Dampak biaya transaksi terhadap perilaku ekonomi rumahtangga petani usaha ternak sapi-tanaman di Sulawesi Utara

(1)

D

DAAMMPPAAKK BBIIAAYYAA TTRRAANNSSAAKKSSII TTEERRHHADADAAP P P

PEERRIILLAAKUKU EEKKONONOOMIMI RRUUMMAAHHTTAANNGGGGAA P

PEETTAANNII UUSSAAHHAA TTEERRNNAAKK SSAAPPII--TTAANNAAMMAANN D

DII SSUULALAWWEESSII UUTTAARRAA

DISERTASI

FEMI HADIDJAH ELLY

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(2)

SURAT PERNYATAAN

Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa segala pernyataan dalam disertasi saya yang berjudul :

“DAMPAK BIAYA TRANSAKSI TERHADAP PERILAKU EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI USAHA TERNAK SAPI-TANAMAN DI SULAWESI UTARA”

merupakan gagasan atau hasil penelitian disertasi saya sendiri, dengan bimbingan Komisi Pembimbing, kecuali yang dengan jelas ditunjukkan rujukannya. Disertasi ini belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar pada program sejenis di perguruan tinggi lain. Seluruh sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas dan dapat diperiksa kebenarannya.

Bogor, Juni 2008

Femi Hadidjah Elly NRP: A161024021


(3)

ABSTRACT

FEMI HADIDJAH ELLY. Impact of Transaction Cost on Economic Behavior of Households Farming Cattle and Plant in North Sulawesi (BONAR M. SINAGA as Chairman, SRI UTAMI KUNTJORO and NUNUNG KUSNADI as Members of the Advisory Committee)

Households allocate their family resources to catlle farming activities. Cattle farming is one of the source of income for the household expenditure. Households are subject to transaction cost when selling their cattle. Higher transaction cost will reduce income of the households. The objective of this research is to analyze the transaction cost structure, to develop economic model of households farming cattle and plants with regard to the transaction cost, to analyze effect of transaction cost on the household economic decision in using input, production and household expenditure, and to analyze impact of change of transaction cost, price of input and output on using input, production, income and expenditure of the households engaged in farming cattle and plants in North Sulawesi. This research applies a survey method. The samples of this research are 194 households in Minahasa District and 233 households in Bolaang Mongondow under a simple random sampling. The model is estimated with 2SLS method and the analysis of impact uses simulation. The results of the analysis show that the model can explain the effect of transaction cost. The transaction cost affects the decision in using input, production and household expenditure. The change of transaction cost, input and output price have impacts on using input, income and expenditure of the households engaged in farming cattle and plants in North Sulawesi.


(4)

RINGKASAN

FEMI HADIDJAH ELLY, Dampak Biaya Transaksi Terhadap Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Usaha Ternak Sapi-Tanaman di Sulawesi Utara (BONAR M. SINAGA sebagai Ketua, SRI UTAMI KUNTJORO dan NUNUNG KUSNADI sebagai Anggota Komisi Pembimbing)

Ternak sapi di Sulawesi Utara mempunyai masa depan dan potensi pasar yang menggembirakan. Selain memberikan tambahan pendapatan kepada rumahtangga petani peternak, ternak sapi juga merupakan sumber pendapatan daerah melalui perdagangan ternak antar pulau. Adanya prospek perdagangan ternak sapi yang baik dan konsumsi lokal serta permintaan yang semakin meningkat, maka perlu diadakan peningkatan jumlah populasi ternak sapi. Usaha ternak sapi di Sulawesi Utara sebagian besar merupakan usaha peternakan rakyat dan sampai saat ini masih dikelola secara tradisional. Kondisi ini yang menyebabkan produksi ternak sapi di Sulawesi Utara rendah dan mutu produksinya bervariasi, serta bersifat padat karya. Fenomena lain, sebagian besar pedagang mendatangi petani peternak untuk membeli ternak sehingga harga jual peternak dikurangi dengan biaya transpor. Berapa besar biaya transpor ditentukan sepihak oleh pembeli tidak diketahui oleh peternak akibatnya terjadi imperfect market. Harga yang diterima peternak lebih murah dibanding apabila peternak menjual sendiri. Selain itu, rumahtangga juga menggunakan perantara dan sebagai balas jasa, rumahtangga memberikan upah kepada perantara. Berapa besar upah yang diberikan rumahtangga juga ditentukan oleh perantara.

Implikasinya biaya transaksi adalah masalah yang mempengaruhi keputusan rumahtangga dalam produksi, alokasi tenaga kerja maupun keputusan konsumsi. Peningkatan biaya transaksi menyebabkan terjadinya kegagalan pasar (market failure). Menurut Matungul, et al. (2006), biaya transaksi yang sangat tinggi dapat mempengaruhi pasar input dan pasar output. Selanjutnya Dutilly-Diane, et al. (2003) mempelajari kegagalan pasar pada rumahtangga petani peternak.

Fenomena-fenomena seperti dijelaskan di atas merupakan perilaku rumah-tangga petani usaha ternak sapi-tanaman sebagai produsen dalam aktivitas ekonomi. Rumahtangga sebagai produsen berusaha meningkatkan produktivitas dengan tujuan peningkatan pendapatan. Peningkatan pendapatan ini berkaitan dengan peningkatan konsumsi, juga sangat berkaitan dengan harga output dan harga input. Harga yang diterima rumahtangga ditentukan oleh pedagang, disisi lain harga input terus meningkat disebabkan kondisi perekonomian Negara kita yang berdampak sampai ke daerah-daerah. Salah satu cara yang dapat ditempuh adalah adanya kebijakan pemerintah dalam hal penentuan harga. Perilaku rumahtangga dalam pengambilan keputusan terhadap aktivitas ekonomi perlu diketahui untuk menentukan kebijakan dalam upaya meningkatkan keadaan ekonomi rumahtangga. Sehingga perlu dilakukan analisis secara simultan untuk mengkaji keterkaitan keputusan rumahtangga serta pengaruh biaya transaksi terhadap keputusan rumahtangga tersebut.

Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk : (1) Menganalisis struktur dan besarnya biaya transaksi dalam usaha ternak sapi – tanaman, (2) Membangun model ekonomi rumahtangga petani usaha ternak sapi – tanaman dengan memasukkan


(5)

komponen biaya transaksi, (3) Menganalisis pengaruh biaya transaksi terhadap perilaku ekonomi rumahtangga petani usaha ternak sapi-tanaman dalam penggunaan input, produksi dan pengeluaran, dan (4) Menganalisis dampak perubahan biaya transaksi, harga dan upah terhadap penggunaan input, produksi, pendapatan dan pengeluaran rumahtangga petani usaha ternak sapi-tanaman di Sulawesi Utara.

Metode penelitian yang digunakan adalah survey terhadap petani usaha ternak sapi rakyat di Sulawesi Utara dengan cara wawancara dan menggunakan kuesioner. Penelitian ini dilaksanakan sejak bulan Juli 2006 - Pebruari 2007. Jenis data yang digunakan adalah data cross section dan data time series dengan sumber data adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara langsung dengan responden. Sedang data sekunder diperoleh dari instansi yang terkait dengan penelitian ini serta data hasil penelitian yang dipublikasi (Sinaga, 1996).

Wilayah penelitian yaitu kabupaten, kecamatan dan desa ditentukan secara

purposive. Kabupaten Minahasa dan Bolaang Mongondow adalah daerah yang populasi ternak sapi terbanyak dan sebagai basis ternak sapi. Kedua Kabupaten ini juga sebagai wilayah yang mendapat bantuan ternak sapi maupun bentuk uang dari pemerintah. Kecamatan dan desa ditentukan yang mempunyai jumlah ternak sapi terbanyak dengan komoditas dominan jagung untuk Minahasa dan komoditas dominan kelapa untuk Bolaang Mongondow. Kecamatan di Minahasa yaitu Tompaso dan Kawangkoan. Kecamatan di Bolaang Mongondow yaitu BolangItang, Lolak, Lolayan dan Dumoga Barat. Rumahtangga petani peternak disetiap desa dibatasi untuk rumahtangga yang memiliki ternak sapi minimal 2 (dua) ekor dan pernah menjual ternak sapi. Berdasarkan jumlah petani peternak disetiap desa sampel ditentukan rumahtangga dengan cara simple random sampling (Sinaga, 1995). Jumlah rumahtangga sebesar 194 untuk Minahasa dan 233 untuk Bolaang Mongondow. Metode analisis yang digunakan adalah pendekatan model ekonometrika dalam bentuk persamaan simultan.

Hasil penelitian menunjukkan biaya perantara penjualan sapi di Bolaang Mongondow lebih besar dibanding di Minahasa. Hal ini disebabkan sebagian besar rumahtangga didatangi pedagang, sehingga tidak punya pilihan lain untuk menjual ternak, kurangnya informasi pembeli, harga dan informasi berat badan ternak. Biaya transpor rumahtangga di Bolaang Mongondow juga lebih besar, yang disebabkan rumahtangga di Bolaang Mongondow menanggung biaya pedagang datang ke lokasi peternakan yaitu sebesar 66.11 %.

Model yang dibangun menunjukkan biaya transaksi mempengaruhi keputusan produksi, alokasi tenaga kerja serta pengeluaran konsumsi. Biaya transaksi tersebut melanggar asumsi separable (Sadaulet and de Janvry, 1995). Dalam keputusan produksi biaya transaksi mempengaruhi harga output yang dinyatakan sebagai harga bayangan. Harga bayangan mempengaruhi produksi sapi dan produktivitas jagung. Biaya transaksi mempengaruhi keputusan rumahtangga untuk penggunaan input produksi. Biaya transaksi mempengaruhi upah tenaga kerja dinyatakan sebagai upah bayangan. Selanjutnya, upah bayangan mempengaruhi keputusan rumahtangga dalam penawaran dan permintaan tenaga kerja. Secara teori, biaya transaksi mempengaruhi pasar tenaga kerja. Biaya transaksi juga mempengaruhi keputusan konsumsi yang dinyatakan sebagai total pendapatan rumahtangga.


(6)

Peningkatan biaya perantara penjualan sapi, transpor penjualan jagung/ kopra dan harga output bagi rumahtangga petani usaha ternak sapi-tanaman di Minahasa dan Bolaang Mongondow memberikan dampak lebih baik dibanding peningkatan biaya perantara penjualan sapi, harga input dan upah maupun biaya perantara penjualan sapi, harga ouput, harga input dan upah. Peningkatan biaya perantara, biaya transpor penjualan jagung/kopra dan harga output mengakibatkan respon peningkatan sisi produksi terutama produksi dan penjualan sapi, penurunan penawaran tenaga kerja sebagai buruh tani, peningkatan penerimaan dan pendapatan usaha ternak, total pendapatan rumahtangga akibatnya pengeluaran rumahtangga juga meningkat.

Penurunan biaya perantara penjualan sapi, peningkatan biaya transpor penjualan sapi, biaya administrasi, biaya retribusi, biaya transpor penjualan jagung/kopra dan harga output bagi rumahtangga petani usaha ternak sapi-tanaman di Minahasa dan Bolaang Mongondow memberikan dampak positif lebih baik dibanding penurunan biaya perantara penjualan sapi, peningkatan komponen biaya transaksi lainnya, harga input dan upah maupun penurunan biaya perantara penjualan sapi, peningkatan komponen biaya transaksi lainnya, harga output, harga input dan upah. Penurunan biaya perantara biaya perantara penjualan sapi, peningkatan biaya transpor penjualan sapi, biaya administrasi, biaya retribusi, biaya transpor penjualan jagung/kopra dan harga output bagi rumahtangga petani usaha ternak sapi di Sulawesi Utara mengakibatkan peningkatan produksi dan penjualan sapi, penurunan penawaran tenaga kerja sebagai buruh tani, peningkatan penerimaan, pendapatan usaha ternak sapi dan total pendapatan rumahtangga. Akibatnya pengeluaran konsumsi juga meningkat.

Kata kunci : Biaya transaksi, ekonomi rumahtangga, usaha ternak sapi-tanaman


(7)

@ Hak Cipta milik IPB, tahun 2008

Hak Cipta dilindungi Undang-undang

1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumber

a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah

b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB

2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB


(8)

D

D

A

A

M

M

P

P

A

A

K

K

B

B

I

I

A

A

Y

Y

A

A

T

T

R

R

A

A

N

N

S

S

A

A

K

K

S

S

I

I

T

T

E

E

R

R

H

H

A

A

D

D

A

A

P

P

P

P

E

E

R

R

I

I

L

L

A

A

K

K

U

U

E

E

K

K

O

O

N

N

O

O

M

M

I

I

R

R

U

U

M

M

A

A

H

H

T

T

A

A

N

N

G

G

G

G

A

A

P

P

E

E

T

T

A

A

N

N

I

I

U

U

S

S

A

A

H

H

A

A

T

T

E

E

R

R

N

N

A

A

K

K

S

S

A

A

P

P

I

I

-

-

T

T

A

A

N

N

A

A

M

M

A

A

N

N

D

D

I

I

S

S

U

U

L

L

A

A

W

W

E

E

S

S

I

I

U

U

T

T

A

A

R

R

A

A

FEMI HADIDJAH ELLY

DISERTASI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Doktor

pada

Program Studi Ilmu Ekonomi Pertanian

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2008


(9)

Penguji Luar Komisi :

Ujian Tertutup : DR HENNY K. DARYANTO, MSc (Dosen Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi Manajemen,

Institut Pertanian Bogor) Ujian Terbuka :

1. DR IR I WAYAN RUSASTRA, MA

(Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, Bogor) 2. DR IR HARIANTO, MS

(Dosen Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi Manajemen, Institut Pertanian Bogor)


(10)

Judul Disertasi : DAMPAK BIAYA TRANSAKSI TERHADAP PERILAKU EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI USAHA TERNAK SAPI-TANAMAN DI

SULAWESI UTARA Nama Mahasiswa : Femi Hadidjah Elly Nomor Pokok : A 161 024 021

Program Studi : Ilmu Ekonomi Pertanian

Menyetujui, 1. Komisi Pembimbing

Prof.Dr.Ir. Bonar M. Sinaga, MA Ketua

Prof. Dr.Ir.Sri Utami Kuntjoro, MS Dr.Ir. Nunung Kusnadi, MS Anggota Anggota

Mengetahui,

2. Ketua Program Studi 3. Dekan Sekolah Pascasarjana Ilmu Ekonomi Pertanian

Prof.Dr.Ir. Bonar M. Sinaga, MA Prof.Dr.Ir.Khairil A. Notodiputro, MS


(11)

RIWAYAT HIDUP

Penulis merupakan anak sulung dari tujuh bersaudara dengan bapak A. Elly dan ibu A.J. Mongan. Penulis dilahirkan di Manado pada tanggal 7 Pebruari 1962. Pada tahun 1990, penulis menikah dengan Mustar Mararu, SH dan dikaruniai dua orang putra, Indrabayu Pratama Mararu dan Wahyu Prasetyo Mararu.

Penulis menyelesaikan pendidikan dasar pada tahun 1973 di Sekolah Dasar Katolik Amurang Kabupaten Minahasa. Pada tahun 1977 penulis menyelesaikan pendidikan tingkat pertama di SMP Negeri I Tolitoli (Sulawesi Tengah) dan tahun 1981 menyelesaikan pendidikan tingkat atas di SMA Laboratorium IKIP Negeri Manado.

Pada tahun 1981 penulis masuk perguruan tinggi di Fakultas Peternakan Universitas Sam Ratulangi Manado Jurusan Sosial Ekonomi, lulus tahun 1986. Tahun 1995 penulis masuk program S2 di Program Pascarasarjana Universitas Gajah Mada, lulus tahun 1997 dan bulan Pebruari 2003 penulis masuk program S3 di Program Pascasarjana IPB, Bogor.

Pada tahun 1987 penulis bekerja sebagai karyawan di Dinas Peternakan Provinsi Sulawesi Utara di Unit Pengembangan Ternak Tampusu. Pada tahun 1988 penulis bekerja sebagai staf pengajar pada Jurusan Sosial Ekonomi Fakultas Peternakan Universitas Sam Ratulangi Manado sampai sekarang.


(12)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan disertasi ini. Adapun judul disertasi adalah Dampak Biaya Transaksi Terhadap Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Usaha Ternak Sapi-Tanaman di Sulawesi Utara. Disertasi ini mempelajari perilaku ekonomi rumahtangga petani peternak sapi dalam menghadapi biaya transaksi penjualan ternak sapi.

Penulisan disertasi ini dapat diselesaikan berkat arahan dan bantuan berbagai pihak. Pada kesempatan yang indah ini, dengan ketulusan dan kerendahan hati, penulis menyampaikan terima kasih yang setinggi-tingginya kepada :

1. Prof. Dr. Ir. Bonar M. Sinaga, MA, selaku ketua komisi pembimbing yang dengan penuh ketulusan, perhatian dalam membimbing serta telah memberikan motivasi dan kepercayaan kepada penulis.

2. Prof. Dr. Ir. Sri Utami Kuntjoro, MS, selaku anggota komisi pembimbing yang dengan ketulusan dan kesabaran serta memberikan kesejukan hati dalam membimbing penulis.

3. Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS, selaku anggota komisi pembimbing yang dengan ketulusan, keseriusan dan ketelitian dalam membimbing penulis.

4. Prof. Dr. Ir. Lucky W. Sondakh, MEc selaku Rektor Universitas Sam Ratulangi, Manado yang telah memberikan dukungan moril selama penulis studi.

5. Prof. Dr. Ir. J. Paruntu, MSc, selaku mantan Rektor Universitas Sam Ratulangi Manado yang telah memberikan ijin untuk melanjutkan studi di IPB, Bogor.


(13)

6. Prof. Dr. Ir. Dolfie Mokoagouw, MS, selaku Dekan Fakultas Peternakan Universitas Sam Ratulangi Manado yang telah memberikan dukungan moril. 7. Prof. Dr. Ir. D.A. Kaligis, DEA, selaku mantan Dekan Fakultas Peternakan

Universitas Sam Ratulangi Manado yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk melanjutkan studi di IPB, Bogor.

8. Ir. B.J. Sondakh, MS dan Ir A. Salendu, MS, selaku mantan dan ketua jurusan Sosial Ekonomi Fakultas Peternakan Unsrat Manado yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk melanjutkan studi di IPB, Bogor.

9. Ketua Program Studi dan staf pengajar pada Program Studi Ilmu Ekonomi Pertanian Sekolah Pascasarjana IPB, Bogor yang telah memberikan fasilitas dan kemudahan selama penulis mengikuti kuliah di IPB, Bogor.

10. Kepala Dinas Kehewanan dan Staf di Kabupaten Minahasa, Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan serta staf di Kabupaten Bolaang Mongondow yang telah membantu penulis dalam melakukan penelitian.

11. Camat Tompaso, Kawangkoan, BolangItang, Lolak, Lolayan dan Dumoga Barat yang telah membantu penulis dalam melakukan penelitian.

12. Kepala Desa Toure, Pinabetengan, Tonsewer, Tempok, Tondegesan dan Kawang-koan, Saleo, Bohabak, Biontong, Lolak, Mongkoinit, Mopusi, Lolayan, Mopait, Kinomaligan, Wangga Baru, Kosio dan Ibolian yang telah memberikan penginapan dan membantu penulis dalam melakukan penelitian.

13. Dr Arrijani, Ir E. Wantasen, Ir I. Potabuga, Ir M. Mondo, Ir Sri Rahayu, O. Rawis dan Ferry Monintja, sebagai enumerator, yang telah membantu penulis dalam melakukan penelitian.


(14)

14. Teman-teman angkatan 2002 dan 2003 yang telah memberikan dorongan serta semangat bagi penulis saat kuliah, ujian prelim sampai penulisan disertasi.

15. Mustar Mararu, SH, Indrabayu P. Mararu dan Wahyu P. Mararu, suami dan anak tercinta yang telah mengijinkan, memberikan dukungan moril, materil serta segala ketulusan dan pengorbanan terhadap penulis.

16. Mama dan papa, Ibu dan Aba (Alm) mertua, Oma, Tante Ros, adik-adik, adik ipar serta keponakan yang telah memberikan dukungan doa terhadap penulis.

Tak lupa pula penulis menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang tak dapat disebutkan satu per satu. Penulisan disertasi ini tidak luput dari kekurangan maka penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi pembaca dan pengembangan ilmu pengetahuan.

Bogor, Juni 2008


(15)

Judul Disertasi :

Nama Mahasiswa : Nomor Pokok : Program Studi :

Komisi Pembimbing Ketua : Anggota :

Penguji Luar Komisi :

Ujian Terbuka

Hari : Tanggal : Pukul : Tempat :

DAMPAK BIAYA TRANSAKSI TERHADAP PERILAKU EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI PETERNAK SAPI DI SULAWESI UTARA

Femi Hadidjah Elly A 161 024 021

Ilmu Ekonomi Pertanian

Prof. Dr. Ir. Bonar M. Sinaga, MA Prof. Dr. Ir. Sri Utami Kuntjoro, MS Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS

Dr. Ir. I Wayan Rusastra

Dr. Ir. Harianto, MS

Senin 30 Juni 2007 09.00-selesai

Ruang Sidang Gedung Rektorat Lt Kampus IPB Darmaga Bogor


(16)

DAFTAR ISI Halaman I. II. III. DAFTAR TABEL………... DAFTAR GAMBAR……….. DAFTAR LAMPIRAN………... PENDAHULUAN………...

1.1.Latar belakang………..

1.2.Perumusan Masalah………..

1.3.Tujuan Penelitian………..

1.4.Manfaat Penelitian………

1.5.Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian……….... TINJAUAN STUDI EMPIRIK……….... 2.1. Usaha Ternak Sapi Tradisional………. 2.2. Pengembangan Usaha Ternak Sapi……….. 2.3. Kebijakan Subsektor Peternakan dalam Peningkatan

Pendapatan………... 2.4. Model Ekonomi Rumahtangga……… 2.5. Biaya Transaksi dalam Ekonomi Rumahtangga……….. KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS………. 3.1. Teori Ekonomi Rumahtangga………... 3.1.1. Konsep Alokasi Waktu Becker’s……….... 3.1.2. Konsep Rumahtangga Chayanov……… 3.1.3. Konsep Rumahtangga Barnum-Squire……… 3.1.4. Konsep Rumahtangga Low………. 3.2. Model Dasar Perilaku Rumahtangga……… 3.3. Perilaku Ekonomi Keputusan Peternak Sapi………

xx xxiv xxvi 1 1 9 14 15 15 17 17 23 28 36 53 61 61 61 69 73 77 80 86


(17)

xv IV.

3.4. Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Peternak……… 3.5. Pengaruh Biaya Transaksi………. METODOLOGI PENELITIAN... 4.1. Metode Penelitian………. 4.2. Jenis Data dan Sumber Data………. 4.3. Penentuan Lokasi……….. 4.4. Penentuan Sampel………. 4.5. Metode Analisis……… 4.5.1. Model Ekonomi Rumahtangga Petani Usaha

Ternak Sapi–Jagung di Minahasa………... 4.5.1.1. Blok Produksi………... 4.5.1.2. Blok Penggunaan Input………... 4.5.1.3. Blok Biaya Produksi……….. 4.5.1.4. Blok Biaya Transaksi………... 4.5.1.5. Blok Pendapatan Rumahtangga………. 4.5.1.6. Blok Pengeluaran Rumahtangga……….... 4.5.1.7. Blok Surplus Pasar dan Konsumsi Jagung…………. 4.5.2. Model Ekonomi Rumahtangga Petani Usaha

Ternak Sapi–Kelapa di Bolaang Mongondow………... 4.5.2.1. Blok Produksi……….. 4.5.2.2. Blok Penggunaan Input………... 4.5.2.3. Blok Biaya Produksi………... 4.5.2.4. Blok Biaya Transaksi………... 4.5.2.5. Blok Pendapatan Rumahtangga………... 4.5.2.6. Blok Pengeluaran Rumahtangga………... 4.5.2.7. Blok Surplus Pasar………... 4.6. Identifikasi Model………. 4.7. Validasi Model……….. 4.8. Simulasi Model………...

94 101 108 108 108 108 109 110 112 112 114 118 120 121 124 125 126 126 128 130 131 132 134 136 137 138 139


(18)

xvi V.

VI.

VII.

DESKRIPSI WILAYAH DAN RUMAHTANGGA

PETANI USAHA TERNAK SAPI-TANAMAN... 5.1. Keadaan Umum Wilayah Penelitian………. 5.1.1. Kabupaten Minahasa………... 5.1.2. Kabupaten Bolaang Mongondow……….... 5.1.3. Biaya Transaksi dan Peraturan Daerah ………... 5.2. Karakteristik Rumahtangga Petani Usaha Ternak

Sapi-Tanaman………... 5.3. Keadaan Usaha Ternak Sapi………. 5.3.1. Pemilikan Ternak……….... 5.3.2. Penjualan Ternak Sapi……… 5.4. Perilaku Rumahtangga……….. 5.4.1. Produksi……….. 5.4.2. Penggunaan Input……….... 5.4.3. Biaya Produksi……….... 5.4.4. Biaya Transaksi………... 5.4.5. Total Biaya……….. 5.4.6. Pendapatan……….. 5.4.7. Pengeluaran………. STRUKTUR BIAYA TRANSAKSI... 6.1. Biaya Transaksi dalam Usaha Ternak Sapi………... 6.2. Biaya Transaksi dalam Usaha Jagung………... 6.3. Biaya Transaksi dalam Usaha Kelapa... 6.4. Efisiensi Usaha... HASIL PENDUGAAN MODEL EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI USAHA TERNAK SAPI-TANAMAN... 7.1. Perilaku Produksi………... 7.1.1. Produksi Sapi...

143 143 145 146 147 148 153 153 160 164 165 171 179 183 184 185 193 195 195 202 202 203 208 212 214


(19)

xvii

7.1.2. Penjualan Ternak Sapi……... 7.1.3. Produktivitas Jagung………...

7.1.4. Produktivitas Kelapa………... 7.1.5. Luas Lahan Garapan Jagung………... 7.2. Perilaku Penggunaan Input Produksi…………... 7.2.1. Permintaan Rumput………... 7.2.2. Permintaan Benih Jagung………... 7.2.3. Permintaan Pupuk Urea……….. 7.2.4. Permintaan Pupuk TSP………... 7.3. Perilaku Penggunaan Input Tenaga Kerja………... 7.3.1. Penawaran Tenaga Kerja Keluarga

untuk Sapi………... 7.3.2. Penawaran Tenaga Kerja Keluarga

untuk Jagung…………... 7.3.3. Penawaran Tenaga Kerja Keluarga

untuk Kelapa ………...

7.3.4. Permintaan Tenaga Kerja Luar Keluarga

untuk Jagung………... 7.3.5. Permintaan Tenaga Kerja Luar Keluarga

untuk Kelapa………...

7.3.6. Permintaan Tenaga Kerja Ternak Sapi

untuk Jagung………... 7.3.7. Permintaan Tenaga Kerja Ternak Sapi

untuk Kelapa………...

7.3.8. Curahan Kerja Keluarga…………... 7.4. Perilaku Biaya Sarana Produksi dan

Biaya Tenaga Kerja... 7.5. Perilaku Biaya Transaksi... 7.5.1. Biaya Perantara Penjualan Sapi………... 7.5.2. Biaya Transpor Penjualan Jagung………...

.

7.5.3. Biaya Transpor Penjualan Kopra ………... 218 222 225 228 231 232 237 240 243 247 [ 2482 255 260 262 267 269 272 273 280 282 285 289 291


(20)

xviii VIII.

7.6. Perilaku Penerimaan dan Pendapatan………... 7.7. Perilaku Pengeluaran Rumahtangga... 7.7.1. Konsumsi Pangan………... 7.7.2. Konsumsi Non Pangan………... 7.7.3. Investasi Pendidikan………... 7.7.4. Konsumsi Jagung………... 7.7.5. Surplus Pasar Kelapa... DAMPAK BIAYA TRANSAKSI, HARGA DAN UPAH

TERHADAP EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI

USAHA TERNAK SAPI-TANAMAN... 8.1. Hasil Validasi Model……… 8.2. Dampak Perubahan Biaya Transaksi, Harga dan Upah... 8.2.1. Peningkatan Biaya Perantara Penjualan Sapi,

Biaya Transpor Penjualan Jagung/Kopra

dan Harga Output... 8.2.2. Peningkatan Biaya Perantara Penjualan Sapi,

Biaya Transpor Penjualan Jagung/Kopra,

Harga Input dan Upah... 8.2.3. Peningkatan Biaya Perantara Penjualan Sapi,

Biaya Transpor Penjualan Jagung/Kopra,

Harga Output, Harga Input dan Upah...

8.2.4. Penurunan Biaya Perantara Penjualan Sapi, Peningkatan Biaya Transaksi Lainnya dan

Harga Output... 8.2.5. Penurunan Biaya Perantara Penjualan Sapi,

Peningkatan Biaya Transaksi Lainnya, Harga Input

dan Upah...

8.2.6. Penurunan Biaya Perantara Penjualan Sapi, Peningkatan Biaya Transaksi Lainnya, Harga

Output, Harga Input dan Upah... 8.3. Dampak Peningkatan Harga dan Upah pada Kondisi

Ada Biaya Transaksi dan Tidak Ada Biaya Transaksi...

292 294 294 300 303 307 310 312 312 319 322 323 325 326 327 329 332


(21)

xix IX.

8.3.1. Peningkatan Harga Sapi dan Harga

Jagung/Kopra... 8.3.2. Peningkatan Harga Sapi, Harga Jagung/

Kopra, Harga Input dan Upah... 8.4. Pengaruh Biaya Transaksi Terhadap Produksi Sapi

dan Alokasi Tenaga Kerja pada Kondisi Ada Biaya Transaksi Tidak Ada Biaya Perantara dan

Tidak Ada Biaya Transaksi...

8.4.1. Pengaruh Biaya Transaksi terhadap Produksi... 8.4.2. Pengaruh Biaya Transaksi terhadap Alokasi

Tenaga Kerja... KESIMPULAN DAN SARAN……….... DAFTAR PUSTAKA……….. LAMPIRAN...

333

336

337 337 339 348 352 362


(22)

xxi

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15.

Populasi Ternak Sapi di Sulawesi Utara Tahun 2000-2004………... Produksi Daging Sapi di Sulawesi Utara Tahun 2000-2004………. Total Konsumsi Protein Hewani Asal Ternak di Sulawesi

Utara Tahun 2000-2004………. Perdagangan Antar Pulau Ternak Sapi di Sulawesi Utara

Tahun 1997- 2000……….. Realisasi Investasi Sub Sektor Peternakan Tahun 1999-2000……… Nama Peneliti Terdahulu Berdasarkan Model Ekonomi

Rumahtangga dan Analisis yang Digunakan... Nama Kabupaten, Kecamatan, Desa Terpilih dan Jumlah

Responden di Sulawesi Utara………. Luas Kabupaten/Kota di Sulawesi Utara... Populasi Ternak Sapi di Kabupaten dan Kota Provinsi

Sulawesi Utara……… Karakteristik Rumahtangga Petani Usaha Ternak Sapi-

Tanaman di Minahasa dan Bolaang Mongondow... Rata-rata Jumlah Pemilikan Ternak Sapi Berdasarkan Umur Oleh Rumahtangga Petani Usaha Ternak Sapi-Tanaman

di Minahasa dan Bolaang Mongondow, Tahun 2006-2007... Rata-rata Penjualan Jagung Rumahtangga Petani

Usaha Ternak Sapi-Tanaman dan Konsumsi Jagung

oleh Ternak Sapi di Minahasa, Tahun 2006-2007... Alokasi Produksi Kelapa Rumahtangga Petani Usaha

Ternak Sapi-Tanaman untuk Dikonsumsi, Dijual dan Diolah Jadi Kopra di Bolaang Mongondow, Tahun 2006-2007………….... Jumlah Rumahtangga Petani Usaha Ternak Sapi-Tanaman

yang Menjual dalam Bentuk Buah Kelapa dan Kopra di

Bolaang Mongondow, Tahun 2006-2007... Rata-rata Konsumsi Rumput dan Jagung serta Jumlah

Ternak Sapi yang Dimiliki Rumahtangga Petani Usaha Ternak Sapi-Tanaman di Minahasa dan Bolaang

Mongondow, Tahun 2006-2007...

5 6 6 8 29 53 110 144 145 149 156 167 169 169 172


(23)

xxii 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27.

Rata-rata Penggunaan Benih, Pupuk dan Harga Pembelian oleh Rumahtangga Petani Ternak Sapi-Tanaman di

Minahasa, Tahun 2006-2007………... Rata-Rata Curahan Kerja Suami, Isteri dan Anak pada Setiap Usaha Rumahtangga Petani Usaha Ternak Sapi-Tanaman

di Minahasa dan Bolaang Mongondow, Tahun 2006-2007... Rata-Rata Penggunaan Tenaga Kerja Sewa oleh Rumahtangga Petani Usaha Ternak Sapi-Tanaman di Minahasa dan di Bolaang Mongondow, Tahun 2006-2007... Rata-rata Penggunaan Tenaga Kerja Ternak Sapi dan Kegiatan Usaha Rumahtangga Petani Usaha Ternak Sapi-Tanaman

di Minahasa dan Bolaang Mongondow, Tahun 2006-2007... Rata-rata Curahan Kerja Anggota Rumahtangga Petani

Usaha Ternak Sapi-Tanaman Sebagai Buruh Tani di Minahasa dan Bolaang Mongondow, Tahun 2006-2007... Rata-Rata Biaya Sarana Produksi Sapi yang Dikeluarkan

Rumahtangga Petani Usaha Ternak Sapi-Tanaman di Minahasa dan Bolaang Mongondow, Tahun 2006-2007... Rata-rata Biaya Sarana Produksi Jagung yang Dikeluarkan

Rumahtangga Petani Usaha Ternak Sapi-Tanaman di Minahasa, Tahun 2006-2007... Biaya Sarana Produksi Sapi, Jagung dan Kelapa yang

Dikeluarkan Rumahtangga Petani Usaha Ternak Sapi-Tanaman di Minahasa dan Bolaang Mongondow, Tahun 2006-2007... Rata-rata Biaya Tenaga Kerja yang Dikeluarkan Rumahtangga Petani Usaha Ternak Sapi-Tanaman di Minahasa dan

Bolaang Mongondow, Tahun 2006-2007... Rata-rata Biaya Transaksi Setiap Usaha yang Dikeluarkan

Rumahtangga Petani Usaha Ternak Sapi-Tanaman di Minahasa dan Bolaang Mongondow, Tahun 2006-2007... Rata-rata Biaya Usaha Ternak Sapi, Usaha Jagung dan

Kelapa yang Dikeluarkan Rumahtangga Petani Peternak Sapi di Minahasa dan Bolaang Mongondow,

Tahun 2006-2007... Rata-rata Penerimaan, Biaya dan Pendapatan Usaha Ternak

Sapi – Jagung Rumahtangga Petani Peternak Sapi di

Minahasa, Tahun 2006-2007...

172 174 175 177 178 179 181 181 183 184 185 187


(24)

xxiii 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. [ 36. 37. 38. 39.

Rata-rata Penerimaan, Biaya dan Pendapatan Usaha Ternak Sapi – Kelapa Rumahtangga Petani Peternak Sapi

di Bolaang Mongondow, Tahun 2006-2007... Rata-rata Pendapatan Rumahtangga Petani Usaha Ternak

Sapi-Tanaman untuk Setiap Usaha di Minahasa dan

Bolaang Mongondow, Tahun 2006-2007………... Pengeluaran Konsumsi Pangan, Non Pangan dan Investasi

Pendidikan Rumahtangga Petani Usaha Ternak Sapi-Tanaman di Minahasa dan Bolaang Mongondow... Jumlah Rumahtangga Petani Ternak Sapi-Tanaman Menurut Lokasi Penjualan Sapi Di Minahasa dan Bolaang Mongondow, Tahun 2006-2007... Rata-rata Biaya Transaksi Usaha Ternak Rumahtangga Petani Peternak Sapi di Minahasa dan Bolaang Mongondow,

Tahun 2006-2007………... Rata-rata Biaya Transpor Usaha Ternak Rumahtangga Petani Peternak Sapi di Minahasa dan Bolaang Mongondow,

Tahun 2006-2007... Rata-rata Biaya Transaksi Usaha Jagung Rumahtangga

Petani Peternak Sapi di Minahasa, Tahun 2006-2007... Rata-rata Biaya Transaksi Usaha Kelapa Rumahtangga

Petani Peternak Sapi di Bolaang Mongondow,

Tahun 2006-2007... Rasio Biaya Transaksi Penerimaan, Total Biaya dan

Pendapatan pada Rumahtangga Petani Peternak Sapi

di Minahasa dan Bolaang Mongondow, Tahun 2006-2007………... Hasil Parameter Dugaan, Elastisitas Produksi Rumahtangga Petani Usaha Ternak Sapi-Tanaman di Minahasa dan

Bolaang Mongondow...…... Hasil Parameter Dugaan, Elastisitas Penggunaan Input Produksi Rumahtangga Petani Usaha Ternak Sapi-Tanaman di Minahasa dan Bolaang Mongondow………... Hasil Parameter Dugaan, Elastisitas Penggunaan Input Tenaga Kerja Rumahtangga Petani Usaha Ternak Sapi-Tanaman di

Minahasa dan Bolaang Mongondow…...

189 190 193 196 197 199 202 203 204 213 233 249


(25)

xxiv 40. 41. 42. 43. 44. 45. 46. 47. 48.

Hasil Parameter Dugaan, Elastisitas Penggunaan Input Tenaga Kerja Sebagai Buruh Tani Rumahtangga Petani Usaha Ternak Sapi-Tanaman di Minahasa dan Bolaang Mongondow………... Hasil Parameter Dugaan, Elastisitas Biaya Perantara Sapi,

Transpor Penjualan Jagung/Kopra Rumahtangga Petani Usaha Ternak Sapi-Tanaman di Minahasa dan

Bolaang Mongondow………... Hasil Parameter Dugaan, Elastisitas Pengeluaran

Rumahtangga Petani Usaha Ternak Sapi-Tanaman di

Minahasa dan Bolaang Mongondow………... Hasil Validasi Model Ekonomi Rumahtangga Petani Usaha

Ternak Sapi-Jagung di Minahasa………... Hasil Validasi Model Ekonomi Rumahtangga Petani Usaha

Ternak Sapi-Kelapa di Bolaang Mongondow………... Dampak Peningkatan Biaya Perantara Penjualan Sapi,

Biaya Transpor Penjualan Jagung/Kopra, Harga Output, Harga Input dan Upah Terhadap Ekonomi Rumahtangga Petani Usaha Ternak Sapi-Tanaman di Minahasa dan

Bolaang Mongondow………... Dampak Penurunan Biaya Perantara Penjualan Sapi,

Peningkatan Biaya Transaksi Lainnya, Harga Output, Harga Input dan Upah Terhadap Ekonomi

Rumahtangga Petani Usaha Ternak Sapi-Tanaman di

Minahasa dan Bolaang Mongondow... Dampak Peningkatan Harga Output Terhadap Ekonomi

Rumahtangga Petani Usaha Ternak Sapi-Tanaman pada Kondisi Ada Biaya Transaksi dan Kondisi Tidak Ada

Biaya Transaksi di Minahasa dan Bolaang Mongondow……... Dampak Peningkatan Harga Output, Harga Input dan Upah

Terhadap Ekonomi Rumahtangga Petani Usaha Ternak Sapi- Tanaman pada Kondisi Ada Biaya Transaksi dan Kondisi Tidak Ada Biaya Transaksi di Minahasa dan

Bolaang Mongondow………... 274 285 295 313 314 320 321 334 335


(26)

xxv

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14.

Suplai dan Permintaan Sebagai Fungsi Harga Pasar

dan Biaya Transaksi (Minot, 1999)……… Alokasi Waktu Rumahtangga………. Model Rumahtangga Usahatani Chayanov………. Model Rumahtangga Usahatani Barnum-Squire……… Keterkaitan Input, Aktivitas dan Output Pada

Usaha ternak Sapi………... Model Bioekonomi Ternak Sapi (Denham and Spreen, 1986)……... Biaya Transaksi dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya……… Penentuan Responden di Lokasi Penelitian……… Saluran Pemasaran Ternak Sapi di Sulawesi Utara... Pengaruh Biaya Transaksi terhadap Produksi Sapi di Minahasa pada Kondisi Ada Biaya Transaksi, Tidak Ada Biaya

Perantara Dan Tidak Ada Biaya Transaksi………... Pengaruh Biaya Transaksi terhadap Produksi Sapi di Bolaang Mongondow pada Kondisi Ada Biaya Transaksi, Tidak

Ada Biaya Perantara dan Tidak Ada Biaya Transaksi……… Pengaruh Biaya Transaksi terhadap Penawaran Tenaga Kerja pada Usaha Ternak Sapi di Minahasa pada Kondisi Ada Biaya Transaksi, Tidak Ada Biaya Perantara dan

Tidak Ada Biaya Transaksi………... Pengaruh Biaya Transaksi terhadap Penawaran Tenaga Kerja Keluarga pada Usaha Ternak Sapi di Bolaang Mongondow pada Kondisi Ada Biaya Transaksi, Tidak Ada Biaya Perantara dan Tidak Ada Biaya Transaksi………... Pengaruh Biaya Transaksi terhadap Penawaran Tenaga Kerja pada Keluarga pada Usaha Jagung di Minahasa pada

Kondisi Ada Biaya Transaksi, Tidak Ada Biaya Perantara dan Tidak Ada Biaya Transaksi…...

58 67 71 76 87 92 105 109 162 338 338 339 340 341


(27)

xxvi 15.

16.

17.

18.

19.

Pengaruh Biaya Transaksi terhadap Penawaran Tenaga Kerja Keluarga pada Usaha Kelapa di Bolaang Mongondow pada Kondisi Ada Biaya Transaksi, Tidak Ada Biaya Perantara dan Tidak Ada BiayaTransaksi………... Pengaruh Biaya Transaksi terhadap Permintaan Tenaga Kerja Sewa pada Usaha Jagung di Minahasa pada Kondisi Ada Biaya Transaksi, Tidak Ada Biaya Perantara dan Tidak Ada Biaya Transaksi………... Pengaruh Biaya Transaksi terhadap Permintaan Tenaga Kerja Sewa pada Usaha Kelapa di Bolaang Mongondow pada Kondisi Ada Biaya Transaksi, Tidak Ada Biaya Perantara

dan Tidak Ada Biaya Transaksi………... Pengaruh Biaya Transaksi terhadap Curahan Kerja Keluarga

Sebagai Buruh Tani di Minahasa pada Kondisi Ada Biaya Transaksi, Tidak Ada Biaya Perantara dan Tidak Ada

Biaya Transaksi………... Pengaruh Biaya Transaksi terhadap Curahan Kerja Keluarga

Sebagai Buruh Tani di Bolaang Mongondow pada Kondisi Ada Biaya Transaksi, Tidak Ada Biaya Perantara dan

Tidak Ada Biaya Transaksi………... 342

344

345

346


(28)

xxvii

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1.

2.

3.

Variabel, Kode dan Definisi Variabel Model Ekonomi Rumahtangga Petani Usaha Ternak Sapi-Tanaman di

Minahasa dan Bolaang Mongondow... Program Estimasi Model Perilaku Ekonomi Rumahtangga

Petani Usaha Ternak Sapi-Jagung di Minahasa Metode 2SLS PROC SYSLIN SAS/ETS Versi 9.0………... Print Out Hasil Estimasi Model Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Usaha Ternak Sapi-Jagung di Minahasa Metode 2SLS PROC SYSLIN SAS/ETS Versi 9.0………...

362

369


(29)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Peternakan sebagai salah satu sub sektor dalam sektor pertanian merupakan bagian integral dari keberhasilan sektor pertanian di Indonesia. Oleh karena itu, pembangunan sektor peternakan diarahkan untuk meningkatkan pendapatan petani peternak, mendorong diversifikasi pangan dan perbaikan kualitas gizi masyarakat serta pengembangan ekspor. Adanya perbaikan tingkat pendapatan dan kesejahteraan rakyat, konsumsi protein hewani diperkirakan akan terus meningkat disamping peluang dan potensi pasar domestik, komoditas peternakan juga mempunyai potensi pasar ekspor yang cukup besar.

Peternakan di Indonesia mempunyai potensi cukup baik untuk dikembangkan, karena potensi sumberdaya yang cukup besar. Berdasarkan potensi yang ada ini maka sub sektor peternakan mempunyai peluang investasi dalam pengembangannya. Peluang investasi ini disebabkan beberapa hal, yaitu : (1) pasar dalam negeri merupakan potensi yang sangat besar dan menjanjikan dengan jumlah penduduk lebih dari 200 juta jiwa, (2) adanya globalisasi perdagangan seperti WTO, AFTA dan APEC menjadi peluang pasar yang besar apabila pengusaha nasional dapat memanfaatkannya, (3) berkembangnya industri-industri yang membutuhkan bahan baku hasil-hasil peternakan seperti industri pengalengan dan pengolahan daging, sosis, industri pengolahan susu, mentega dari susu, industri pakan ternak dan lain-lain, dan (4) pemanfaatan diversifikasi produk karena sifat produk peternakan yang mudah rusak dan penurunan kualitas diperlukan pengolahan lebih lanjut. Hal ini


(30)

2

memberikan peluang pengembangan industri pengolahan lainnya untuk dapat meningkatkan nilai tambah lebih lanjut.

Jumlah penduduk Indonesia terus meningkat dengan rata-rata pertumbuhan 1.6 persen per tahun, diikuti dengan peningkatan pendapatan dan perubahan pola konsumsi pangan asal hewani terutama daging dari tahun ke tahun menunjukkan trend yang meningkat. Kenaikan permintaan ini belum mampu terpenuhi dengan produksi ternak sapi Indonesia. Kenyataan ini dapat dilihat dari produksi sapi yang ada selama kurun waktu 1998-2002 mengalami penurunan 0.97 persen (Direktorat Pengembangan Peternakan, 2003). Oleh sebab itu sub sektor ini masih potensial untuk dikembangkan masyarakat petani dalam rangka meningkatkan pendapatan.

Peternakan di Sulawesi Utara merupakan salah satu bagian dalam pembangunan sektor pertanian. Kegiatan ekonomi yang berbasis peternakan merupakan salah satu kegiatan ekonomi yang memiliki prospek ke depan. Salah satu strategi pembangunan wilayah yang potensial mengintegrasikan antar sektor dan antar wilayah adalah pengembangan agribisnis. Agribisnis berbasis peternakan memiliki potensi yang sangat besar untuk menjadi sumber pertumbuhan sektor pertanian yang baru. Disamping itu agribisnis peternakan merupakan sumber bahan pangan strategis sepanjang masa, seperti daging, telur, susu dan produk olahannya (Saragih, 2000). Konsentrasi perkembangan agribisnis peternakan mengikuti faktor keunggulan wilayah (local comparative advantage) yang relevan dengan kebutuhan sistem agribisnis peternakan itu sendiri.

Kontribusi peternakan terhadap pembangunan ekonomi di Sulawesi Utara dapat dilihat pada pertumbuhan PDRB yaitu sebesar 4.86 persen tahun 2004. Dengan


(31)

3

demikian kemajuan pembangunan ekonomi Sulawesi Utara sekarang dan masa mendatang masih bersumber pada peternakan. Salah satu fenomena yang cukup relevan untuk dikaji dalam kaitannya dengan agribisnis peternakan yaitu sejauhmana kontribusi peternakan dalam menunjang pembangunan ekonomi wilayah Sulawesi Utara. Penggunaan lahan pertanian di Sulawesi Utara semakin kecil disebabkan beralihnya fungsi lahan menjadi lahan pemukiman. Kondisi ini menyebabkan strategi pembangunan pertanian tidak lagi berdasarkan penggunaan lahan luas (non land base agriculture). Salah satu alternatif yang dapat menunjang penggunaan lahan yang tidak berorientasi penggunaan lahan luas adalah usaha ternak sapi.

Secara geografis, Sulawesi Utara adalah salah satu daerah yang sangat strategis untuk kawasan Asia Pasifik merupakan pintu gerbang lalu lintas keluar masuknya aneka barang perdagangan. Keadaan ini memberikan peluang pasar bagi usaha-usaha yang ada termasuk usaha ternak sapi.

Ternak sapi merupakan salah satu ternak yang memiliki potensi untuk dikembangkan di Sulawesi Utara. Ternak ini memiliki peran dalam penyediaan bahan makanan berupa daging, sebagai salah satu sumber pendapatan bagi rumahtangga petani peternak di pedesaan dan sumber tenaga kerja. Ternak selain sebagai penyedia lapangan kerja, tabungan dan sumber devisa yang potensil serta untuk perbaikan kualitas tanah. Ternak sapi di Sulawesi Utara telah dijadikan sebagai ternak andalan yang ditetapkan pemerintah daerah dalam rangka meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah khususnya dari subsektor peternakan.

Sulawesi Utara mempunyai potensi pengembangan usaha ternak sapi cukup tinggi jika ditinjau dari potensi sumberdaya alam seperti ketersediaan sumberdaya


(32)

4

lahan, pakan, sumberdaya ternak, sumberdaya manusia serta permintaan. Potensi permintaan baik untuk konsumsi daging lokal maupun antarpulau. Bila dilihat dari pemanfaatan lahan, masih banyak lahan yang tersedia belum dimanfaatkan sebagai kawasan peternakan. Total luas wilayah Sulawesi Utara sebesar 1 527 219 ha, sekitar 8.28 persen atau seluas 126 462 ha merupakan lahan semak dan alang-alang (BPS, 2005), yang sangat potensial untuk dikembangkan menjadi lahan usaha peternakan. Ketersediaan pakan berupa hijauan pada padang rumput yang tumbuh secara alamiah di sekitar perkebunan dan limbah pertanian selama ini merupakan sumber pakan utama bagi usaha ternak sapi. Selama ini petani peternak sapi lokal menggunakan pakan organik yang dapat memberikan keuntungan bagi petani peternak maupun konsumen. Keuntungan bagi petani peternak adalah pakan organik murah dan mudah diperoleh. Sedangkan keuntungan bagi konsumen, ternak sapi lokal yang diberi pakan organik menghasilkan daging yang lebih sehat. Untuk pengembangan usaha ternak sapi dapat diusahakan penanaman jenis rumput gajah atau rumput setaria bersamaan dengan leguminosa pada batas-batas perkebunan rakyat atau pada lahan yang belum dimanfaatkan.

Pemerintah dalam hal ini Dinas Pertanian dan Peternakan Sulawesi Utara telah melalukan berbagai langkah dalam menunjang pengembangan peternakan ini. Kebijakan pemerintah yang dilakukan diantaranya adalah dengan memberikan bantuan baik dalam bentuk ternak sapi maupun dalam bentuk uang kepada kelompok-kelompok petani yang dibentuk pemerintah. Bantuan ternak diberikan dalam rangka pengembangan kawasan integrasi ternak sapi di Kabupaten Minahasa yang terdiri dari beberapa kecamatan. Sedangkan bantuan dana diberikan untuk usaha kegiatan


(33)

5

kelompok BPLM (Bantuan Pinjaman Langsung Masyarakat) di Kabupaten Minahasa dan Kabupaten Bolaang Mongondow. Perkembangan populasi ternak sapi di Sulawesi Utara tahun 2000 – 2004 dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Populasi Ternak Sapi di Sulawesi Utara Tahun 2000-2004

T a h u n Jumlah Ternak

(Ekor)

Pertumbuhan (%)

2000 276 524 -

2001 132 514 -52.08

2002 132 739 0.17

2003 134 624 1.42

2004 124 444 -7.56

Sumber : Kantor Dinas Pertanian dan Peternakan Sulawesi Utara, Tahun 2005

Tabel 1 menunjukkan bahwa pada tahun 2001 populasi ternak sapi mengalami penurunan yang sangat besar yaitu 52.08 persen kemudian tahun 2002 dan 2003 mengalami peningkatan walaupun naiknya sangat kecil. Pada tahun 2004 populasi ternak sapi mengalami penurunan lagi sebesar 7.56 persen. Penurunan populasi ternak ini disebabkan beberapa hal diantaranya tingkat penerapan tehnologi rendah, tingkat kematian ternak tinggi, tingkat kelahiran rendah dan pemeliharaan sebagai usaha sampingan. Namun, bila dilihat dari produksi daging (termasuk daging sapi) ternyata pada tahun 2004 mengalami peningkatan sebesar 5.78 persen (Tabel 2).

Bila dilihat dari sumberdaya manusia, Sulawesi Utara mempunyai tenaga-tenaga tehnis bidang peternakan yaitu sarjana-sarjana peternakan dan dokter hewan, serta penyuluh bidang peternakan. Juga terdapat inseminator yang telah dilatih khusus oleh pemerintah. Keadaan ini sangat menunjang pengembangan usaha ternak sapi bila semua tenaga-tenaga ahli dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya.


(34)

6

Tabel 2. Produksi Daging Sapi di Sulawesi Utara Tahun 2000-2004

Tahun Produksi Daging

(Kg)

Pertumbuhan (%)

2000 18 321 142 -

2001 19 236 851 4.99

2002 20 230 816 5.17

2003 20 429 071 0.98

2004 21 609 680 5.78

Sumber : Kantor Dinas Pertanian dan Peternakan Sulawesi Utara, Tahun 2005

Permintaan daging untuk konsumsi lokal beberapa tahun terakhir menunjukkan peningkatan cukup signifikan sehingga merupakan peluang pasar yang baik untuk pengembangan ternak sapi potong. Kondisi ini dapat dilihat dari peningkatan konsumsi protein hewani lima tahun terakhir (Tabel 3).

Tabel 3. Total Konsumsi Protein Hewani Asal Ternak di Sulawesi Utara Tahun 2000-2004

Tahun Konsumai (Kg) Konsumsi Prot Hewani

(Gram/Kap/Hari) Daging Telur Susu

2000 13 079 923 4 854 043 - 3.58

2001 13 659 823 4 969 686 - 3.72

2002 14 576 196 5 113 812 6 863 000 4.01

2003 15 763 342 6 261 571 7 000 000 4.47

2004 17 656 677 6 681 450 9 000 000 4.80

Sumber : Kantor Dinas Pertanian dan Peternakan Sulawesi Utara, Tahun 2005

Tabel 3 menunjukkan konsumsi protein hewani asal ternak sebesar 3.58 gram per kapita per hari (tahun 2000) menjadi 4.80 gram per kapita per hari (tahun 2004) atau meningkat sebesar 34.08 persen. Bila dibandingkan dengan target kebutuhan protein hewani sebagaimana direkomendasikan pemerintah berdasarkan hasil Widya Karya Pangan dan Gizi tahun 1993 sebesar 6 gram per kapita per hari, berarti tingkat pencapaian tahun 2004 sudah sebesar 80.00 persen. Konsumsi protein hewani asal


(35)

7

ternak yang bersumber dari daging (termasuk daging sapi) juga mengalami peningkatan. Populasi ternak maupun produksi daging pada tahun tertentu mengalami penurunan, namun konsumsi protein hewani asal ternak mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.

Banyaknya pemotongan ternak sapi pada tahun 2004 mencapai 17 422 ekor atau 13.40 persen dari populasi ternak sapi keseluruhan yaitu 124 444 ekor. Hal ini di luar ternak sapi yang diantarpulaukan. Tahun 2005 pemotongan ternak meningkat menjadi 17 683 ekor (angka sementara) (Laporan Dinas Pertanian dan Peternakan Sulawesi Utara, 2005). Kecenderungan meningkatnya permintaan daging sapi setiap tahunnya, seiring dengan meningkatnya laju pertumbuhan penduduk, tingkat pendapatan dan pertumbuhan ekonomi serta kesadaran akan pentingkan protein hewani dimasing-masing wilayah.

Ternak sapi di Sulawesi Utara mempunyai masa depan dan potensi pasar yang menggembirakan. Selain memberikan tambahan pendapatan kepada petani peternak, ternak sapi juga merupakan sumber pendapatan daerah melalui perdagangan ternak antar pulau. Sulawesi Utara setiap tahun melakukan perdagangan ternak sapi atau mengantarpulaukan melalui pelabuhan Bitung dan Labuan Uki yaitu ke Maluku, Irian Jaya, Jakarta dan Kalimantan Timur (Dinas Pertanian dan Peternakan Sulawesi Utara, 2005). Perdagangan antar pulau ternak sapi di Sulawesi Utara tahun 1997 sampai dengan tahun 2000 dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4 menunjukkan bahwa pada tahun 1998 perdagangan antar pulau ternak sapi mengalami penurunan sebesar 13.43 persen, namun tahun 1999 dan 2000 mengalami peningkatan masing-masing sebesar 6.89 persen dan 9.67 persen.


(36)

8

Tabel 4. Perdagangan Antar Pulau Ternak Sapi di Sulawesi Utara Tahun 1997- 2000

Tahun Jumlah Ternak

(Ekor)

Pertumbuhan (%)

1997 6 700 -

1998 5 800 -13.43

1999 6 200 6.89

2000 6 800 9.67

Sumber : Disperindag SULUT, 2002

Adanya prospek perdagangan ternak sapi yang baik dan konsumsi lokal yang semakin meningkat, juga adanya permintaan hotel-hotel berbintang dan restoran maka perlu diadakan peningkatan jumlah populasi ternak sapi. Mengingat pada tahun 2004 populasi ternak mengalami penurunan maka kemungkinan besar permintaan pasar yang ada tidak dapat dipenuhi. Kondisi ini yang menyebabkan terjadinya impor ternak sapi maupun daging sapi. Jadi lambatnya pertumbuhan produksi sapi lokal, seiring dengan peningkatan pertumbuhan penduduk menyebabkan pasokan daging sapi tidak mencukupi.

Berdasarkan pemikiran dan kenyataan tersebut di atas, maka tantangan ke depan adalah bagaimana memberdayakan ekonomi rakyat melalui pembangunan peternakan pedesaan secara terpadu. Untuk memberdayakan ekonomi rakyat tidak lepas dari permasalahan ekonomi rumahtangga pedesaan. Rumahtangga yang dimaksud adalah rumahtangga petani peternak sapi sebagai pelaku utama dalam kegiatan ekonomi peternakan rakyat. Dalam kaitannya dengan rumahtangga tersebut perlu dilakukan penelitian untuk menganalisis kondisi ekonomi dan perilaku rumahtangga petani peternak sapi di Sulawesi Utara.


(37)

9

1.2.Perumusan Masalah

Berdasarkan data sensus pertanian tahun 2003 rumahtangga petani di Indonesia berjumlah 2 486 675 dan 305 314 petani diantara jumlah tersebut terdapat di Sulawesi Utara. Berdasarkan jumlah rumahtangga petani di Sulawesi Utara, 63 577 merupakan rumahtangga peternak (Sensus Pertanian, 2003). Data ini dijadikan sebagai penunjang dilakukannya penelitian rumahtangga peternak di Sulawesi Utara khususnya peternak sapi.

Usaha ternak sapi di Sulawesi Utara sebagian besar merupakan usaha peternakan rakyat dan sampai saat ini masih dikelola secara tradisional. Peternakan rakyat menurut KEPMEN No. 404 tahun 2002 adalah usaha peternakan yang diselenggarakan sebagai usaha sampingan, jumlah maksimum kegiatannya untuk ternak sapi potong adalah 100 ekor. Namun usaha peternakan tersebut belum mencapai maksimum seperti dinyatakan dalam KEPMEN tersebut. Ciri-ciri usaha ternak rakyat adalah skala usahanya kecil, motif produksi rumahtangga, dilakukan sebagai usaha sampingan, menggunakan tehnologi sederhana yang masih tradisional. Pengertian tehnologi tradisonal disini adalah (i) pemilihan bibit kurang baik (induk maupun pejantan), (ii) penggunaan pejantan apa adanya, (iii) perkandangan yang sangat sederhana, (iv) manajemen pakan kurang baik yaitu pemberian pakan secara umum digembalakan di kebun dan lahan-lahan umum, dan (v) kontrol kesehatan ternak kurang dilakukan. Kondisi ini yang menyebabkan produksi ternak sapi di Sulawesi Utara rendah dan mutu produksinya bervariasi, serta bersifat padat karya.

Karakteristik rumahtangga petani peternak sapi selain melakukan kegiatan pertanian seperti perkebunan (kelapa), menanam padi, palawija dan tanaman


(38)

10

musiman lainnya juga beternak sapi. Namun karakter utama rumahtangga petani peternak menunjukkan usaha ternak adalah usaha sampingan keluarga yang turun temurun dan kebanyakan dikerjakan oleh anggota keluarga. Penggunaan tenaga kerja anggota rumahtangga dalam mengelola usaha ternak dilaksanakan secara bergantian dan tidak dibatasi secara khusus. Dalam hal ini berpeluang untuk memanfaatkan seluruh anggota rumahtangga dalam usaha sampingan tersebut, sehingga jumlah unit usaha dan tenaga kerja yang terserap tidak mengalami variasi dari tahun ke tahun. Karakter lain yang sangat mempengaruhi usaha ternak adalah modal usaha tidak memadai untuk pengembangan usaha.

Terdapat tiga unsur utama yang menentukan produktivitas ternak sapi yaitu (1) penggunaan bibit, (2) pakan yang diberikan, dan (3) pengelolaan. Pengelolaan usaha ternak sapi sepenuhnya tergantung peran rumahtangga petani peternak. Pengelolaan ini mencakup pengambilan keputusan dalam hal : jumlah ternak yang dipelihara, cara-cara pemeliharaan dan perkandangan, cara memberi pakan, jenis pakan yang diberikan, pemeliharaan kesehatan ternak, cara penanganan hasil ternak, pemasaran, pengaturan reproduksi, dan pengaturan tenaga kerja.

Tenaga kerja anggota keluarga dialokasikan untuk bekerja pada usaha ternak dan usahatani diantaranya usahatani tanaman kelapa, tanaman pangan dan tanaman lainnya. Dalam usaha ternak sapi, tenaga kerja keluarga dialokasikan untuk memberi pakan, memandikan ternak dan memindahkan ternak dari satu tempat ke tempat yang lain. Bila terjadi kekurangan pakan berupa rumput atau jerami maka petani peternak sapi dan anggota keluarganya mencari rumput di tempat lain yang jauh dari lahan pertaniannya.


(39)

11

Kemampuan rumahtangga petani peternak sapi dalam meningkatkan produksi ternak sebagai sumber pendapatan ditentukan oleh faktor internal maupun eksternal rumahtangga. Faktor internal dimaksud diantaranya luas lahan, skala ternak, bibit, pakan, jumlah dan kualitas tenaga kerja, modal serta penguasaan tehnologi. Juga termasuk umur, pengalaman, pendidikan formal maupun pendidikan informal (penyuluhan). Sedangkan faktor eksternal adalah kebijakan pemerintah seperti penyediaan infrastruktur dan regulasi terhadap output dan input produksi ternak.

Beberapa kebijakan pemerintah yang telah dicanangkan di Sulawesi Utara dalam rangka pengembangan kawasan integrasi ternak sapi diantaranya bantuan ternak sapi induk dan program usaha kegiatan kelompok BPLM. Bantuan berupa ternak induk diberikan bagi rumahtangga petani peternak di Kabupaten Minahasa tahun 1996-2000. Kenyataan di lapangan menunjukkan tingkat kematian ternak sapi induk cukup tinggi yaitu 14.7 sampai 36.40 persen. Tingkat kematian ternak paling tinggi adalah di Kecamatan Dimembe. Sedangkan program usaha kegiatan kelompok BPLM diberikan bagi rumahtangga petani peternak di Minahasa, Bolaang Mongondow, Sangihe Talaud dan Kotamadya Bitung tahun 2001-2004. Pada rumahtangga dengan bantuan BPLM, tingkat kematian ternak sapi rendah tetapi tingkat kelahirannya juga rendah yaitu di bawah 50 persen. Hal ini disebabkan dampak faktor internal petani peternak maupun faktor eksternal seperti dijelaskan di atas.

Tujuan program bantuan pemerintah adalah untuk meningkatkan pendapatan rumahtangga petani peternak. Bantuan ternak ini diharapkan sebagai ternak potong, jadi tujuan pemeliharaannya untuk penggemukan. Hasil penelitian Suwandi (2005)


(40)

12

menunjukkan bahwa pemeliharaan ternak sapi untuk pembibitan memerlukan waktu selama 16.0 bulan. Sedangkan pemeliharaan untuk penggemukan sapi hanya sekitar enam bulan. Namun karena petani peternak adalah rumahtangga yang tidak orientasi bisnis seperti pengusaha peternakan, ternak sapi digunakan sebagai tenaga kerja untuk mengolah lahan pertanian dan untuk mengangkut hasil-hasil pertanian. Rumahtangga petani peternak mempunyai persepsi yang berbeda dengan pemerintah. Walaupun sebenarnya tenaga kerja ternak juga merupakan sumber pendapatan bagi rumahtangga. Hal ini mengindikasikan bahwa salah satu penyebab usaha ternak sapi tidak bisa berkembang karena tujuan program pemerintah dalam memberikan bantuan berbeda dengan tujuan rumahtangga dalam memelihara ternak. Dalam menghadapi permasalahan tersebut diperlukan kebijakan lebih tepat agar perbedaan persepsi antara pemerintah dan rumahtangga dapat diminimalkan.

Fenomena lain yang terjadi di Sulawesi Utara, ternak sapi yang dijual adalah ternak yang sudah tua atau ternak afkir sehingga harga yang dibayar pedagang sesuai kondisi ternak. Walaupun demikian, ternak sebagai tenaga kerja dapat dijadikan alternatif penambah pendapatan bagi rumahtangga bila ternak disewa oleh petani lain. Selain itu, dalam hal penjualan yang dilakukan peternak sebagian besar pedagang yang mendatangi peternak sehingga harga yang dijual peternak dikurangi dengan biaya transaksi diantaranya biaya transportasi. Berapa besar biaya transaksi yang ditentukan sepihak oleh pembeli tidak diketahui oleh peternak yang mengakibatkan terjadinya imperfect market. Dengan demikian harga yang diterima peternak lebih murah dibanding apabila peternak menjual sendiri. Dalam melakukan transaksi penjualan sapi, rumahtangga juga menggunakan perantara. Sebagai balas jasa,


(41)

13

rumahtangga memberikan upah kepada perantara. Berapa besar upah yang diberikan rumahtangga juga ditentukan oleh perantara. Upah perantara tersebut juga dinyatakan sebagai biaya transaksi.

Implikasinya biaya transaksi adalah masalah yang mempengaruhi keputusan rumahtangga dalam produksi, alokasi tenaga kerja maupun keputusan konsumsi. Peningkatan biaya transaksi menyebabkan terjadinya kegagalan pasar (market failure). Menurut Matungul, et al. (2006), biaya transaksi yang sangat tinggi dapat mempengaruhi pasar input dan pasar output. Selanjutnya Dutilly-Diane, et al. (2003) mempelajari kegagalan pasar pada rumahtangga petani peternak.

Fenomena-fenomena seperti dijelaskan di atas merupakan perilaku rumah-tangga petani peternak sebagai produsen dalam aktivitas ekonomi. Rumahrumah-tangga sebagai produsen dalam upaya meningkatkan produktivitas ternak apakah sebagai ternak potong atau ternak kerja dengan tujuan peningkatan pendapatan. Peningkatan pendapatan ini berkaitan dengan peningkatan konsumsi. Semakin tinggi pendapatan yang diperoleh rumahtangga maka ada kecenderungan peningkatan pengeluaran untuk konsumsi. Namun peningkatan pendapatan juga sangat berkaitan dengan harga output maupun harga input. Harga yang diterima rumahtangga ditentukan oleh pedagang, disisi lain harga input terus meningkat disebabkan kondisi perekonomian Negara kita yang berdampak sampai ke daerah-daerah. Salah satu cara yang dapat ditempuh adalah adanya kebijakan pemerintah dalam hal penentuan harga output maupun harga input.

Perilaku rumahtangga dalam pengambilan keputusan terhadap aktivitas ekonomi perlu diketahui untuk menentukan kebijakan dalam upaya meningkatkan


(42)

14

keadaan ekonomi rumahtangga. Semua keputusan rumahtangga baik keputusan pengaturan tenaga kerja, keputusan produksi, keputusan konsumsi saling mempengaruhi satu sama lain. Sehingga perlu dilakukan analisis secara simultan untuk mengkaji keterkaitan keputusan rumahtangga serta pengaruh biaya transaksi terhadap keputusan rumahtangga tersebut.

Berdasarkan pemikiran di atas, permasalahan penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :

1.

2.

3.

4.

Bagaimana struktur dan berapa besar biaya transaksi usaha ternak sapi – tanaman di Sulawesi Utara.

Bagaimana model ekonomi rumahtangga petani usaha ternak sapi – tanaman di Sulawesi Utara dengan memasukkan komponen biaya transaksi.

Bagaimana pengaruh biaya transaksi terhadap perilaku ekonomi rumahtangga petani usaha ternak sapi - tanaman dalam penggunaan input, produksi dan pengeluaran di Sulawesi Utara.

Bagaimana dampak perubahan biaya transaksi, harga output dan harga input terhadap penggunaan input, produksi, pendapatan dan pengeluaran rumahtangga petani usaha ternak sapi-tanaman di Sulawesi Utara.

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan permasalahan maka penelitian ini secara umum bertujuan mempelajari dampak biaya transaksi terhadap perilaku ekonomi rumahtangga petani usaha ternak sapi - tanaman di Sulawesi Utara. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk :


(43)

15

1.

2.

3.

4.

Menganalisis struktur dan besarnya biaya transaksi usaha ternak sapi – tanaman di Sulawesi Utara.

Membangun model ekonomi rumahtangga petani usaha ternak sapi – tanaman di Sulawesi Utara dengan memasukkan komponen biaya transaksi.

Menganalisis pengaruh biaya transaksi terhadap keputusan ekonomi rumahtangga petani usaha ternak sapi - tanaman dalam penggunaan input, produksi dan pengeluaran rumahtangga di Sulawesi Utara.

Menganalisis dampak perubahan biaya transaksi, harga output dan harga input terhadap penggunaan input, produksi, pendapatan dan pengeluaran rumahtangga petani usaha ternak sapi - tanaman di Sulawesi Utara.

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai : 1.

2.

3.

Penambah pengetahuan dalam rangka pengembangan ilmu ekonomi khususnya ilmu ekonomi rumahtangga dan pembangunan peternakan.

Bahan masukan bagi pengambil kebijakan bidang peternakan untuk peningkatan pendapatan rumahtangga petani usaha ternak sapi - tanaman pada khususnya dan pendapatan masyarakat Sulawesi Utara pada umumnya.

Bahan acuan untuk penelitian lanjutan. 1.5.Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian survei dan pengamatan langsung untuk memperoleh data primer, dengan ruang lingkup dan keterbatasan sebagai berikut :


(44)

16

1.

2.

3.

4.

5. 6.

Wilayah penelitian di Sulawesi Utara dibatasi pada daerah dengan populasi ternak sapi tertinggi dan merupakan daerah basis peternakan sapi yaitu Kabupaten Minahasa dan Kabupaten Bolaang Mongondow.

Penelitian ini dilakukan pada level rumahtangga petani peternak sapi tradisional di Sulawesi Utara. Penelitian ini mempelajari perilaku ekonomi rumahtangga petani usaha ternak sapi-jagung di Minahasa dan usaha ternak sapi-kelapa di Bolaang Mongondow.

Dalam penelitian ini tenaga kerja keluarga dan tenaga kerja sewa tidak didisagregasikan berdasarkan tenaga kerja suami, isteri dan anak atau tenaga kerja pria dan wanita.

Biaya transaksi yang dianalisis dalam penelitian ini adalah biaya transaksi penjualan sapi dari rumahtangga petani peternak sapi ke pedagang pengumpul, petani peternak sapi ke tukang potong/RPH dan petani peternak ke petani lain. Biaya transaksi dalam pasar tenaga kerja tidak dianalisis dalam penelitian ini. Kebijakan pemerintah sebagai salah satu faktor penunjang pengembangan usaha ternak sapi di Sulawesi Utara. Kebijakan yang dipelajari diantaranya kebijakan harga output dan harga input. Penelitian ini juga mempelajari dampak non kebijakan diantaranya biaya transaksi dan peningkatan upah.


(45)

II. TINJAUAN STUDI EMPIRIK 2.1. Usaha Ternak Sapi Tradisional

Usaha ternak merupakan suatu proses mengkombinasikan faktor-faktor produksi berupa lahan, ternak, tenaga kerja dan modal untuk menghasilkan produk peternakan. Keberhasilan usaha ternak sapi tergantung pada tiga unsur yaitu bibit (breeding), pakan (feeding) dan pengelolaan (management). Pada usaha ternak sapi tradisional yang pemeliharaannya secara ekstensif belum memperhatikan ketiga unsur tersebut. Penelitian tentang usaha ternak sapi di beberapa daerah menunjukkan bahwa sistem pemeliharaan ternak sapi masih ekstensif. Hasil penelitian Achmad (1983) menunjukkan pada umumnya petani memelihara ternak sebagai usaha sambilan dan kurang mempertimbangkan segi ekonominya. Penelitian Achmad dilakukan duapuluhan tahun yang lalu namun kenyataannya kondisi usaha ternak sapi masih seperti penelitian Achmad. Kondisi inilah yang menyebabkan produktivitas ternak sapi dalam jumlah maupun kemampuan untuk menyediakan daging sangat rendah.

Unsur pengelolaan (management) mencakup pengelolaan breeding, feeding, perkandangan, kesehatan ternak. Pengelolaan juga mencakup penanganan hasil ternak, pemasaran dan pengaturan tenaga kerja. Pemilihan bibit yang baik dan perkawinan ternak belum menjadi perhatian bagi peternak. Di Kacamatan Lolayan populasi ternak sapi pedet (0-1 tahun) hanya sekitar 1.79 persen dari populasi sapi yang ada (Sugeha, 1999). Populasi sapi anak baik jantan maupun betina di Maluku Utara sekitar 5.4 sampai 12.1 persen dari populasi ternak yang ada. Sedangkan sapi dara dan jantan muda berkisar 4.6 sampai 10.9 persen, dengan tingkat mortalitas 4.5 sampai 5.8 persen (Hoda, 2002). Hal ini mengindikasikan bahwa laju pertumbuhan


(1)

3. Peningkatan Biaya Perantara Sapi, Biaya Transpor Jagung, Harga Sapi, Harga

Jagung, Harga Rumput, Harga Pupuk Urea dan Upah Tenaga Kerja

       The SAS System         08:47 Tuesday, June 15, 2008  21   

       The SIMNLIN Procedure        Simultaneous Simulation   

      Descriptive Statistics   

      Actual      Predicted 

Variable       N Obs       N       Mean    Std Dev       Mean    Std Dev   Label   

PROS       194     194      331.0      115.3      337.6    33.8090   PROS 

PROSJ      194     194      215.0      101.6      219.7    24.2570   PROSJ 

PRODJ      194     194     4059.9    10026.7     243656     108937   PRODJ 

LHNJ       194     194     0.8253     0.7109     1.3568     0.4013   LHNJ 

JRUM       194     194    16856.2     5291.7    16066.2      396.3   JRUM 

JBJ      194     194    41.1856    41.1610    61.4784    20.6309   JBJ 

JPUJ       194     194      220.4      150.2     ‐217.6    85.8946   JPUJ 

JPTJ       194     194      176.3      138.6      488.0    84.4203   JPTJ 

TKDS       194     194      533.8      151.0      595.6    38.8291   TKDS 

TKDJj      194     194      360.6      188.1      386.0      153.8   TKDJj 

TKLJj      194     194    49.7835    44.1865    91.2668    61.7899   TKLJj 

TKSJj      194     194    48.5928    36.9801      973.5      556.3   TKSJj 

CTDUOj       194     194     1060.7     1045.0     1201.9      544.3   CTDUOj 

KP       194     194    7999416    1970965    9420543    1717202   KP 

KNP      194     194    4029784    2119892    4869758     891024   KNP 

IPD      194     194    1103712    1840780    1955000     817685   IPD 

KONJ       194     194      688.8      571.0     2805.1     1719.6   KONJ 

BSPS       194     194    6951763    2173984   10372928    1905221 

BSPJ       194     194     807700     644825     861802     468512 

BTKJ       194     194    1802171     760220    1959359     415751 

BTRS       194     194     6463.2     3093.3     6974.8     3397.1 

BTRJ       194     194    47.4471    13.0711    48.3198    13.2713 

BTR      194     194     6510.7     3093.4     7023.1     3397.2 

RUTS       194     194   15606313    4878402   21043777    3730221 

PUTS       194     194    6658336    5273368    8223195    2939464 

PUJ      194     194    8148338   62707266   3.7116E8   2.9597E8 

TPRT       194     194   30248031   64052416   3.9483E8   2.9722E8 

PSD      194     194   30225747   64050046    3.948E8   2.9722E8 

ISM      194     194    1208531    1844276    2059819     824139 

KT       194     194   12029200    3612041   14290301    2493301 

TP       194     194   13237732    4658275   16350120    3170055 

SPJ      194     194     9077.1    57163.2     336318     266537 

HTSBS      194     194    28691.4     3190.8    28179.9     3482.8 

HJGB       194     194     1093.3    14.0543     1053.7    18.4485 

UTKB       194     194    10189.1     3087.1    11121.6     3390.4 

UTKBJ      194     194     3773.3    60.1729     4146.8    65.8134 


(2)

TBPS       194     194    8941514    2386800   12813607    2052563 

TBJ      194     194    2609919    1192593    2821209     711630 

TBPJ       194     194    2609871    1192597    2821161     711635 

PROJ       194     194     9765.9    57534.8     339123     268257 

4. Penurunan Biaya Perantara Sapi, Peningkatan Biaya Transpor Sapi, Administrasi,

Retribusi, Transpor Jagung, Harga Sapi dan Harga Jagung, Harga Rumput, Harga

Pupuk Urea dan Upah Tenaga Verja

 

      The SAS System         08:47 Tuesday, June 15, 2008  45   

       The SIMNLIN Procedure        Simultaneous Simulation   

      Descriptive Statistics   

      Actual      Predicted 

Variable       N Obs       N       Mean    Std Dev       Mean    Std Dev   Label   

PROS       194     194      331.0      115.3      380.7    33.0473   PROS 

PROSJ      194     194      215.0      101.6      250.9    23.6819   PROSJ 

PRODJ      194     194     4059.9    10026.7     216384    89754.9   PRODJ 

LHNJ       194     194     0.8253     0.7109     1.5903     0.3929   LHNJ 

JRUM       194     194    16856.2     5291.7    18869.1      392.4   JRUM 

JBJ      194     194    41.1856    41.1610    70.5862    20.3299   JBJ 

JPUJ       194     194      220.4      150.2      333.8    84.6556   JPUJ 

JPTJ       194     194      176.3      138.6      355.3    83.1217   JPTJ 

TKDS       194     194      533.8      151.0      616.8    36.7562   TKDS 

TKDJj      194     194      360.6      188.1      175.9      135.3   TKDJj 

TKLJj      194     194    49.7835    44.1865      134.5    52.8413   TKLJj 

TKSJj      194     194    48.5928    36.9801      755.3      457.7   TKSJj 

CTDUOj       194     194     1060.7     1045.0      803.9      544.6   CTDUOj 

KP       194     194    7999416    1970965    9549565    1675585   KP 

KNP      194     194    4029784    2119892    4946019     862712   KNP 

IPD      194     194    1103712    1840780    2032287     785381   IPD 

KONJ       194     194      688.8      571.0     2794.3     1471.8   KONJ 

BSPS       194     194    6951763    2173984   11149680    1800035 

BSPJ       194     194     807700     644825    1296561     459925 

BTKJ       194     194    1802171     760220    1159275     339574 

BTRS       194     194     6463.2     3093.3     6086.4     2797.1 

BTRJ       194     194    47.4471    13.0711    48.3198    13.2713 

BTR      194     194     6510.7     3093.4     6134.7     2797.3 

RUTS       194     194   15606313    4878402   22671288    3472928 

PUTS       194     194    6658336    5273368    9217822    2895191 

PUJ      194     194    8148338   62707266   4.0327E8   2.7848E8 


(3)

PSD      194     194   30225747   64050046    4.279E8    2.795E8 

ISM      194     194    1208531    1844276    2137107     791930 

KT       194     194   12029200    3612041   14495585    2420380 

TP       194     194   13237732    4658275   16632692    3060347 

SPJ      194     194     9077.1    57163.2     331731     228094 

HTSBS      194     194    28691.4     3190.8    32583.7     2935.4 

HJGB       194     194     1093.3    14.0543     1163.9    19.3971 

UTKB       194     194    10189.1     3087.1     9860.6     2791.4 

UTKBJ      194     194     3773.3    60.1729     3774.2    60.2567 

USSB       194     194    10236.6     3087.3     9860.6     2791.4 

TBPS       194     194    8941514    2386800   13447379    1926440 

TBJ      194     194    2609919    1192593    2455884     669034 

TBPJ       194     194    2609871    1192597    2455836     669039 

PROJ       194     194     9765.9    57534.8     334525     229565 

5. Penurunan Biaya Perantara Sapi, Peningkatan Biaya Transpor Sapi, Administrasi,

Retribusi, Transpor Jagung, Harga Rumput, Harga Pupuk Urea dan Upah Tenaga

Verja

 

      The SAS System         08:47 Tuesday, June 15, 2008  33   

       The SIMNLIN Procedure        Simultaneous Simulation        Descriptive Statistics   

      Actual      Predicted 

Variable       N Obs       N       Mean    Std Dev       Mean    Std Dev   Label   

PROS       194     194      331.0      115.3      384.1    32.6335   PROS 

PROSJ      194     194      215.0      101.6      253.3    23.3603   PROSJ 

PRODJ      194     194     4059.9    10026.7     223313    90052.8   PRODJ 

LHNJ       194     194     0.8253     0.7109     2.1063     0.4004   LHNJ 

JRUM       194     194    16856.2     5291.7    18055.7      402.4   JRUM 

JBJ      194     194    41.1856    41.1610    90.7144    20.5528   JBJ 

JPUJ       194     194      220.4      150.2     ‐105.7    85.7366   JPUJ 

JPTJ       194     194      176.3      138.6      666.8    83.8396   JPTJ 

TKDS       194     194      533.8      151.0      640.9    47.6508   TKDS 

TKDJj      194     194      360.6      188.1      372.3      175.8   TKDJj 

TKLJj      194     194    49.7835    44.1865      120.7    70.5582   TKLJj 

TKSJj      194     194    48.5928    36.9801      847.5      454.9   TKSJj 

CTDUOj       194     194     1060.7     1045.0     1090.8      546.1   CTDUOj 

KP       194     194    7999416    1970965   10222386    1894003   KP 

KNP      194     194    4029784    2119892    5343705    1016475   KNP 

IPD      194     194    1103712    1840780    2435324     961857   IPD 

KONJ       194     194      688.8      571.0     3723.8     1942.7   KONJ 

BSPS       194     194    6951763    2173984   12674742    2375360 

BSPJ       194     194     807700     644825    1362156     478384 

BTKJ       194     194    1802171     760220    2023623     465640 


(4)

BTRJ       194     194    47.4471    13.0711    48.3198    13.2713 

BTR      194     194     6510.7     3093.4     6134.7     2797.3 

RUTS       194     194   15606313    4878402   23321363    3546081 

PUTS       194     194    6658336    5273368    8014003    2901206 

PUJ      194     194    8148338   62707266   5.7708E8   3.6739E8 

TPRT       194     194   30248031   64052416   6.0053E8   3.6788E8 

PSD      194     194   30225747   64050046   6.0051E8   3.6787E8 

ISM      194     194    1208531    1844276    2540143     966879 

KT       194     194   12029200    3612041   15566091    2806517 

TP       194     194   13237732    4658275   18106234    3642648 

SPJ      194     194     9077.1    57163.2     474938     300935 

HTSBS      194     194    28691.4     3190.8    32583.7     2935.4 

HJGB       194     194     1093.3    14.0543     1163.9    19.3971 

UTKB       194     194    10189.1     3087.1    10233.2     2790.8 

UTKBJ      194     194     3773.3    60.1729     4146.8    65.8134 

USSB       194     194    10236.6     3087.3    10233.2     2790.8 

TBPS       194     194    8941514    2386800   15301273    2558429 

TBJ      194     194    2609919    1192593    3385828     757467 

TBPJ       194     194    2609871    1192597    3385779     757471 

PROJ       194     194     9765.9    57534.8     478662     302878 

6. Penurunan Biaya Perantara Sapi, Peningkatan Biaya Transpor Sapi, Administrasi,

Retribusi, Transpor Jagung, Harga Sapi, Harga Jagung, Harga Rumput, Harga

Pupuk Urea dan Upah Tenaga Kerja

 

      The SAS System         08:47 Tuesday, June 15, 2008  41   

       The SIMNLIN Procedure        Simultaneous Simulation        Descriptive Statistics   

      Actual      Predicted 

Variable       N Obs       N       Mean    Std Dev       Mean    Std Dev   Label   

PROS       194     194      331.0      115.3      384.1    32.6335   PROS 

PROSJ      194     194      215.0      101.6      253.3    23.3603   PROSJ 

PRODJ      194     194     4059.9    10026.7     223313    90052.8   PRODJ 

LHNJ       194     194     0.8253     0.7109     2.1063     0.4004   LHNJ 

JRUM       194     194    16856.2     5291.7    18055.7      402.4   JRUM 

JBJ      194     194    41.1856    41.1610    90.7144    20.5528   JBJ 

JPUJ       194     194      220.4      150.2     ‐105.7    85.7366   JPUJ 

JPTJ       194     194      176.3      138.6      666.8    83.8396   JPTJ 

TKDS       194     194      533.8      151.0      640.9    47.6508   TKDS 

TKDJj      194     194      360.6      188.1      372.3      175.8   TKDJj 

TKLJj      194     194    49.7835    44.1865      120.7    70.5582   TKLJj 

TKSJj      194     194    48.5928    36.9801      847.5      454.9   TKSJj 

CTDUOj       194     194     1060.7     1045.0     1090.8      546.1   CTDUOj 


(5)

KNP      194     194    4029784    2119892    5343705    1016475   KNP 

IPD      194     194    1103712    1840780    2435324     961857   IPD 

KONJ       194     194      688.8      571.0     3723.8     1942.7   KONJ 

BSPS       194     194    6951763    2173984   12674742    2375360 

BSPJ       194     194     807700     644825    1362156     478384 

BTKJ       194     194    1802171     760220    2023623     465640 

BTRS       194     194     6463.2     3093.3     6086.4     2797.1 

BTRJ       194     194    47.4471    13.0711    48.3198    13.2713 

BTR      194     194     6510.7     3093.4     6134.7     2797.3 

RUTS       194     194   15606313    4878402   23321363    3546081 

PUTS       194     194    6658336    5273368    8014003    2901206 

PUJ      194     194    8148338   62707266   5.7708E8   3.6739E8 

TPRT       194     194   30248031   64052416   6.0053E8   3.6788E8 

PSD      194     194   30225747   64050046   6.0051E8   3.6787E8 

ISM      194     194    1208531    1844276    2540143     966879 

KT       194     194   12029200    3612041   15566091    2806517 

TP       194     194   13237732    4658275   18106234    3642648 

SPJ      194     194     9077.1    57163.2     474938     300935 

HTSBS      194     194    28691.4     3190.8    32583.7     2935.4 

HJGB       194     194     1093.3    14.0543     1163.9    19.3971 

UTKB       194     194    10189.1     3087.1    10233.2     2790.8 

UTKBJ      194     194     3773.3    60.1729     4146.8    65.8134 

USSB       194     194    10236.6     3087.3    10233.2     2790.8 

TBPS       194     194    8941514    2386800   15301273    2558429 

TBJ      194     194    2609919    1192593    3385828     757467 

TBPJ       194     194    2609871    1192597    3385779     757471 


(6)

Households Farming Cattle and Plant in North Sulawesi

(BONAR M. SINAGA

as Chairman, SRI UTAMI KUNTJORO and NUNUNG KUSNADI as Members of

the Advisory Committee)

Households allocate their family resources to catlle farming activities. Cattle

farming is one of the source of income for the household expenditure. Households are

subject to transaction cost when selling their cattle. Higher transaction cost will

reduce income of the households. The objective of this research is to analyze the

transaction cost structure, to develop economic model of households farming cattle

and plants with regard to the transaction cost, to analyze effect of transaction cost on

the household economic decision in using input, production and household

expenditure, and to analyze impact of change of transaction cost, price of input and

output on using input, production, income and expenditure of the households engaged

in farming cattle and plants in North Sulawesi. This research applies a survey

method. The samples of this research are 194 households in Minahasa District and

233 households in Bolaang Mongondow under a simple random sampling. The model

is estimated with 2SLS method and the analysis of impact uses simulation. The

results of the analysis show that the model can explain the effect of transaction cost.

The transaction cost affects the decision in using input, production and household

expenditure. The change of transaction cost, input and output price have impacts on

using input, income and expenditure of the households engaged in farming cattle and

plants in North Sulawesi.