtangga maka produksi kelapa yang dipanen semakin banyak. Berbeda dengan penelitian Bakir 2007, yang menunjukkan jumlah pohon kelapa sawit pengaruhnya kecil terhadap produktivitas kelapa sawit. Hasil analisis menunjukkan produktivitas kelapa di Bolaang Mongondow responsif terhadap jumlah pohon kelapa. Kenyataan di lapangan menunjukkan produktivitas kelapa semakin menurun yang disebabkan lahan di bawah kelapa merupakan lahan marjinal dengan tingkat kesuburan yang rendah. Selain itu umur pohon kelapa yang ada berkisar 8-90 tahun sehingga produksinya masih sedikit ataupun buah kelapanya kecil-kecil untuk umur kelapa lebih tua. Dalam usaha peningkatan produktivitas kelapa, rumahtangga dapat melakukan integrasi usaha ternak sapi dengan usaha kelapa. Integrasi ini dapat bermanfaat bagi kesuburan lahan kelapa. Kotoran ternak dapat dijadikan sebagai pupuk, disisi lain lahan di bawah pohon kelapa dapat ditanami hijauan rumput atau leguminosa yang berfungsi sebagai pakan sekaligus dapat menyuburkan lahan. Dalam hal ini produktivitas kelapa responsif terhadap jumlah pohon kelapa. Penggunaan pupuk urea berpengaruh terhadap peningkatan produktivitas kelapa. Kenyataan di lapangan menunjukkan sebagian besar lahan di bawah pohon kelapa di Bolaang Mongondow merupakan lahan marjinal, namun sebagian besar rumahtangga tidak melakukan upaya untuk meningkatkan kesuburan lahannya. Kondisi tersebut berdampak terhadap produktivitas buah kelapa. Sebagian rumahtangga menggunakan pupuk urea sebagai upaya meningkatkan produktivitas kelapa. Semakin banyak pupuk urea yang digunakan maka produktivitas kelapa semakin meningkat. Perlakuan tersebut menunjukkan produktivitas kelapa tidak responsif terhadap peningkatan permintaan pupuk urea. Permintaan tenaga sewa dapat mempengaruhi peningkatan produktivitas kelapa. Dalam proses produksi usaha kelapa sangat dibutuhkan tenaga terampil, terutama untuk panjat kelapa. Untuk pekerjaan panjat kelapa, rumahtangga menggunakan tenaga kerja sewa. Hal ini disebabkan panjat kelapa merupakan pekerjaan yang mempunyai risiko tinggi. Selain itu, panen buah kelapa sebaiknya dilakukan tepat pada waktunya yaitu tiap tiga bulan sekali panen. Walaupun produktivitas kelapa tidak responsif terhadap permintaan tenaga kerja sewa. Penawaran tenaga kerja ternak sapi sangat menentukan dalam usaha kelapa. Sebagian lokasi kebun kelapa di Bolaang Mongondow agak jauh dari perkampungan yaitu sekitar 1 - 15 km. Kondisi tersebut sangat membutuhkan tenaga ternak sapi sebagai pengangkut. Walaupun produktivitas kelapa tidak responsif terhadap penawaran ternak sapi tersebut. Hal ini disebabkan tenaga ternak sapi dimanfaatkan sebagai tenaga sewa oleh rumahtangga lain untuk mengangkut output pertanian, angkut material bangunan batu, krikil, angkut kayu dan bajak lahan.

7.1.5. Luas Lahan Garapan Jagung